Home / Romansa / Dokter Cinta Pemikat Hati / Chapt 3: Past in Present

Share

Chapt 3: Past in Present

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2022-09-02 14:37:58

Zanara merasa panik seketika, kemudian mengambil cermin kecil dari dalam saku celemek yang ia gunakan, memeriksa apa yang menempel di wajahnya. Kotorankah?

Tak ada apa pun di sana, sementara Jayme dengan sikap tak bertanggung jawab justru tersenyum sendiri.

"Jangan bercanda! Ada apa di wajahku?" tanya Zanara, sedikit jengkel.

Jayme menggeleng.

"Ada kecantikan di sana. Baiklah ... aku pergi dulu. Ini ponselmu, sudah selesai kubersihkan dari pengganggu itu, jadi kau aman sekarang."

Jayme kemudian memutar tubuh dan mengayun langkah pergi meninggalkan Zanara yang hanya menatap punggung Jayme yang menjauh.

Ia lega karena akhirnya Jayme pergi dan mungkin akan kembali setelah beberapa hari. Pekerjaannya sebagai dokter jiwa membuat Jayme lebih sering berada di rumah sakit ketimbang di rumah. Dan saat libur, pria itu justru datang menemuinya dan menghabiskan waktu dengan Marion.

Apakah ia tidak punya keluarga untuk dikunjungi hingga selalu datang pada Zanara?

Padahal Zanara selalu bersikap ketus pada pria itu, tetapi Jayme seperti tidak kapok untuk datang lagi dan lagi, dengan alasan bertemu Marion, padahal rindu pada ibunya Marion.

Jayme mendekatinya sejak lama. Bahkan sejak Marion baru lahir, pria itu bersikap seolah punya tanggung jawab terhadap Marion hingga ia selalu datang dan meluangkan waktu bermain bersama gadis kecil yang mulai terbiasa bahkan yang ia tahu selama ini Jayme adalah ayahnya.

"Mama, apakah papa akan tinggal bersama kita? Ia selalu pergi dan kembali setelah beberapa hari berselang," tanya Marion dengan polosnya, ketika mereka tengah bercengkerama di balkon apartemen.

Zanara membelai rambut putrinya yang seketika mengingatkannya pada Mark. Namun, dengan cepat ia tepis pikiran itu. Tak boleh ada pria itu lagi dalam kehidupan Zanara maupun Marion. Sampai kapan pun bagi Zanara pria itu sudah mati.

"Marion, bagaimana mama harus katakan padamu? Paman Jayme itu ... dia ...." Zanara menghela napas, pasrah ketika menyadari Marion kini terlelap di pangkuannya. Zanara tersenyum memandangi paras ayu dan polos yang kini ada dalam rengkuhannya.

Ingatannya kembali pada dua tahun lalu, saat dirinya memergoki Mark melakukan hal menyakitkan di depan matanya. Andaikan saat itu ia tidak pergi dari rumah, entah apa yang akan terjadi padanya saat ini.

Ponsel Zanara meraung keras. Nama Shienna tertera di sana. Sudah sekian lama adiknya itu tidak menghubunginya, dan kini akhirnya ia melakukan panggilan yang jelas sangat dinanti oleh wanita yang kini menginjak usia 33 tahun tetapi masih tampak muda dan cantik layaknya berusia dua puluh tahunan.

"Hey, bagaimana kabarmu?" sapa Zanara, yang langsung disambut desahan kesal. "Ada apa" Apakah ada masalah?"

"Kau tahu, Zee. Lagi-lagi Mark datang menemuiku demi meminta informasi tentangmu. Apakah kau baik-baik di sana?" tanya Shienna, setelah melaporkan mengenai kejadian yang baru saja terjadi.

Zanara memang meminta Shienna untuk tidak mengatakan pada siapa pun mengenai keberadaannya. Ia tak ingin ada ada yang mengetahui di bumi mana ia berpijak sekarang.

Hidupnya dan Marion sudah bahagia, ia tak ingin ada seorang pun yang merusak itu semua.

Ia ingin kehidupannya dan Marion tak terusik oleh apa pun. Dan Jayme adalah kejadian luar biasa. Ia tak menyangka pria itu akan hadir dalam kehidupannya.

"Aku baik, sampai sekarang. Aman dan masih bersuara."

"Baguslah. Bagaimana dokter tampan itu? Apakah ia masih sering mengunjungimu?" Kali ini Shienna memelankan tempo bicaranya, takut jika Zanara akan marah mendengar pertanyaan yang berulang kali ia tanyakan mengenai Jayme.

"Itu lagi. Kumohon jangan mulai, Shie ... aku sangat malas membahasnya. Ia tadi datang dan suasana hatiku mendadak suram. Bagaimana jika buatmu saja. Namanya hampir sama dengan mantan suamimu itu."

Shienna terbahak seketika, kala mendengar kata demi kata yang diucapkan Zanara. "Kau bercanda? Aku tak mau patah hati lagi, Zee. Semua pria jika sudah memilihmu, maka ia akan tetap pada pendiriannya. Meski kita kembar, kau ingat bagaimana Mark—oops, maaf, Zee ... aku tak bermaksud—"

Zanara menghela napas lelah. "Tak masalah, Shie. Sudahlah, jangan bahas itu. Bagaimana dengan Aaron? Apakah ia sudah mulai bersekolah? Aku sangat merindukan kalian. Kapan-kapan kau harus datang ke sini, kalian pasti akan menyukai tempat ini."

Dan berbagai obrolan mengalir begitu saja antara mereka sebagai cara melepaskan rindu. Setelah sekian lama terpaksa berjauhan, tentu saja terbit kerinduan di hati keduanya terhadap masing-masing.

Namun, Zanara yakin suatu saat mereka akan berkumpul kembali.

Ia bersyukur dengan adanya Shienna, ia tak merasa seorang diri karena masih memiliki seseorang yang bisa menjadi sahabat baginya.

"Baiklah kalau begitu, aku hanya ingin menyampaikan itu dan memeriksa kabar kalian berdua. Aku merindukanmu, Zee. Semoga aku akan bisa menyusul ke sana segera. Dah ... aku mencintaimu."

Panggilan berakhir dan meninggalkan Zanara dengan berbagai pikirannya tentang apa yang baru saja disampaikan oleh Shienna. Benarkah Mark mencarinya? Apakah ia dan wanita itu telah berpisah?

Bukankah kabar terakhir yang ia dengar, Mark telah bertunangan dengan wanita bernama Laura itu. Entah Laura atau Bernadette, yang pasti wanita itu telah merusak keharmonisan rumah tangga Zanara.

Namun, ini tak hanya kesalahan wanita itu, karena jika cinta, meski godaan sekuat apa pun menghempas, Mark tak akan pernah goyah. Kenyataannya justru sebaliknya.

Mengenang masa lalu tak akan pernah ada habisnya, selain itu juga hanya akan menerbitkan luka di hatinya kembali menganga.

Zanara kembali menghadap layar ponselnya, kemudian menekan nomor Melika, pengasuh Marion. Ia membutuhkan bantuannya besok, karena tak mau lagi membawa Marion ikut bekerja.

Ia tak ingin Jayme memiliki alasan untuk datang terus menerus. Jika ia ingin datang menemui Marion, ia bisa menemuinya di rumah.

Zanara sungguh tak ingin bertemu pria itu, meski secara tak sengaja.

"Ya, Nyonya Miller?" sapa Melika dari seberang. Gadis berusia 20 tahun itu terdengar bersemangat setiap kali menerima panggilan dari Zanara. Satu lagi orang yang menyayangi Marion selain dirinya. Dan Jayme, tentu saja.

"Hey, Melika. Bisakah besok kau menemani Marion seharian di rumah? Dan jika kau mau, aku ingin kau mulai melakukannya setiap hari, karena mulai besok aku tak akan membawanya bekerja lagi."

"Mau, Nyonya. Terima kasih banyak. Aku akan datang lebih pagi besok. Terima kasih."

Satu masalah telah terselesaikan. Kini tinggal mengatur bagaimana agar Marion tak lagi merengek untuk ikut dengannya saat bekerja. Bagaimana pun Marion masihlah kecil, jadi akan ada saatnya ia meminta untuk selalu lengket dengannya, rewel dan segala tingkah polah yang terkadang menggemaskan meski juga membuat Zanara kesal.

Namun, jelas cintanya untuk Marion tak terkira. Ia bahkan rela mati demi kebahagiaan putri tunggalnya itu.

Zanara kemudian bangkit, mengangkat tubuh mungil Marion dan membawanya ke kamar. Ia kembali memandangi gadis kecil itu, mengusap kepalanya, lalu mengecupnya dengan penuh cinta.

Ia meninggalkan gadis itu terlelap, sementara dirinya mulai mempersiapkan bahan untuk membuat roti yang akan ia jual besok.

Tengah berkutat dengan kesibukannya, ponsel Zanara berdering untuk ke sekian kalinya. Panggilan dari nomor tak dikenal lagi. Ini sudah entah berapa kali ia mendapat panggilan semacam itu. Dan untuk kesekian kalinya, meski ragu, ia terpaksa menerima panggilan itu.

"Halo," sapanya, berharap yang menjawab adalah salah satu teman atau anggota keluarga. Atau bila perlu sekalian saja orang-orang tak dikenal atau salah sambung. Namun, yang ia terima justru sebaliknya.

Suara seseorang yang tak mungkin ia lupa seumur hidupnya, yang selama ini berusaha ia buang jauh segala kenangan tentang pria itu dari rongga kepalanya.

"Halo, Zee. Bagaimana kabarmu ... dan anak kita—siapa namanya? Aku sangat merindukan kalian."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 133: Happy Ending (2)

    Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 132: Happy Ending

    Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 131: Kenneth or Brandon? (2)

    Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 130: Kenneth or Brandon?

    Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 129: Tertangkap!

    “Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 128: Pria di Balik Tudung

    Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status