Rayna dan Axel berdiri teguh untuk menghadapi musuh yang tidak terlihat. Mereka menyadari bahwa pertarungan ini bukan hanya tentang keberanian secara fisik tetapi juga tentang kecerdasan dan ketahanan mental. Suara misterius itu tampaknya mengetahui lebih banyak tentang misi mereka dan rahasia besar yang mereka coba ungkap.Rayna memandang Axel, dan mereka saling memberi isyarat bahwa mereka akan saling menjaga dan tidak akan menyerah. Keduanya berusaha membaca situasi di sekeliling mereka dengan cepat."Kita tetap harus fokus, Axel,"bisik Rayna dengan tekad."tidak peduli apa yang akan terjadi kita harus maju."Axel menganggukkan kepala, mengatur posisi pertahanan mereka."kita akan menemukan sumber suara itu dan menghentikannya. Ini adalah pertarungan yang harus kita menangkan."Mereka terus bergerak maju dengan hati-hati, waspada terhadap serangan musuh yang mungkin datang dari arah manapun. Ketika mereka memasuki area yang lebih gelap, mereka menemukan sumber suara yang misterius ya
Setelah menyerahkan dokumen-dokumen penting kepada agen Johnson dan tim penegak hukum, Rayna dan Axel bekerja sama dengan otoritas untuk memastikan penindakan terhadap sindikat berjalan lancar. Dengan bukti-bukti yang mereka kumpulkan, polisi berhasil menangkap beberapa anggota sindikat yang tersisa dan mengungkap jaringan kejahatan yang selama ini tersembunyi.Rayna dan Axel terus berkoordinasi dengan agen Johnson dan tim penegak hukum untuk merencanakan penindakan lebih lanjut. Mereka memastikan semua informasi yang mereka temukan digunakan untuk melindungi masyarakat dan menghindari potensi ancaman di masa depan.Setelah semua tindakan selesai dan keamanan terjamin, Rayna dan Axel menikmati momen tenang untuk merenung tentang perjalanan mereka yang penuh risiko. Mereka telah melalui banyak tantangan bersama, dan ikatan mereka semakin kuat.Axel memandang Rayna dengan senyuman lembut. "Kita telah berhasil mengungkap rahasia besar itu dan membawa keadilan kepada mereka yang membutuhk
Rayna dan Axel terkejut oleh kejadian yang tak terduga tersebut. Mereka tahu bahwa mereka telah terperangkap dalam situasi yang sangat berbahaya, dikhianati oleh seseorang yang dulunya adalah rekan mereka sendiri. Mereka harus segera menemukan jalan keluar dan menghentikan rencana berbahaya yang mungkin sedang dijalankan.Rayna dengan cepat meneliti ruangan tersebut, mencari cara untuk membuka pintu yang terkunci. "Axel, kita harus menemukan cara keluar dari sini," katanya dengan suara tegas.Axel bergabung dengannya, memeriksa pintu dan perangkat di sekitarnya. Mereka menemukan panel kontrol di dinding yang mengatur pintu-pintu gudang, tetapi semuanya telah diatur ulang untuk menjaga mereka tetap terkunci di dalam."Kita harus mematikan alarm dan membuka pintu ini," kata Axel. "Jika tidak, kita akan terjebak di sini."Rayna mengangguk setuju. Mereka bekerja sama untuk mematikan alarm dan mencoba membuka pintu, tetapi mereka menemukan sistem keamanan yang sangat canggih dan sulit dipe
Rayna dan Axel berjalan menjauh dari ruangan besar, kembali ke koridor yang gelap dan berliku. Meski kelelahan, mereka tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan. Adrenalin masih mengalir di tubuh mereka setelah pertarungan sengit, dan mereka tahu bahwa tugas mereka belum sepenuhnya selesai.Saat mereka menelusuri lorong-lorong yang sepi, mereka berbincang tentang temuan mereka dan kemungkinan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa menangkap sosok yang melarikan diri adalah langkah penting dalam memastikan keamanan wilayah tersebut."Kita harus membawa data ini ke pihak berwenang secepat mungkin," kata Rayna. "Informasi ini bisa membantu mereka menangkap anggota sindikat lainnya dan mencegah rencana berbahaya di masa depan."Axel setuju. "Kita harus bergerak cepat. Semakin lama kita menunggu, semakin besar risiko mereka bisa menyembunyikan jejak mereka."Rayna dan Axel segera menuju pintu keluar gudang, memastikan untuk tidak meninggalkan jejak yang bisa memberi tahu musuh b
"Dokter, ayo ikut aku?" perintah Axel menarik tangan Rayna begitu saja, membawanya masuk ke sebuah rumah sederhana. "hei, apa yang kau lakukan, temanku bilang ada kecelakaan. Kenapa aku dibawa kemari?" tanya Rayna dengan banyak pertanyaan."simpan energimu untuk nanti dokter! kau terlalu banyak bicara!" kata Axel dengan dingin.Sesampainya di dalam, Rayna semakin terkejut mendapati seorang pria paruh baya terbaring diatas tempat tidur pasien. "Astaga, apa-apaan ini! tanya Rayna sembari mengibaskan tangannya kasar agar lepas dari tangan Axel."Operasi dia sekarang, selamatkan dia jangan sampai dia mati" perintah Axel dengan tatapan elangnya."Bawa dia kerumah sakit, dia akan mati" kata Rayna dengan kesal sembari memeriksa Teddy yang tergolek lemah."Aku tidak bisa, ayo bawa dia kerumah sakit sekarang!" kata Rayna sembari melangkahkan kakinya hendak pergi.Axel menodongkan pistol kearah Rayna. "Hentikan dokter Misyel! lakukan apa yang kuperintahkan atau,–" mata Axel beralih menatap pri
'Sial, aku akan kesana! pastikan Rayna jangan sampai melihatku!!'Deris mematikan panggilan teleponnya begitu saja. Setelah itu Axel kembali masuk ke dalam. Dia meraih tangan Rayna membawanya menuju ke gudang tempat kuda peternakan berada. "Kau gila!! aku tidak mau disini! kau samakan aku dengan kuda-kuda itu heh?! sungguh tidak berperasaan" caci Rayna pada Axel.Axel tidak bergeming, dia melempar tubuh Rayna masuk kemudian menutup pintu besinya dan menguncinya disana. "Tidurlah dengan nyenyak, sebentar lagi makanan akan datang! nikmatilah hidupmu disini dokter!!" kata Axel dengan nada mengejek."Dasar pria jahat! tidak berperasaan, biarkan aku keluar sekarang, kembalikan ponselku!!" teriak Rayna sembari menendang tumpukan yang berada dibawah kakinya dengan kesal.Sementara itu, di luar Deris tengah sampai di peternakan. Begitu mobil berhenti dia segera keluar, dan bergegas masuk ke dalam. Dia ingin memastikan sendiri kondisi Teddy, dan juga memaksanya untuk membuka mulutnya dimana bu
"Baiklah, aku akan menikah denganmu" jawab Rayna dengan berat hati. Tidak ada pilihan lain, Rayna seperti buah simalakama. Jika dia menolak nyawanya akan melayang, dia masih ingin menikmati hidup masih banyak impian yang belum tercapai. Namun, jika Rayna menerima tawaran Axel, meskipun tidak tahu kehidupannya nanti seperti apa, setidaknya dia masih bisa hidup.Rayna mengehembuskan nafas berat setelah menyetujuinya. Dia berjongkok sembari membenamkan kepalanya diatas lutut. Dia begitu frustasi. 'Ya Tuhan, aku bisa gila jika seperti ini' gumamnya dalam hati mencoba pasrah.Axel menatap tajam Rayna dengan mata elangnya, wajahnya selalu terlihat dingin dan tegas. "Kau terikat perjanjian denganku Rayna. Perjanjian kita adalah perjanjian darah, hidup dan mati. Setelah kita menikah nanti kau harus hidup dibawah aturanku. Apakah kau mengerti?!" kata Axel dengan tegas.Rayna mengangkat kepalanya terkejut, mulutnya menganga tidak percaya. "Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini" ujarnya lirih."Itu seba
Sepeninggal Axel, Rayna memasuki kamar mandi dia butuh untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah itu dia mencoba untuk mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjaga dirinya jika ada hal buruk yang terjadi. Rayna membuka lemari dapur dan menemukan sebuah pisau kecil, lalu ia simpan di bawah bantal.Rayna menghembuskan nafas lega lalu duduk di sofa sembari membuka gawainya. Tidak lama kemudian ada panggilan masuk dari ponselnya. Rayna menggeser tombol hijau dengan ragu. 'Rayna, kau kemana saja! aku berulang kali menelpon dan mengirimkan pesan, tetapi tidak satupun kau balas''Maafkan aku Luc!''Sekarang, kau ada dimana? kita bicara dan jelaskan padaku sekarang!''Maafkan aku Luc, aku tidak bisa bertemu lagi denganmu. Jangan hubungi aku lagi' 'Tapi,–'Rayna segera mematikan panggilan teleponnya begitu saja, tanpa memperdulikan Lucas. Baginya itu sudah cukup. Ia tidak ingin membawa nama Lucas ke dalam permasalahannya saat ini dan membahayakannya. Rayna terlihat begitu gelisah dan frustas