Share

Bab 4

Wajah Zahira sontak memerah menahan rasa marah dan malu.

Tidak diduganya bahwa ternyata si lelaki yang baru saja diselamatkannya ini tidak punya rasa malu!

Dalam kondisi sekarat saja, dia masih bisa menggodanya.

Dan .... sesuatu di antara selangkangan pria itu saja bahkan masih bisa berdiri dengan sempurna!

"Dasar mesum, dalam kondisi sekarat seperti ini bisa-bisanya pisang tandukmu berdiri." Zahira mengambil selimut dan melilitkan di tubuh Arion tanpa melihat area pribadi pria itu.

Di sisi lain, Arion tersenyum saat melihat wajah polos Zahira yang memerah seperti kepiting rebus.

"Aduh tolong pelan sedikit, Kamu menekan lukaku." Pria itu pura-pura meringis.

Namun, Zahira hanya diam tanpa menghiraukan pria tersebut.

Arion tersenyum tipis ketika Zahira melilitkan tubuhnya dengan selimut.

"Ina, bantu aku berjalan?" Wajah Arion tampak menahan sakit ketika mencoba untuk berjalan.

Meskipun kesal Zahira tetap membantu pria bertubuh tinggi itu berjalan. Dengan sengaja Arion memanfaatkan kesempatan ini. Pria berwajah tampan itu melingkarkan tangannya di pinggang langsing Zahira.

"Jangan mencari kesempatan Jono!" kesal Zahira.

"Maafkan aku Ina, bukannya aku berniat untuk memanfaatkan situasi namun jika aku tidak memegangmu, aku akan terjatuh." Arion berkata sambil meringis.

Zahira tidak menjawab apa-apa, dia kemudian berjalan dengan pelan untuk membawa si pria itu ke kamar tamu.

Arion memandang wajah cantik Zahira dengan tersenyum tipis. "Aku tidak menyangka, ternyata yang menolongku seorang bidadari," batinnya.

Siapakah gadis yang telah menolongnya ini? Arion bertanya sendiri sambil terus memandang wajah imut sang gadis.

Jika benar gadis itu yang mengobati luka ditubuhnya, apa mungkin dia seorang tenaga medis. Karena kemampuan seperti ini hanya bisa dilakukan oleh tenang ahli.

Dilihatnya tiang penyanggah infus yang sedang di dorong Zahira. Hal ini membuat Arion semakin bertanya. Karena alat medis yang dimiliki oleh Gadis itu tergolong lengkap.

Namun ketika melihat wajah imut si gadis, Arion yakin bahwa dia bukanlah seorang tenaga medis. Karena wajah gadis Itu tampak masih belia dan juga imut. Bahkan bisa dikatakan wajahnya seperti anak SMA.

Zahira membuka pintu kamar dan kemudian memandang Arion.

"Kamu bisa berbaring di sini."

Arion diam memandang kamar berukuran kecil yang diberikan oleh Zahira.

"Apa ini yang kamu katakan kamar?" Arion memandang Zahira dengan mengerutkan keningnya.

"Iya, apa ada masalah?" Tanya Zahira yang kemudian pergi meninggalkan kamar.

Arion terdiam memandang kamar yang berukuran kecil itu. Tidak lama Zahira kembali masuk ke dalam kamar sambil membawakan barang-barang pribadi si pria.

"Aku tadi mengeluarkan dompet dan ponsel mu. Karena aku sedang mencuci pakaian mu. Ini barang-barang milik mu." Zahira memberikan barang pribadi milik Arion.

"Apa kamu membuka dompet ku?" tanyanya.

"Tidak," jawab Zahira.

Arion bernapas lega saat mendengar jawaban si gadis.

"Sejak tadi ponsel kamu tidak henti-hentinya berdering. Aku tidak berani untuk menjawab. Jadi semua panggilan aku tolak," jelas Zahira.

"Tidak apa, terima kasih," jawab Arion mengambil ponsel tersebut.

"Aku mandi dulu, nanti aku akan memasakkan menu makanan malam untuk mu." Zahira menyalakan kipas angin, agar pria itu tidak kepanasan.

"Terima kasih, aku mau steak daging dan spaghetti," jawab Arion.

"Hai, kamu pikir ini restoran." Zahira membesarkan matanya. Dengan sangat kesal, dia pergi meninggalkan kamar si pria.

Arion senyum-senyum sendiri ketika melihat pintu kamarnya yang sudah di tutup rapat. "Aku yakin dia, gadis yang sangat cerdas. Karena bisa melakukan pekerjaan seperti ini."

Namun tiba-tiba saja Arion merinding ketika membayangkan bahwa dirinya merupakan kelinci percobaan untuk gadis muda itu.

Arion tidak yakin jika gadis semuda Zahira sudah menjadi tenaga medis. Dan yang bisa melakukan pekerjaan seperti ini hanya dokter ataupun perawat. Namun wajah Gadis itu masih begitu sangat imut dan terlihat.aaih ABG. Tidak mungkin dia sudah menyelesaikan sekolah tingkat universitas.

Zaman sekarang begitu banyak orang yang melakukan uji coba termasuk mengenai pengobatan secara medis. Ilmu yang seharusnya didapatkan di sekolah kedokteran justru diambil dari menonton video dan mempelajari caranya lewat video-video tersebut.

Bulu Kuduk Arion merinding ketika membayangkan hal itu terjadi padanya. Dalam situasi Genting seperti ini dia pun tidak bisa menyalahkan gadis remaja itu.

Bukan hanya sekedar kagum dengan wajah cantik Zahira. Arion juga kagum dengan kecerdasan si gadis.

"Ina." Arion menyebut nama yang tadi sempat di katakan si gadis.

"Bila dia yang merawatku, aku tidak keberatan bila harus di sini hingga berbulan-bulan." Senyum mengembang di wajah tampannya.

"Tapi di mana, aku saat ini? Aku lupa bertanya kepadanya." Arion menyalahkan ponselnya.

Dilihatnya panggilan masuk dari nomor orang kepercayaannya. Panggilan itu terjadi sekitar 1 jam yang lalu. Itu artinya saat ia sudah berada di rumah gadis yang menyelamatkannya. Tidak ada pesan yang masuk dari nomor tersebut. Orang kepercayaannya itu, hanya menghubungi berulang-ulang kali.

"Apa dia sudah mengkhianatiku?" Arion mulai mengingat sikap dan perilaku David.

Rasa percaya kepada asistennya itu sudah memudar. Arion sudah tidak bisa untuk percaya begitu saja. Setelah ini pria itu akan di coret dari daftar orang kepercayaannya.

"Jika kalian tidak mencurangi ku dengan cara kotor, aku pasti tidak akan seperti ini." Rasa sakit dihati jauh lebih menyakitkan dari pada luka di tubuhnya.

"Ternyata lokasi ini cukup jauh dari ibu kota. Aku menyesal mempercayai orang itu. Aku tidak menyangka kalau dia ternyata seorang penghianat." Arion melihat di mana posisinya saat ini dari g****e map.

Rasa marah karena dikhianati, nampak jelas di matanya. Namun walau bagaimanapun, dia tetap merasa senang dan bahagia. Bisa berjumpa dengan Zahira. Gadis yang memiliki 1000 pesona.

Diperhatikannya setiap sudut kamar yang saat ini ditempatinya. Kamar ini cukup kecil dan hanya ada spring bed untuk 1 orang, lemari pakaian kecil dan kipas angin. Bila diperhatikan, kamar ini seperti tidak ada yang menepatinya. Namun tetap sangat bersih dan rapi.

Pria itu mengusap bagian perutnya yang saat ini menempel perban. Meskipun gadis itu mengatakan sudah memberikannya obat penghilang rasa sakit, namun tetap saja dia merasakan rasa nyeri dan pedih.

Awalnya Arion menurut dengan perintah Zahira. Dia duduk di atas tempat tidur sambil memeriksa ponselnya. Namun ternyata hal itu membuat dia merasa bosan dan memilih untuk keluar dari kamar.

Zahira yang sedang berada di dapur sangat terkejut ketika melihat Arion yang sudah berada di dapur.

"Aku menyuruhmu untuk beristirahat, kenapa malah datang ke sini?" Zahira memandang pria itu dengan marah.

"Aku bosan di dalam kamar, panas." Arion berkata dengan wajah tanpa dosa.

Zahira kesal memandang Arion. "Jaga api komporku," kata Zahira yang kemudian pergi masuk ke dalam kamar dengan wajah yang cemberut.

Awalnya Zahira menduga bahwa si lelaki tidak sanggup untuk berjalan. Mengingat luka yang cukup parah ditubuh pria itu.

Namun ternyata dia salah, pria itu tetap gentayangan sesuka hati tanpa melilitkan selimut di tubuhnya. Jika ada warga yang mengetahui hal ini, sudah pasti dia akan di paksa nikah oleh pak RT.

Dibukanya pintu lemari dan mencari pakaian yang sekiranya muat di tubuh si lelaki. Melihat sikap si laki-laki pembohong itu, membuatnya frustasi. Bagaimana mungkin pisang tanduk si laki-laki itu bisa berdiri dengan gagahnya, tanpa di sentuh.

"Badannya besar dan tinggi, mana ada baju yang muat dengan dia." Zahira mengomel.

Cukup lama mencari pakaian didalam lemari, namun tetap tidak menemukan pakaian yang bisa di pakai Arion.

Zahira tersenyum saat melihat daster berwarna biru dengan motif bunga-bunga miliknya. Daster ini, bahannya bisa melebar dan berukuran jumbo. Pasti muat untuk si lelaki. Zahira berharap agar pria itu tidak menolak.

Gadis cantik itu terus saja mengomeli sambil mencarikan celana dalam untuk si lelaki. Jika hanya memakai daster tanpa celana dalam, sudah pasti pisangnya tetap saja berdiri.

"Sepertinya ini muat." Senyum mengembang di bibirnya saat menemukan apa yang dia carinya. Celana berbentuk segi tiga berwarna pink. Kondisi sudah molor bagian karet dan kainnya. Zahira bersyukur belum membuangnya!

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status