Home / Romansa / Dokter Cinta Pemikat Hati / Chapt 2: Start Over

Share

Chapt 2: Start Over

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2022-09-02 14:37:33

Bursa, Turki—dua setengah tahun kemudian.

"Selamat datang. Mau pesan kue ap—?" Kalimat Zanara terhenti seketika, kala melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Pria itu mengulas senyum paling memesona yang ia miliki, kemudian mengulurkan selembar uang pada Zanara yang berdiri di meja kasir.

"Apa maumu?" desisnya, tajam. Tatapan matanya memancarkan rasa kesal yang membuncah.

Pria itu seperti kurang kerjaan karena datang hampir setiap hari di jam makan siang dan memesan seporsi shortcake dan tiramissu untuk ia nikmati bersama Marion. Dan kesalahan terbesar Zanara adalah membawa Marion bekerja lagi hari ini.

"Tenang, Zee ... aku hanya ingin bertemu Marion, kau tak perlu marah seperti itu. Strawberry shortcake untuk teman kencanku, dan tiramisu untukku. Terima kasih."

Zanara meraih uang di tangan Jayme dengan kesal. "Jangan lupa kalau Marion adalah putriku, Dokter Demir."

"Ah, kau tega sekali padaku. Bahkan sampai sekarang kau masih memanggilku seformal itu." Jayme menghela napas keras. "Aku tak tahu harus bagaimana lagi meluluhkan hatimu."

"Jangan melantur. Customerku akan enggan membeli kue di tokoku kalau kau terus saja datang seperti orang sakit jiwa. Makanlah, kemudian pergi dari sini."

Zanara menyodorkan nampan berisi dua pieces kue ke hadapan Jayme, lalu hendak berbalik, tetapi tangan Jayme mencekal lengan Zanara.

"Kau ... tidak ingin ikut makan denganku? Apakah kau sudah makan? Kau harus menjaga kesehatanmu demi Marion, jika tidak—"

"PAPA ...."

Jayme langsung menoleh seketika saat mendengar panggilan Marion yang layaknya alarm bagi Jayme. Ia sungguh menyukai gadis kecil itu, selain menyukai ibunya yang ketus. Anggap saja Marion adalah penghiburan baginya, setelah mendapatkan kalimat-kalimat pedas dari Zanara.

Jayme berjongkok demi menyejajarkan tingginya dengan gadis kecil yang mengenakan rok tutu dengan rambut kemerahan yang diikat seluruhnya ke atas. Ada pita kecil menghias di sana, ia memang sangat cantik seperti ibunya.

"Hai ... ini dia gadis kesayanganku. Bagaimana kabarmu? Apakah kau dan mamamu sudah makan siang? Bagaimana kalau kau ajak mama makan bersama?" Jayme mendekat ke telinga Marion sembari menyipitkan mata, kemudian berbisik. "Mamamu tidak mau kuajak makan siang."

"Jangan mempengaruhi anakku dengan bualanmu, Dokter Demir!" ketus Zanara, sembari sibuk menata kue di etalase.

Siang ini toko sedang sepi, kue dagangannya juga hampir habis. Mungkin sore hari ia sudah bisa menutup tokonya dan pulang ke apartemen mereka.

Jayme bangkit, kemudian berdiri di depan meja kasir, menghadap Zanara dan menatap manik hazel cantik milik wanita itu.

"Makan sianglah bersamaku. Aku tahu kau pasti akan meluangkan waktu untuk hal itu, maksudku makan dan beristirahat. Namun, aku hanya ingin memastikan kalian sudah melakukannya. Kumohon."

Zanara tak menjawab, melainkan semakin menenggelamkan diri pada kesibukan yang sengaja dibuat-buat karena ia gugup akan kedatangan Jayme ke tokonya. Bukan karena ia menyukai pria itu, melainkan sekian lama ia menutup diri dan hidupnya dari lelaki, tetapi pria satu ini terus saja menempel padanya seperti permen karet bekas.

"Jangan memaksa, Jayme. Aku dan Marion baik-baik saja."

Jayme mendesah, ia berjalan keluar dari toko, kemudian menekan nomor di ponselnya. Tak berselang lama, sebuah motor dengan kotak besar bertuliskan 'PizzaPaw' berhenti di hadapan Jayme yang masih berdiri di tempat semula.

Ia menerima dua kotak pizza dan membawanya masuk, menyodorkan ke hadapan Zanara yang masih tak habis pikir dengan pria satu itu.

"Kau tak ingin makan di luar, berarti kau mau jika makan di sini, kan? Ayo temani aku dan Marion makan. Kita makan bersama."

Sungguh, Zanara ingin sekali menolak, tetapi akan percuma melakukan itu jika sudah berurusan dengan pria ini. Pria keras kepala yang tak berhenti mendekatinya selama dua setengah tahun ini, sampai-sampai Marion mengira dia sebagai ayahnya.

Namun, tak rugi juga bagi Zanara, karena Jayme nyatanya sangat menyayangi Marion seperti putrinya sendiri.

Buktinya, kini dirinya menikmati makanannya sembari memangku Marion dan menyuapkan sepotong pizza, sementara gadis kecil itu menata rambut bonekanya.

"Marion, kau bisa makan sendiri, kan? Duduk di tempatmu dan makan dengan benar, oke? Biarkan papa—maksudku biarkan paman Jayme makan dengan tenang," tegur Zanara, kemudian ikut duduk di hadapan Marion dan Jayme yang kini tengah mengulas senyum.

Mendengar Zanara yang meski hanya kelepasan menyebutnya papa, sudah membuatnya seolah terbang ke langit ketujuh.

Ia sangat norak dan memalukan sekarang. Namun, tak masalah. Hal itu membuatnya bisa menikmati makan siang dan menghabiskan beberapa potong pizza di hadapannya. Sesungguhnya ia tak seberapa menyukai pizza, ia lebih baik hanya makan kebab, atau ayam saus mentega buatan Zanara. Namun, Zanara dan Marion menyukai pizza.

"Makanlah yang banyak," ucap Jayme, sembari mengusap lembut pucuk kepala Marion.

Ia kemudian bangkit, mengembuskan napas, lega karena akhirnya Zanara—meski dengan setengah hati—bersedia duduk dan makan bersamanya.

"Baiklah, Marion. Papa pergi bekerja dulu, kau baik-baiklah di sini bersama Mama. Jika ada yang kau butuhkan, kau tahu harus menghubungi ke mana, kan?" bisik Jayme pada gadis kecil itu. Marion mengangguk, kemudian tersenyum menampakkan giginya yang rapi.

Jayme kemudian mengalihkan perhatiannya pada Zanara yang masih menyantap pizzanya. Ia tak ingin mengganggu wanita itu, tetapi rasanya tak lega jika ia pergi begitu saja.

Meski pada akhirnya, salam pamit yang ia ucapkan hanya akan dijawab ketus atau dingin, tetapi ia sudah terbiasa dengan itu.

Seperti itulah Zanara yang ia kenal, dan ia tak mengapa akan hal itu.

"Zee ... aku pamit dulu. Ada banyak hal yang harus kuselesaikan, dan kuharap kau tak segan untuk menghubungiku jika kau atau Marion membutuhkan sesuatu. Terima kasih untuk kuenya."

Jayme tersenyum, tanpa menunggu respons dari Zanara, ia kemudian menenteng tas kerjanya dan memutar tubuh meninggalkan toko kue milik wanita itu.

Untuk hari ini tugasnya selesai, tetapi masih ada hari esok dan seterusnya yang harus ia hadapi. Mungkin akan sama dengan hari ini, tak mendapat angin segar, hanya sikap ketus dan tak bersahabat dari wanita itu. Namun, ia tak masalah akan hal itu. Ia menyukai Zanara seperti apa pun dirinya.

Meski kehidupan Jayme sangat rumit, bahkan terlalu rumit—karena bagaimana pun ia adalah lelaki yang juga membutuhkan tempat pelampiasan, tetapi hanya sebatas itu. Ia tetap tak bisa menampik bahwa dirinya tak bisa mengusir bayang-bayang Zanara sejak pertama kali bertemu dengannya.

Ponsel Zanara berdering keras, saat Jayme hendak melangkah keluar. Pria itu urung pergi, berbalik dan langsung berdiri di belakang Zanara.

Meski wanita itu tak pernah menceritakan padanya mengenai teror nomor tak dikenal itu, tetapi Jayme mengetahui semuanya. Ia berasumsi itu adalah perbuatan siapa pun dari masa lalu Zanara.

"Nomor yang sama?" tanya pria itu, yang membuat Zanara nyaris menjatuhkan benda pipih di tangannya. Wanita itu menoleh pada Jayme yang ternyata sejak tadi sudah berada di balik punggung Zanara.

"Bagaimana kau bisa tahu?" balas wanita itu, penasaran. Karena ia tak pernah sekali pun memberikan informasi apa pun mengenai masalah pribadinya pada Jayme.

"Berikan ponselmu."

"A-apa yang akan kau lakukan?" Zanara berusaha merebut kembali ponselnya, tetapi usahanya sia-sia dan justru membuat dirinya kini berada sangat dekat dengan pria itu.

Keduanya bertatapan dan seolah waktu terhenti di detik itu. Baik Jayme maupun Zanara tak sadari itu, keduanya hanya mematung hingga Zanara teringat akan benda miliknya yang masih ada di tangan Jayme.

"Ponselku ...." Zanara mengulurkan tangan sembari memunduk, pada akhirnya. Namun, tidak dengan Jayme.

Pria itu masih mengunci tatapannya di satu objek. Hanya pada Zanara. Dan tak lama kemudian, ia serahkan benda yang sejak tadi diminta wanita itu.

"Zee ...," panggilnya, tanpa mengalihkan pandangan. Wanita itu menjawab singkat. "Ada sesuatu di wajahmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 133: Happy Ending (2)

    Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 132: Happy Ending

    Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 131: Kenneth or Brandon? (2)

    Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 130: Kenneth or Brandon?

    Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 129: Tertangkap!

    “Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 128: Pria di Balik Tudung

    Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status