Berulang kali Zahirah menolak panggilan telepon, hingga benda persegi panjang nan pipih itu berhenti berdering. Dengan cepat Zahira menonaktifkan ponsel yang terkena darah tersebut.
Belum hilang rasa terkejut dengan nada dering, kini ia dikejutkan dengan tangan pria yang memegang pergelangan tangannya."Siapa kamu? Ini dimana?" tanya pria itu seraya memegang luka di perutnya. Matanya terbuka lebar dan melihat ke langit-langit plafon gypsum berwarna putih tersebut."Saya yang harusnya bertanya. Bukannya kamu yang tiba-tiba berada di rumah saya." Zahira memandang pria itu dengan mengerutkan keningnya.Jika laki-laki itu berniat jahat maka Zahira akan lari. Sedang pria yang bernama Arion itu tidak akan bisa mengejarnya. Karena si lelaki tidak memakai sehelai benangpun."Auw." Rasa sakit di bagian luka saat di gerakkan, membuat pria berwajah tampan itu sedikit meringis."Jangan bergerak, luka anda cukup parah." Zahira menahan tubuh si lelaki."Tidak. Aku harus pergi sekarang, masih banyak yang harus aku selesaikan. Aku tidak punya waktu berlama-lama disini." Arion berkata setelah kesadarannya sudah kembali.Potongan peristiwa beberapa jam yang lalu kini kembali melintas di pandangannya hingga akhirnya masuk ke rumah ini. Meskipun merasakan sakit dan perih yang luar biasa namun Arion tetap mencoba untuk bangkit dari tempat ia berbaring.Zahira hanya diam sambil memperhatikan si pria. Dari pada melarang pria yang keras kepala lebih baik dilihat saja.Diperhatikan seperti ini membuat Arion bingung, namun ia merasa senang saat melihat respon si gadis, yang tidak berniat untuk menahannya lebih lama.Arion menurunkan selimut yang saat ini menutup tubuhnya. Matanya terbuka lebar ketika mengetahui bahwa sekarang ia tidak memakai sehelai benangpun untuk menutupi tubuhnya. Hanya ada perban-perban yang saat ini menutupi bagian luka. "Apa kau membuka semua pakaianku?"Jawaban yang diberikan gadis cantik itu membuat Arion menelan air ludahnya berulang-ulang kali. Sebenarnya gadis ini manusia yang seperti apa. Setelah melepaskan semua pakaiannya, sikap gadis itu biasa aja."Jika anda ingin pergi silahkan, namun anda harus seperti ini. Karena pakaian sudah tidak bisa lagi dipakai." Zahira berkata dengan tenang. Tampak dari raut wajahnya, tidak memiliki kecemasan atau beban apapun.Arion memandang gadis itu dengan tatapan tidak percaya. Bila seandainya ada yang bertemu dengan dirinya dalam kondisi luka parah seperti ini, sudah pasti orang itu akan ketakutan. Namun mengapa gadis itu terlihat tenang ketika melihatnya. Dia baru menyadari bahwa luka di tubuhnya sudah diobati. Dilihatnya selang infus yang menempel di punggung tangannya. "Siapa yang melakukan ini, apakah sudah ada yang mengetahui keberadaanku di sini?" batin Arion."Saya tidak tahu bagaimana ceritanya Anda bisa masuk ke rumah saya, dalam kondisi tubuh banyak luka. Sekarang anda sedang dicari-cari di luar. Saya ingin anda pergi dari rumah saya, namun karena orang-orang diluar sana sepertinya masih mencari dan mengawasi rumah saya, saya harus berdiam diri di sini dan menunggu waktu yang tepat untuk mengeluarkan anda dari rumah ini." Zahira memandang Arion dengan sedikit tersenyum.Arion diam dengan mulut yang sedikit terbuka saat mendengar penjelasannya si gadis."Saya sudah susah payah menolong anda. Namun bila anda tetap ingin pergi dengan kondisi seperti ini, silahkan. Jika anda tidak ingin pergi maka kembalilah berbaring." Zahira berkata dengan penuh penekanan.Laki-laki itu terdiam kemudian berbaring dengan patuh mengikuti ucapan gadis itu."Ini pertama kalinya ada orang yang berani memberikan perintah untuk ku," batin laki-laki tersebut menatap gadis itu. "Apa kamu yang sudah menolongku?" tanya Arion."Apa Anda melihat orang lain selain saya?" Zahira tersenyum dengan sangat manis.Si lelaki menggelengkan kepalanya."Siapa nama Anda?" Meskipun sudah mengetahui nama pria itu lewat kartu identitas yang tadi sempat dibaca, namun tetap saja Zahira bertanya.Arion diam sejenak. "Jono," jawabnya asal.Zahira menganggukkan kepalanya seakan dirinya percaya dengan apa yang disampaikan oleh pria tersebut. "Ternyata wajah dengan namamu tidak sesuai," ucapnya."Apa maksudmu?" tanya Arion."Aku tidak menyangka, namamu Jono. Aku sempat berpikir namamu Ray, Tommy, atau Bram." Zahira tertawa kecil.Arion hanya diam tanpa menjawab ucapan si gadis. "Siapa nama kamu?""Ina," jawab gadis tersebut. Bila si lelaki berdusta, maka ia juga melakukan hal yang sama."Aku akan mengantarkan mu ke rumah sakit, jika kondisi di luar sudah tenang. Entah mengapa, sejak tadi, aku merasakan bahwa mereka sedang memantau rumahku," Zahira berkata sambil memandang pria yang saat ini menatapnya dengan manik berwarna coklat."Maafkan aku, karena sudah menyeret kamu ke dalam masalah ini. Bagaimana dengan lukaku?""Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Luka tusukan di perut tidak terlalu dalam, sehingga tidak merusak organ dalam. Jadi karena itu aku hanya menjahit saja, untuk menghentikan pendarahan. Begitu juga dengan Luka yang lainnya. Aku juga sudah memberikan antibiotik dan obat menghilangkan rasa nyeri." Zahira menjelaskan."Kalau begitu, Aku ingin kamu merawatku di sini. Begitu kondisiku sudah membaik, aku akan pergi."Zahira diam memandang Arion."Aku akan memberikan bayaran yang setimpal untukmu." Arion sedang melakukan negosiasi terhadap gadis cantik tersebut.Melihat wajah pria tersebut, Zahira tidak tega untuk menolak. Ia kemudian menganggukkan kepalanya. "Aku mau ke kamarku, istirahatlah.""Tunggu, apa kamu akan meninggalkan aku tidur di sini? Tubuhku sakit-sakit bila berbaring tanpa alas seperti ini. Apa tidak ada spring bed yang bisa aku jadikan untuk alas tidur?" Arion merasakan sekujur tubuhnya terasa sangat sakit dan perih. Dia berharap bisa berbaring di kasur yang empuk."Ada kamar di sebelahku, apa kamu bisa berjalan?" Tanya Zahira."Iya bisa." Arion menjawab dengan yakin."Aku akan membantumu untuk berdiri.""Terimakasih Cantik." Arion tersenyum ketika Zahira berusaha membantunya untuk berdiri."Auw." Arion meringis menahan rasa sakitnya."Pelan-pelan saja, apa terasa sakit sekali." Zahira melingkarkan tangannya di belakang punggung lebar milik Arion. Posisi seperti ini, membuat tubuh mereka menjadi sangat dekat. Namun dia tidak memiliki pilihan lain karena hanya dirinya yang ada di rumah ini."Iya, tapi kamu tidak perlu cemas, aku sangat kuat." Pria itu tersenyum dengan bibir yang kering dan pucat. Dengan sedikit menahan rasa perih di bagian perut, dada dan lengannya, akhirnya ia bisa duduk dan berangsur-angsur berdiri."Tutup tubuhmu! Apa kamu tidak punya rasa malu?"Zahira berkata dengan kesal ketika pria itu berdiri dan melepaskan selimut.
Namun, Arion justru tersenyum tipis. Melihat wajah gadis cantik yang menjadi dewi penyelamatnya tampak memerah, entah mengapa rasa sakit disekujur tubuh seakan hilang dalam waktu sekejap.
"Percuma saja, kamu sudah lihat. Bukankah kamu juga yang membuat tubuhku polos tanpa menyisakan apapun?" godanya, "Jadi untuk apa aku malu?"
***
Wajah Zahira sontak memerah menahan rasa marah dan malu. Tidak diduganya bahwa ternyata si lelaki yang baru saja diselamatkannya ini tidak punya rasa malu! Dalam kondisi sekarat saja, dia masih bisa menggodanya.Dan .... sesuatu di antara selangkangan pria itu saja bahkan masih bisa berdiri dengan sempurna! "Dasar mesum, dalam kondisi sekarat seperti ini bisa-bisanya pisang tandukmu berdiri." Zahira mengambil selimut dan melilitkan di tubuh Arion tanpa melihat area pribadi pria itu.Di sisi lain, Arion tersenyum saat melihat wajah polos Zahira yang memerah seperti kepiting rebus."Aduh tolong pelan sedikit, Kamu menekan lukaku." Pria itu pura-pura meringis.Namun, Zahira hanya diam tanpa menghiraukan pria tersebut. Arion tersenyum tipis ketika Zahira melilitkan tubuhnya dengan selimut."Ina, bantu aku berjalan?" Wajah Arion tampak menahan sakit ketika mencoba untuk berjalan. Meskipun kesal Zahira tetap membantu pria bertubuh tinggi itu berjalan. Dengan sengaja Arion memanfaatkan
"Apa ini?" Arion bertanya saat Zahira memasangkan baju untuknya."Kamu pakai bajuku dulu. Besok aku akan belikan kamu baju baru." Zahira berusaha menahan tertawanya, saat melihat wajah pria tampan nan tinggi dan tegap itu, menjadi cantik."Ini baju apa?" Tanyanya. Kening pria tampan itu berkerut memandang baju yang di pakainya. "Daster," jawab Zahira."Daster?" Arion kembali mengulang kata yang diucapkan Zahira."Iya, baju kaos kedodoran. Kamu sedang sakit dan banyak jahitan di tubuh mu. Baju ini sangat cocok untuk mu, kainnya lembut dan tidak ngepas." Zahira berbicara asal sambil membujuk si lelaki. Bersyukur pria itu tidak tahu daster, sehingga bisa membodohi si pria seperti ini.Arion hanya menganggukkan kepalanya dan percaya dengan apa yang dikatakan Zahira. "Pantas saja panjangnya sampai selutut ku." Perutnya sudah kram menahan tertawa. Bahkan sekarang wajah Zahira sudah tampak merah karena harus menahan napas dan ketawa yang siap meledak. "Tunggu sebentar, aku mau ke kamar ma
"Coba aja tadi nurut, mau pakai selimut untuk nutupin anunya, pasti nggak bakalan aku kasih daster seperti ini," batinnya. Meskipun ada rasa bersalah terhadap pria itu, namun menurutnya ini merupakan solusi terbaik."Besok, jika situasi di luar sudah aman, aku akan ke pasar untuk membelikan kamu baju dan ikan gabus." Zahira berkata sambil memotong kentang."Aku tidak suka ikan gabus." Mendengar nama ikan itu saja, sudah membuatnya ragu untuk mencoba. "Rasa ikannya sangat enak, kamu harus mencobanya dulu," bujuk Zahira. Arion hanya diam saat mendengar ucapan gadis tersebut.Zahira sudah tidak berbicara lagi. Gadis itu mulai sibuk dengan menu yang akan dimasaknya. Sebenarnya Arion ingin beranjak dari duduknya dan berdiri di samping Zahira. Dia ingin melihat secara langsung, apa yang sedang di masakan oleh gadis tersebut. Namun luka-luka ditubuhnya terasa amat sakit, perih, nyeri dan berdenyut-denyut, hingga membuat pria itu memilih untuk tetap duduk"Apa sudah selesai?" Arion memand
Pria itu menatap wajah cantik Zahira. Sampai saat ini ia masih belum percaya bahwa gadis itu seorang dokter."Bila melihat wajahmu aku sangat tidak percaya kalau kamu itu seorang dokter, karena kamu tampak masih sangat muda." Akhirnya Arion mengungkapkan keraguannya. Zahira tersenyum ketika mendengar keraguan yang dirasakan oleh pria tersebut. "Usia 5 tahun aku sudah kelas 1 SD dan aku selalu mendapat juara kelas di sekolahku. Bahkan aku selalu memegang juara umum di sekolah. Aku selalu berprestasi, mulai dari sejak di taman kanak-kanak hingga sampai aku tamat SMA. Di usia 17 tahun aku sudah menyelesaikan sekolah SMA dan aku lulus di kedokteran. Umur 21 tahun aku berhasil menyelesaikan studi S1 kedokteranku dan cumlaude dengan IPK 3,95 dan menyelesaikan studi 3,6 bulan. 1,6 tahun, aku selesai koas." Dengan penuh kebanggaan gadis itu menceritakan presentasi yang dimilikinya. Mulut Arion terbuka ketika mendengar penjelasan dari Zahira. Ini untuk pertama kalinya, ia mendengar cerita g
"Ina." Arion memanggil gadis yang sedang merapikan meja makan."Iya mas," jawab Zahira. Setelah melakukan perdebatan panjang untuk sebuah panggilan, akhirnya Zahira memanggil pria itu dengan sebutan mas. Karena si pria tidak ingin terlihat tua bila di panggil om, atau uncle."Apa kamu merasa kalau rumah ini sedang dipantau dari luar?" Arion bertanya dengan raut wajah serius. "Iya mas, tadi aku mengintip di jendela. Masih ada 2 orang yang terus memandang ke sini." Zahira berkata dengan santai.Arion diam ketika mengetahui ternyata gadis itu mengetahui hal tersebut. Namun Zahira terlihat santai tanpa ada ketakutan di wajahnya. Padahal saat ini keselamatannya sedang terancam. "Apa kamu tidak takut?" "Takut sebenarnya tapi ya mau gimana lagi. Pengennya bersembunyi di dalam ruang bawah tanah, tapi sayangnya nggak punya. Jadi ya hanya bisa pasrah." Zahira tersenyum.Arion menarik napas panjang kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan. "Maafkan aku yang sudah menyeret mu ke dalam perm
"Silahkan masuk, saya akan memeriksa kondisinya." Zahira mempersiapkan ketiga pria itu untuk masuk. Ia merasa lega, karena warga yang mengantar, ikut masuk ke dalam rumah. Kedua pria yang datang bersama dengan pasien duduk di lantai, sedangkan pria yang terluka direbahkan di lantai yang beralaskan karpet. "Sebentar, saya ambil alat medis di kamar." Zahira tampak tenang dan kemudian pergi untuk mengambil perlengkapan medisnya. Dengan cepat ia datang dengan membawa tas yang berisi alat medisnya. Wanita itu mulai memeriksa kondisi detak jantung pasien. Kondisi bahu pasien terbelah, hingga ia tidak bisa membuka pakaian si pria. Zahira akhirnya menggunting baju yang dipakai pria tersebut. "Kondisi luka sangat parah, bahkan lukanya sampai ke bagian tulang dan bersyukur tangan tidak putus. Pasien juga sudah banyak kehilangan darah. Hanya saja saya tidak bisa memberikan penanganan yang intensif untuk pasien. Berhubung alat medis yang tidak memadai. Jadi saran saya, teman anda langsung
"Di luar banyak nyamuk, nanti mas habis digigit, baby," Seloroh Arion. "Kalau nggak mau digigit nyamuk, ya gigit balik nyamuknya. Mas Jono jangan macam-macam ya, ingat aku dokter." Gadis itu tersenyum licik. Mendengar ucapan si gadis, pria itu menjadi lemas. Bagaimana bila dokter muda itu membuatnya tidur setiap waktu. Itu artinya, ia tidak akan memiliki banyak waktu untuk mengenal si gadis. Yang ada dibenak pikirannya saat ini, hanya ingin mengenal super Hero nya lebih jauh. Arion tertawa kering mendengar ancaman si gadis."Terima kasih kamu sudah mau membantuku dan menyelamatkan aku seperti ini." Pria itu berkata dengan penuh ketulusan."Aku sudah katakan, ini tugasku jadi jangan merasa tidak enak." Zahira tidak ingin jika Arion merasa berhutang budi kepadanya. Apa yang dilakukannya, murni karena profesinya sebagai dokter.Tanpa berkata apa-apa, Zahira membawa pria itu untuk kembali ke kamar tamu. Arion hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah. Kini ia sudah berbaring di atas tem
"Makanya jadi orang jangan mesum, kondisi sudah seperti ini masih mikir yang aneh-aneh." Zahira tertawa mengejek Arion. Arion berusaha menahan ketawanya, Agar perutnya tidak terasa semakin sakit. "Aku akan membalas mu jika aku sudah sehat nanti. Lagi pula ini pertanda kalau aku ini normal Baby."Zahira hanya diam tanpa menjawab."Tapi aku serius, aku tidak suka jika kamu melihat banyak milik pria." Arion kembali mengulang ucapannya."Aku ini seorang dokter, mulai dari anak bayi sampai kakek-kakek aku melihatnya dan bahkan aku sering memotongnya." Zahira tertawa kecil seperti psikopat.Tangan Arion reflek menyentuh pistol airnya. Tiba-tiba saja nyalinya menciut setelah mendengar perkataan Zahira. . Zahira semakin tidak habis pikir dengan ucapan si pria. Hubungan mereka hanya sebatas pasien dan dokter. Saat ini lelaki itu juga bisa menjadi pasiennya, karena masuk ke dalam rumahnya. "Tidur." Zahira tersenyum dan menarik hidung Arion. Sejak tadi dia sudah sangat geram melihat tingkah s