Aku langsung menyalakan lampu dan berlari keluar membuka pintu.
"Baang! Abang buka pintunya."
"Apaan sih, Dek, malam-malam gini berisik?"
"Bang, Geeza nginep di kamar Abang, ya."
"Ngapain sih udah gede juga, sempit ah, di bawah saja sama ibu."
"Masa bertiga sama ayah? Aku tidur di sofa aja Bang gak di kasur, ya Bang? aku takut banget, Bang!" rengekku.
"Ya sudah, boleh tapi jagan ngorok!"
"Enggak Bang, Geeza janji."
Aku mengambil posisi ternyaman di sofa yang berada di kamar Abang Gaza. Masih mengatur nafas yang ngos-ngosan akibat kejadian tadi, aku jadi berfikir kalau dr. Doddy memang hantu. Ya, aku suka cowok tampan tapi kalau tiba-tiba wajahnya muncul di hadapanku malam-malam, 'kan gak lucu gaeess.
"Tuh kan ah, lu ganggu dek, berisik komat-kamit mulu bukannya tidur."
"Diem Bang, aku lagi baca doa biar bisa tidur!"
*****
Gara-gara semalam gak bisa tidur kepalaku pusing sekali, sehabis Shalat Subuh aku pindah tidur lagi di sofa ruang TV.
"Duh bu, Ibu ngidam apa sih waktu hamil si Adek? Masa anak cewek jam segini masih tidur."
"Udah jangan diganggu, Bang. Dia kan kerja siang, biar puasin tidur," bela ibu.
"Bu ini ada dompet jatuh di dekat pagar, sepertinya punya temen Geeza."
"Lihat yah!" Bang Gaza langsung menyambar dompet berbahan kulit warna coklat itu. "Cieehhh ... jadi semalam diantar Pak Dokter, pantesan Abang gak jadi disuruh jemput." Abang mengacak rambutku yang sudah gak karuan.
Aku terperanjat, kurebut dompet itu dari tangan Abang. Ada KTP, ATM, SIM uang tunai dan kartu nama dr. Doddy. Kalau hantu masa dompetnya terjatuh? Ahh! Aku benar-bebar sudah gila.
"Nanti diantarkan dompetnya, Za, isinya penting semua," titah Ayah.
"Iya, Yah, mudah-mudahan nanti malam ketemu."
"Telepon dong, janjian ketemu, kasian kalau gak ada dompet, dompet kan penting."
"Aku gak punya nomor handphone nya, Bang."
"Cihhh ... jaim banget lu, Dek. Pulang sudah dianter, nomor teleponnya gak punya, parrahhh!" ejek Abang.
"Berisik deh, Bang. Sudah sana ngampus! Za mau tidur lagi," usirku.
"Dasar kebluk!"
"Biarin."
Seperti biasa aku diantar Abang ke tempat kerja, aku mencari tau tentang dr. Doddy di pavilliun melati tapi tak ada seorangpun yang kenal dr. Doddy. Aku juga sempat menunjukan KTP dr. Dody pada kak Meli tapi dia tidak kenal.
Atas saran dari teman-teman yang lain akhirnya aku datang kebagian administrasi menanyakan apakah dr. Doddy pernah bertugas disini? Ternyata jawaban mereka tidak! Kalau tidak bertugas disini lalu apa yang dr. Doddy lakukan di Rumah Sakit ini?
Demi Tuhan aku tidak bisa mencerna semua ini, kepalaku pusing!
"Kenapa bingung?"
"Astagfirullah, ya Allah dia datang." gumamku.
Saat aku mencari informasi tentangnta dr.Doddy tiba-tiba muncul di hadapanku.
"Kenapa takut Geeza? aku sama seperti Saina, kamu gak perlu takut."
"Saina beda, dia arwah kecil yang lucu," jawabku.
"Apa bedanya denganku? Aku tidak menakutkan, tampan malah. Buktinya kamu mau aku antar pulang, iya, 'kan?"
"Ish! Kok ada ya hantu pe-de akut gini?" ucapku.
"Hahaha ... aku suka sama kamu Ageeza!"
"Mana boleh? Aku manusia dan Dokter hantu!"
"Bolehlah, aku ini belum mati!"
"Belum mati? Tapi kok gentayangan. Satu lagi, Dokter itu hantu paling gak tahu malu."
"Aku! Kenapa aku?" tanyanya.
"Hantu lain di Rumah Sakit ini menjauh dan menghindar ketika aku melihat keberadaan mereka, nah Dokter malah nyamperin, ngikutin terus juga."
"Aku ingin kamu menemui aku, Za Aku ingin bangun kembali dan bertemu kamu." Kali ini aku melihat ekspresi serius di wajah Dokter Doddy.
"Aku tidak bisa menemukan informasi tentang Dokter di Rumah Sakit ini, sebenarnya Dokter siapa?" tanyaku penasaran.
"Tidak akan ada, semua sudah di sabotase. Aku korban pembunuhan berencana, pihak Rumah Sakit tak mau terlibat."
"Jadi sebenarnya bagaimana? jujur aku gak ngerti. Dokter masih hidup atau sudah meninggal?"
"Yang orang-orang tau, aku sudah meninggal, tapi aku masih hidup. Mas ku menyembunyikan ku di sebuah Villa.
"Ageeza ayo cepat ada pasien, urgent!" panggil Kak Meli. Akupun meninggalkan dr. Doddy dan berlari menuju UGD.
Aku dan Anya membantu salah satu Dokter menangani pasien yang terjatuh dari tangga, lukanya sangat parah. Butuh waktu tiga jam untuk membersihkan luka hingga terpasang perban di kepala, tangan dan kaki korban.
Sangat lelah dan sedikit mual, melihat begitu banyak darah bercecer membuat kepala sedikit pening. Aku segera membersihkan tangan di washtafel lanjut mencuci muka yang sudah teramat mengantuk ini.
"Sudah selesai?"
"Astaga! Ini hantu ngagetin, datangnya tiba-tiba, nanti ngilang gitu aja," omelku.
"Mau ku antar pulang?"
"Enggak ah nanti aku disangka orang gila, ngomong di mobil sendirian."
"Kalau sudah masuk mobilku ya gak akan ada yang lihat kamu Geeza."
"Enggak. Terima kasih, Dok. Kapan- kapan saja ya? Nanti kalau gak jadi jemput lagi, Abangku kecewa."
"Oke."
Malam ini aku merasa seperti orang gila, sedari pulang dari Rumah Sakit rasanya nano-nano. Kok seneng ya dr. Doddy bilang suka sama aku? Iii ... ngapain seneng? Dia kan hantu? Lucu memang, mana ada hantu jatuh cinta? Eh ada deng, itu Dokter tampan jatuh cinta. Aku tersenyum sendiri sambil menatap langit-langit kamar.
"Ekhemmm ... makasih loh udah mikirin aku!"
"Ya sallam, ini hantu ngapain sih? Gak sopan banget malem-malem masuk kamar cewek," umpatku.
"Maaf, aku cuma mau ngucapin selamat malam aja. Selamat tidur Ageeza, mimpi indah. I love you."
"Whaaaaatttt the...? Asli ini hantu kok jadi genit banget ya, jadinya gak horor malah kepingin ngakak.
setelah Dokter genit dan tampan itu menghilang akupun tertidur pulas di singgasana ternyamanku.
Dari cerita yang Dokter Doddy katakan, dia berada di sebuah ViIla di daerah Ciwidey. Ageeza tak mungkin berangkat kesana sendiri, rencananya ia akan mengajak Bang Gaza.Kebetulan Geeza bekerja belum genap satu bulan dan belum mendapat libur untuk sekarang ini. Sudah di pastikan jadwal menemui dr.Doddy baru akan dilakukan bulan depan saat ia libur dan Abangnya libur."Heyyy! Ngapain melamun?" tanya Susan."Hey San, akhirnya kita satu shift lagi. Mau gak? bakso nih pedes," tawar Geeza."Enggak ah, aku mau soto saja. Pulang kerja nonton yuk! jenuh kerja terus.""Hayukk, aku juga jenuh sudah butuh refreshing nih."Geeza bertemu Maminya Saina di kantin, dia sangat bahagia menerima hadiah ulang tahun dari bidadari kecilnya itu. Sebuah apron bertuliskan ♡ Mami, yang disulam oleh tangan mungil Saina sendiri.Syukurlah, meskipun sedikit kebahagiaan tapi bisa mengobati sedikit rindu sang Mami. Sudah seminggu lebih Geeza tidak bertemu bidadari k
Jam tiga pagi aku dikagetkan dengan ketukan pintu kamar berulang-ulang, ngantuk sekali, tapi apa daya aku harus tetap bangun."Geeza! Ageeza bangun, Sayang, ada tamu!" panggil Ibu."Tamu! Jam segini, siapa?" Aku bermonolog sambil mengucek-ngucek mataku yang sangat lengket. "Tamu siapa, Bu? inikan masih malam banget.""Katanya Om-nya Saina!" Aku kaget dan langsung menoleh ke tempat tidur. Saina sudah tak ada di Sana, aku langsung berlari ke bawah."Maaf Om, Tante ... saya mengganggu malam-malam. Ini sangat gak sopan, tapi ini urgen.""Urgen bagaimana maksudnya?" tanya Geeza panik."Saina kritis, Arumi akan membawanya ke Singapura, kamu bisa ikut saya ke Rumah Sakit, sekarang?""Bagaimana saya yakin kalau kamu Om-nya Saina?""Arumi dari satu jam lalu sudah coba menelpon tapi handphone kamu gak aktif, jadi saya disuruh ke sini. Saya dapat alamat kamu dari Mbak Meli di Pavilliun Anggrek," ucap Omnya Saina."Hmmm ... iya hand
Pikiranku terus melayang memikirkan keluhan dr. Doddy yang ingin segera kutengok. Apa tujuannya menggiringku ke Villa persembunyiannya? Ada rahasia apa? aku semakin penasaran.Setiap hari katanya, Dokter Tampan itu mengekorku mulai dari aku terbangun sampai tertidur. Mungkin saja, aku tak tahu pasti karena dia hanya menampakan dirinya padaku saat malam hari.Hari ini aku bekerja shift pagi, jam tiga sore tugasku selesai. Aku segera membereskan semua berkas-berkas di ruangan, baru saja keluar Paviliun terlihat Mas Faiz duduk di kursi tunggu.Mas Faiz berdiri dan tersenyum saat menyadari aku keluar dari Paviliun."Suster!" sapanya canggung."Ada apa Mas? Ada kabar tentang Saina?" tanyaku.Kami berjalan beriringan menuju loker."Enggak, belum ada kabar. Aku mampir, kebetulan habis dari Dokter gigi.""Bentar ya Mas, aku ambil tas dulu di loker."Mas Faiz menunggu di depan loker, lalu kami kembali berjalan menuju lobi.
Azan Ashar aku sudah sampai di rumah, kembali dari kerja shift pagi. Kemarin aku sudah izin pada Ibu dan Ayah untuk menghadiri pengajian di rumah Saina."Harum sekali, Ibu buat apa?" tanyaku."Ibu buat brownis, pastel sama lemper. Nanti di bawa ya, lumayan buat cemilan setelah pengajian.""Makasih Bu, Ibu memang ter-the best."Aku memeluk Ibu yang tengah menata pastel kedalam Tupper w***."Sampaikan maaf Ibu gak bisa hadir, Ibu harus jaga sepupu mu, tante kan masih jaga mertuanya di Runah Sakit.""Iya, Bu. Nanti Geeza sampaikan."Selesai membuat kue untuk dibawa ke pengajian, Ibu memasak untuk makan malam kami.Ibu sudah pergi ke rumah tante di antar Ayah, sekarang tinggal aku dan Abang yang stay di rumah.Dreeet ... dreettt ...Sebuah pesan masuk di aplikasi berwarna hijau milikku."[Assalamualaikum, Ageeza siap-siap ya, aku jemput. Sekarang on the way.]"Ternyata pesan dari Mas Faiz.
Heran ... dari sekian banyak lelaki kenapa malah makhluk halus ini yang membuatku 'klepek-klepek'. Arwah aneh yang bucin dan kepo, level akut. Andai saja aku dan Dokter Doddy sama-sama manusia biasa pasti kami jadi pasangan yang sangat serasi, seorang Dokter Tampan dan perawat Cantik. Namun kenyataannya semua hanya khayalan yang tak mungkin jadi kenyataan.Sejak awal bertemu Dokter Doddy yakin jika aku bisa membangunkan tidur panjangnya, masa iya? Aku sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Iya ... aku memang indigo, tapi aku bukan paranormal atau pesulap, mana bisa membangunkan orang koma? Semua itu bukan kapasitasku. Hanya keajaiban yang bisa membangunkan orang koma.Koma adalah situasi darurat medis yang dialami seseorang ketika dalam keadaan tidak sadar. Ketidaksadaran yang disebabkan menurunnya aktivitas dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi. Meskipun dalam keadaan tidak sadar sebagian pasien yang mengalami koma masih bisa bernapas secara spontan.
"Maaf salah orang, Suster Ageeza masih di dalam, belum offer shift," Pak Reza yang sudah tidak berpakaian Dinas, menarikku keluar dari kerumunan."Pak Polisi? Ada apa, kok wartawan-wartawan itu mencariku?" tanyaku polos."Mereka mau cari berita tentang bayi yang semalam kita temukan di semak. Biar Komandan nanti yang jekaskan pada mereka. Ngadepin wartawan cape loh, Sus," jelasnya." O ... untung Pak Polisi cepat menarikku dari kerumunan, terima kasih, Pak!" ucapku."Sama-sama, cepet pulang. Kalau ada salah satu dari wartawan ke rumah, jangan kasih komentar apapun. Jawab saja tidak tahu!" titahnya."Baik, Pak."Aku berlalu menuju parkiran, sialnya mesin motorku mati. Aku kembali ke lobi menghampiri security untuk meminta bantuan."Kenapa balik lagi Suster!!" tegur Pak Polisi."Motorku mati, mau minta bantuan security buat nge-cek.""Lama!! Keburu wartawan-wartawan itu pada
Malam ini jenazah bu Farida akan di bawa oleh keluarganya begitupun bayi mungilnya yang malang.Bu Farida kembali menujukan wujudnya padaku tapi kali ini wajah Bu Farida sudah tidak menakutkan lagi. Beliau berterima kasih dengan seulas senyum di bibir pucatnya. Dia tersenyum sampai akhirnya menghilang di balik tembok Rumah Sakit.Kakek dan Nenek si bayi malang sempat menemuiku, mereka berdua sangat berterima kasih karena aku bisa menemukan Bayi bernama Raya itu di TKP kecelakaan. Sedih sekali melihatnya, Raya yang masih bayi sekarang harus tinggal bersama kakek dan neneknya yang sudah tidak muda lagi.******"Za, ada nasi sama minuman tuh, dari Bapak Polisi ganteng buat kamu.""Siapa San? Pak Reza?" sahutku."Aku gak tanya namanya siapa, males. Orangnya judes banget.""Hehe ... ya gak salah kalau judes ya dia, Pak Reza."Tak terasa waktu menunjukan setengah sebelas malam, setelah
Pagi-pagi sekali handphone ku sudah berbunyi berulang-ulang, ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan masuk di sana."[Assalamualaikum Suster, ini Reza. Motornya sudah diantar ya.]""[Suster belum bayar ongkosnya.]""[Ongkosnya harus di bayar, nanti malam.]"Gak sabaran banget nih Pak Polisi, pesannya belum di balas terus aja mengirim pesan."[ Waalaikumsalam, Pak Reza, maaf saya baru buka handphone. Berapa ongkos perbaikannya, Pak? Mohon maaf minta nomor rekening Bapak, saya akan transfer.]"Pesan itu centang dua, dengan cepat dia membalas kembali pesanku."[Saya gak mau ditransfer, nanti malam saya mampir ke Rumah Sakit.]""[Baiklah terserah Bapak, terima kasih sudah membantu.]""[Sama-sama Suster.]"Baru saja disimpan di atas nakas handphoneku sudah berdering lagi. Rupanya telepon dari Mas Faiz."Assalamualaikum,