Share

Pindah

Author: Red Water
last update Last Updated: 2023-05-11 09:36:12

Dalam perjalanan pulang, Sera memikirkan banyak hal mengenai gelang perak dan Ken tapi ia mencoba mengabaikannya tanpa sadar ia telah sampai di rumah.

Wajah Sera yang tadinya kesal kini berubah menjadi wajah takut dan khawatir saat ia hendak membuka pintu. Dan benar saja, baru membuka pintu ia langsung terkena lemparan botol tepat di kepalanya.

Lemparan botol itu membuat pendarahan di kepalanya terbuka yang membuatnya menjerit kesakitan di dalam hatinya hingga membuat kedua matanya bergetar.

"DARI MANA SAJA, KAU? INI SUDAH MALAM! DASAR ANAK TIDAK PATUH ATURAN," bentak sang ayah seraya menikmati alkoholnya.

"Ma–maaf, tadi a–ada kejadian di ja—"

"JANGAN BANYAK ALASAN!"

Sang ayah mendatangi Sera lalu menyeretnya masuk ke dalam kamar yang sangat berantakan bahkan terdengar suara tikus-tikus yang sedang berlarian kesana-kemari.

Sang ayah yang tampak mabuk langsung memukul Sera dan menendang Sera karena ia tak patuh aturan yang sudah dibuat. Sang ayah juga melampiaskan amarahnya akibat tidak punya alkohol lagi.

Sera hanya bisa bertahan dan meringkuk seraya menahan suara jeritan kesakitannya agar ia tak di berlakukan lebih buruk dari ini.

"Dasar anak tak tahu diri," ucap sang ayah sambil menghentikan tindakannya itu.

Tidak lama setelah itu, sang ibu muncul sambil membawa koper besar dan sepucuk surat di tangan kirinya.

Sang ibu memberi tahu bahwa mereka akan pindah ke tempat lebih baik dari sini dan tak hanya itu ia juga memberitahu bahwa Sera akan pindah ke sekolah baru.

Sera tampak sedikit lega—karena ia selalu di bully di sekolah tanpa ada yang menolong baik guru maupun kepala sekolah. Jadi, dia sedikit berharap mendapat tempat yang lebih baik.

Tapi wajah kelegalannya itu membuat sang ibu marah, ia langsung mencekik anaknya itu hingga terdengar ada suara retak di lehernya.

"KENAPA KAU MERASA LEGA! INI BUKAN AKHIR DARI PENDERITAANMU! KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA!"

Sang ibu terus mencekik hingga wajah Sera tampak mulai membiru akibat kekurangan oksigen di tambah suara retak itu juga semakin keras.

Sementara sang ibu terus melontarkan kalimat makian terhadap anaknya itu hingga suaranya hampir habis. Suara sang ibu mulai memudar begitu juga dengan penglihatan Sera.

"Apa salahku? Apa aku bukan anak baik? Makanya aku diperlakukan seperti ini?" ucap Sera dalam hati sebelum ia kehilangan kesadarannya.

Di dalam lubuk hati Sera, ia benar-benar tenggelam di dasar lautan gelap tak bercahaya sedikitpun yang membuatnya cepat berputus asa dan mencoba untuk bunuh diri.

Dingin, tak ada kehangatan, dan kesunyian membuat pikiran Sera semakin tenggelam. Apakah tidak ada satupun tangan yang mau meraihnya? Setelah insiden yang dulu pernah menimpanya.

Sera menutup kedua matanya—menyerah dengan kehidupannya—Tapi, ada secercah cahaya yang mendekatinya—dari permukaan laut— cahaya itu memberitahu bahwa ia harus bertahan hidup.

Kemudian, Sera teringat dengan orang itu—Ken—yang membuatnya tersadar dari pingsannya dan hari sudah berganti di pagi hari yang cerah.

"Huh. Orang itu," keluhnya.

Ketika sadar, ia melihat semua barang-barang sudah hilang—dipindahkan ke rumah baru—hanya meninggalkan sepucuk surat di sampingnya.

Di situ tertulis catatan dan peta menuju ke rumah baru mereka yang tampaknya berada di dekat kota besar. Yang berkemungkinan Sera akan bersekolah di kota besar itu.

Isi catatan itu adalah Sera harus pergi ke sana tanpa kendaraan alias jalan kaki, dan jarak dari rumah lama dan rumah baru mereka adalah 30 kilometer.

Kedua orang tuanya sudah berangkat duluan sambil membawa barang bawaan menggunakan mobil sewaan meninggalkan Sera yang tadi pingsan.

"Mereka meninggalkanku? Tapi setidaknya aku masih diperbolehkan tinggal bersama mereka, itu saja sudah cukup. Suaraku?"

Akibat cekikan dari ibunya kini suara Sera menjadi serak bahkan ada luka lebam baru di lehernya. Meski begitu, Sera tak mempermasalahkan hal tersebut—karena sudah terbiasa.

Setelah itu, tanpa berlama-lama ia bersiap-siap—mulai dari mandi dan menyisir rambutnya—lalu pergi ke rumah barunya sambil berharap ia mendapatkan sedikit kehidupan yang lebih baik.

"Lukaku di kepala terbuka lagi, tapi untungnya pendarahannya sudah berhenti dan perbannya masih bagus. Hm, aku rasa ini sudah cukup saatnya berangkat," ucapnya sedikit semangat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dokterku Pemburu Roh   Bencana

    Almin mengecek sekitaran lalu meminta mereka untuk bergegas pergi dari sini. Namun, belum sempat untuk berlari mereka semua tiba-tiba terjatuh tanpa sebab seakan ada yang menarik kaki mereka.Dari jauh, terdengar suara dedaunan yang amat sangat berisik. Secara mengejutkan, Almin terangkat ke atas, ia mencoba meraih dahan pohon tapi sayang belum sempat meraihnya sesosok bayangan hitam muncul dan menelannya."Almin? ALMIN! DASAR!" Repi berdiri lalu menerjang bayangan hitam itu.Bayangan itu juga ikut menerjang serta hendak melahap Repi, tetapi Embi dengan berani menarik Repi hingga jatuh ke belakang hingga terguling dengan begitu Embi yang di lahap.Tidak ingin perjuangan mereka sia-sia, Yuri langsung membantu mereka semua untuk berdiri lalu berlari sekencang mungkin kecuali Sera yang ketakutan hingga tak mampu mengerakkan kakinya.Yuri yang sangat kesal menyeret Sera tapi sayang bayangan hitam itu melemparkan kayu nan runcing ke arah mereka. Dengan sigap, Yuri langsung menjadi dinding

  • Dokterku Pemburu Roh   Kemah

    Semua menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan lalu memasukkannya ke dalam mobil sewa. Pada awalnya Sera sempat ragu tetapi dirinya mempercayai perkataan Repi bahwa semuanya akan baik-baik saja.Mereka berangkat pagi-pagi dengan suhu udara yang menusuk kulit hingga membuat mereka bersin-bersin karena sangat dingin. Meski begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perkemahan.Selama perjalanan, Sera hanya bisa menatap luar jendela mobil dengan wajah gelisah dan bergumam tidak jelas. Repi yang duduk di sebelahnya langsung menenangkan Sera dengan berbagai candaan."Ikan ikan apa yang profesinya ngelawak tapi gak ngelawak?" "Ikan apa?""Ikan badut ...Ketawa sedikit aja meski gak lucu.""Sudah tahu tidak lucu." Sera lanjut menatap luar.Tanpa ia sadari, ia dan teman-temannya sedang di awasi dari jarak yang amat jauh seakan sudah menanti kedatangan mereka. Sesuatu itu juga tampak melirik Sera lalu menghilang ketika Sera menoleh ke arahnya meski jaraknya sangat

  • Dokterku Pemburu Roh   Masa lalu

    "Sera! Ayo bangun. Bukankah kita akan berkemah besok? Jika kamu terus-menerus tidur besok kamu kesulitan tidur." Suara nan lembut terdengar.Dengan membuka matanya perlahan, Sera yang masih muda—sekitar 13 tahun—terbangun dari mimpinya yang menurutnya cukup mengerikan.Perempuan yang memanggilnya adalah Jasmine—yang lebih tua 4 bulan dari Sera—dia berambut panjang serta selalu bersikap seperti seorang ibu."Dasar! Sera, memangnya kamu itu kukang? Setiap hari hanya bisa tidur?" kesal seorang perempuan yang tatapannya tajam serta rambutnya pendek tapi berantakan."Hei! Jangan terlalu kasar Repi! Sera itu masih kecil," bela Jasmine."Kecil? Sebaiknya kau cuci matamu dulu!" ejek Repi.Tidak lama setelah mereka berdebat muncul perempuan lainnya. Salah satunya Embi berambut pendek tapi lurus, Nami dengan kuncir kudanya, dan Almin yang bersanggul plus berkacamata.Almin seperti pemimpin, dia sangat tegas tapi tetap kalem. Almin meminta mereka untuk bergegas menyiapkan semua barang dan melihat

  • Dokterku Pemburu Roh   Hari sabtu

    "Apa yang terjadi padanya? Apa dia …." Sera menahan ucapannya."Tidak mungkin. Dia sangat hebat dan kuat bahkan sekarang pun aku sama sekali tidak bisa menyainginya." Ken mengangkat kepalanya.Suasana dingin dan pemandangan nan asri terpampang di depan mereka. Sera menyadari sesuatu yaitu, hari sudah semakin larut bahkan jalanan menjadi gelap gulita.Dan juga Sera menyadari sesuatu yang lain yaitu bunga di taman bermekaran tanpa sinar matahari dan kupu-kupu yang berterbangan kesana kemari.Mungkin karena memiliki ciri khas khusus makanya hal seperti ini sudah biasa—itu yang dipikirkan Sera. Sambil berdiri, Sera meminta Ken untuk memberikannya senter jika punya."Ada." Ken berdiri lalu menggandeng Sera menuju ke rumahnya."Mana? Kok, kamu ikut?" tanyanya."Ada. Senternya aku biar kalau mataku menatapmu tidak silau. Bukankah ini senter paling keren?" gombalnya.Sera hanya bisa tersenyum malu. Di tengah jalan, Sera sempat gemetar akibat rasa takut yang menghantuinya sebab akhir-akhir ini

  • Dokterku Pemburu Roh   Serei 3

    Melihat Ken yang antusias, Serei mengajaknya ke dalam hutan agar aman dari manusia-manusia lainnya yang menganggap Ken bukan manusia.Tentu saja, bahaya terus mengintai Ken di dalam hutan—roh jahat yang tidak menerima keberadaan Ken serta hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berbahaya.Serei mengetahui hal tersebut tapi tetap membawa Ken kesana, tentu saja Serei akan melindunginya sepenuh hati hingga Ken siap pergi ke dunia luar."Pelajaran yang akan aku ajarkan dulu adalah bahasa, huruf, dan angka. Kita mulai bahasa dulu." Serei mengambil daun lebar yang dijadikan buku dan ranting untuk dijadikan pensil."Bagaimana kamu bisa memahami bahasaku, Serei? Dan juga aku bisa memahami bahasamu. Apa kamu juga berasal dari tempat tinggalku?" "Oh, itu …Kamu akan tahu suatu hari nanti," Sera mengelak.Mereka pun melanjutkan pelajaran dengan suasana riang. Hingga tanpa sadar malam telah tiba, mereka berdua menghentikan pelajaran dan mencari tempat untuk tidur.Biasanya Serei tidur di atas pohon t

  • Dokterku Pemburu Roh   Serei 2

    Beberapa tahun yang lalu …"Tangkap, Tuan muda!" ucap seseorang dengan zirah lengkap.Seorang anak laki-laki—Ken—melarikan diri istana yang sangat teramat megah serta peradaban terlihat sangat maju berbeda dengan planet bumi yang manusia tinggali.Ken yang masih muda sekitar berumur 6 tahun menyadari bahaya yang sedang direncanakan oleh seseorang. Dia sadar bahwa keluar dari istana sangat sulit karena itu dia bertarung menggunakan tangan kosong.Meski sempat kalah, dia tidak menyerah dan terus melarikan diri hingga menemukan sebuah portal rahasia di ruang bawah tanah istana."Tuan muda ada di sana!" "Bertaruh atau tidak? Aku pilih bertaruh!" Ken memasuki portal itu seketika portal itu menghilang bersama Ken tanpa meninggalkan jejak.Para penjaga yang berbaju zirah berkumpul ke tempat itu seraya membongkar satu tempat ke tempat lain. Mereka sama sekali tidak bisa menemukan Ken."Mungkin dia pergi menggunakan portal yang aku buat." Muncul seseorang di belakang mereka."Hormat!" Semua p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status