Share

Dokter Cinta Pemikat Hati
Dokter Cinta Pemikat Hati
Penulis: Kennie Re

Chapt 1: Prolog

Mark tengah sibuk di ruang kerja saat ia mendengar suara ketukan heels yang mendekat ke arah ruangannya dan berhenti tepat di depan pintu. Ia yakin itu pastilah sang istri yang mencarinya sejak tadi karena tak lagi berada di ranjang.

Dengan gegas ia membuka pintu yang semula terkunci. Inginnya sedikit mencumbui wanita itu di tempat ini, demi bisa menciptakan suasana lain untuk keduanya. Sayangnya, yang kini berdiri di hadapannya bukanlah Zanara, melainkan Laura—atau Bernadette.

"Apa yang kau mau? Ini sudah larut, kau seharusnya menemani Max beristirahat." Mark mundur selangkah dan hendak menutup pintunya. Namun, dengan cepat Laura mendorong kembali pintu itu hingga terbuka lebar.

"Mengapa kau begitu takut, Mark? Kau menghindariku beberapa waktu terakhir. Kenapa?"

"Mengapa kau tidak berhenti, Laura? Hubungan kita sudah berakhir."

“Berikan apa yang kumau, maka aku akan tutup mulut agar istri tercintamu itu tidak mengetahui apa pun,” ucap wanita berambut sewarna tembaga itu pada pria dengan pahatan rahang tegas di hadapannya. Jelas bahwa sang pria sempat menolak permintaannya.

Itu sebabnya ia mengeluarkan jurus terakhir, sebuah ancaman.

“Apa yang kau mau?” tanya pria itu, pada akhirnya.

Wanita bertubuh sintal serupa biola Spanyol itu mendekatkan bibir ke telinga pria tersebut, hendak menyampaikan apa yang ia inginkan. Namun, tentu saja dengan cara yang erotis. Karena sudah tentu, wanita itu tidak menginginkan hal yang lumrah.

Bukan sesuatu yang biasa saja, melainkan lebih dari apa yang dibayangkan oleh pria itu.

“I want you, Mark. Right here, right now!” lirihnya di telinga pria yang ia panggil Mark.

Pria itu sontak menjauhkan tubuhnya.

“Kau sudah gila, Laura! Kau ingin aku mengkhianati istriku di rumahku sendiri? Bagaimana jika ia tahu? Bagaimana jika—“

Wanita yang dipanggil Laura membungkam ucapan mark dengan pagutan liar. Hingga akhirnya Mark menyerah pada gairah yang makin dimanjakan oleh sentuhan dan godaan yang ditiupkan oleh Laura.

Saat itu juga, Mark berubah menjadi sosok lain, bukan lagi pria yang menjunjung kesetiaan pada Zanara—satu-satunya wanita yang mampu menguasai segenap jiwa raganya dan ia cintai sejak lama. Bahkan Laura pun ia anggap sebagai sekadar jelmaan Zanara yang sampai kapan pun tidak akan bisa menandingi cintanya terhadap Zanara.

Tidak lagi demikian yang terjadi sekarang. Pria itu sudah lupa bagaimana ia memperjuangkan wanita pujaan hatinya itu hingga kini menjadi istrinya. Ibu dari calon bayin yang masih dalam kandungan wanita itu.

Pria itu mengerang, menikmati permainan yang diberikan oleh wanita yang bergerak bebas di atasnya. Semua terjadi tepat di hadapan Zanara.

Zanara tak bisa dan tak akan pernah lupakan kejadian itu, seumur hidup.

DIN DIN!!!

Bunyi klakson memekakkan telinga dan membuyarkan angan Zanara yang berkelana ke dimensi waktu beberapa jam lalu.

Ia kini tengah berada di jalanan, untuk melarikan diri, tentunya. Zanara tak tahu akan menuju ke mana, yang pasti tidak lagi di Evermont—tempat penuh kenangan yang memberinya banyak pelajaran.

Entah itu dengan cara manis, maupun yang terpahit sekali pun.

Zanara mengemudikan mobil tergesa. Mark pasti kini tengah mengejarnya. Ia tak peduli di mana akan berhenti atau mencari pertolongan. Jelas tak mungkin meminta perlindungan Gabriel, karena Alice selalu bersama pria itu.

Masih terbayang bagaimana Mark yang tampak menikmati pergumulan dengan Laura, mantan kekasih pria itu. Dan yang lebih menyakitkan bagi Zanara adalah, dua sejoli itu melakukan perbuatan tak senonoh di rumah mereka—rumah Zanara dan Mark. Jelas itu merupakan pengkhianatan yang baginya sulit untuk dilupakan.

Zanara akhirnya menghentikan mobil di bandara. Ia sudah membawa segala yang ia butuhkan. Terlebih beberapa lembar uang serta tabungan yang aman di dalam tasnya. Ia tak tahu akan pergi ke mana. Ke mana pun, asalkan ia bisa lari dari Mark dan masa lalu bersama pria itu.

Sesekali ia mengusap perut besarnya. Kehamilannya sudah berjalan tujuh bulan, dan seharusnya dalam dua bulan ia akan melahirkan. Sayangnya, khayalan untuk bisa melahirkan dengan bahagia ditemani oleh suaminya, tak akan terjadi.

“Permisi, ke mana tujuan pesawat yang akan terbang dalam waktu dekat?” tanya Zanara pada petugas tiket.

Pegawai berseragam yang berdiri di hadapannya, memeriksa pada layar komputer, kemudian kembali menoleh pada Zanara yang menanti kepastian darinya. Jelas kalau calon penumpang yang satu ini belum memutuskan ke mana ia akan pergi.

“Tujuan Istanbul Turki, Nyonya. Akan berangkat dalam tiga jam. Apakah Anda akan memilih destinasi tersebut?” tanya pegawai bagian tiket bersiap apabila calon penumpangnya memilih tujuan ke tempat yang ia sebutkan.

Zanara mengangguk ragu.

Ia sesungguhnya sudah berjanji pada diri sendiri bahwa dirinya tidak akan pernah lagi lari dari apa pun. Dan ini adalah kali kedua ia melarikan diri. Namun, ia punya alasan kuat mengapa melakukan ini.

Ia tak mungkin bertahan dengan pria yang telah mengkhianatinya. Dan ... tepat seperti apa yang dikatakan Brandon ketika mereka terakhir bertemu. Mark memiliki rahasia yang mungkin akan mengganggu kehidupan pernikahan mereka. Dan semua kini terbukti.

“Apakah Anda sudah memiliki tiketnya?”

Kali ini Zanara menggeleng.

“Bisakah aku membelinya di sini?”

Pegawai tersebut mengiyakan, kemudian membantu Zanara untuk pembelian sekaligus pendaftaran dan mempersilakan Zanara untuk menuju ke ruang tunggu.

Ia bergerak ragu. Dalam kondisi di mana dirinya membutuhkan perhatian dan penjagaan Mark—karena sebentar lagi ia akan melahirkan putri mereka—justru seperti ini yang harus ia hadapi.

Zanara tak ingin menunggu lama. Ia bergegas menuju ke tempat yang diarahkan oleh petugas bandara yang lain. Ia tak tahu seperti apa Turki itu, tidak juga mengenal siapa pun di sana. Namun, itu akan lebih baik, jika memang ia ingin melarikan diri. Agar tak ada seorang pun yang mengenali dan mengetahui di mana keberadaannya.

Terlebih Mark.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status