Share

Bab 7

Seketika itu pula semua orang mulai bising. Mereka kompak bertanya-tanya siapa sebenarnya lelaki dengan pakaian kotor, tetapi memiliki kartu hitam, dan sekarang bertingkah seolah begitu berkuasa itu. Banyak yang berpikir bahwa Jack adalah konglomerat yang menyamar, tetapi tidak sedikit juga pengunjung yang menganggap Jack sebagai pencuri.

Memangnya orang kaya mana yang mau repot-repot menjadi pengantar pizza?

“Hei! Jangan kurang ajar!” bentak si satpam sangat keras. Dia berjalan cepat menghampiri Jack. Tanpa basa-basi dia memborgol tangannya. “Jika aku tahu gembel ini ternyata pencuri, sudah sejak tadi aku menghajarmu.” Si satpam telah mengangkat tangannya yang terkepal, bersiap untuk memberi tinju pada Jack.

Sebuah napas kabur dari mulut Jack. “Kamu akan menyesal karena melakukan ini padaku.”

“Bukan aku, tapi kamu. Berani sekali mengancam Nyonya Nathalie. Sekarang katakan, siapa pemilik kartu hitam itu?! Atau tongkat ini akan memecahkan tempurung kepalamu!”

Nathalie yang sempat bergetar tangannya karena takut kehilangan pekerjaan, mulai berpikir jika tuduhan satpam-lah yang benar. ‘Bodoh sekali aku sempat mengira dia lelaki dari keluarga berpengaruh!’

Perempuan itu begidik jijik mengingat bagaimana dirinya tadi mencoba menggoda pengantar pizza. Kini, dengan suara tegas dia memerintah, “Lepaskan dia!”

“Ta-tapi Nyonya.” Si satpam jelas berpikir atasannya akan membelanya, sebab notabene apa yang dia lakukan hanya demi membela sang atasan.

“Lepaskan!”

Dengan kesal satpam itu membuka borgol dari tangan Jack. Matanya yang memerah nyaris keluar saat menatap Jack. 

“Sekarang, berikan kartu tanda pengenalmu.” Tangan kanan manajer toko menengadah.

Jack tidak mengatakan apa pun. Dia mengeluarkan dompet dari dalam sakunya. Detik itu pula para pengunjung yang sejak tadi menyaksikan keributan mulai berbisik-bisik lagi. Alasannya jelas, dompet milik Jack sangat usang. Jahitannya sudah rusak hingga membuat dompet murahan itu terlihat semakin menyedihkan.

Sungguh, dompet itu sangat tidak sesuai dengan nilai kartu hitam yang begitu berharga!

‘Terbukti sudah. Dompetnya telah memperkuat kebenaran bahwa pria ini memang pencuri,’ batin Nathalie tersenyum miring. ‘Dia akan menyesal sudah menyinggungku.’

Manajer itu pun menerima kartu identitas Jack dengan keyakinan menyundul langit. “Jack Marshall. Nama yang cukup bagus. Setidaknya lebih baik jika dibandingkan dengan dompetmu.” Ejekannya membuat para pengunjung toko terkekeh. 

Nathalie memandang ke arah kasir. “Sekarang, periksa kartu hitam itu!”

Kasir yang sejak tadi hanya mematung memegang kartu hitam dari Jack, kini mengangguk mengerti. Dia segera memeriksa kartu tersebut untuk melihat identitas pemilik kartu.

“Bagaimana?” sergap Nathalie ketika si kasir melihatnya.

“Sudah, Nyonya.”

“Bacakan. Semua orang berkerumun hanya untuk mengetahui apakah pria ini pencuri atau tidak. Aku pun penasaran, pencuri macam apa yang bisa membuatku kehilangan pekerjaan.” Dia melirik Jack.

“Pemilik kartu ini bernama.” Si kasir mengambil jeda sekadar untuk menelan ludah selagi semua orang menahan napas. “Namanya, Tuan Jack Roodenburg.”

Para pengunjung yang semula hening, kini refleks terbelalak dengan kompak. Mereka jelas tahu keluarga Roodenburg. Bahkan mendengar nama keluarga itu saja membuat mereka ketakutan. 

“Pengantar pizza ini cari mati!”

“Tamat sudah riwayatnya! Hanya idiot yang berani mengusik keluarga Roodenburg.”

“Bahkan para mafia kelas kakap tidak berani mengangkat wajah ketika berhadapan dengan Tuan Roodenburg. Lalu, bisa-bisanya gembel ini mencuri kartu salah satu anggota keluarga mereka!”

Jack tersenyum geli mendengar komentar orang-orang. Siapa sangka, senyumnya itu tertangkap oleh mata Nathalie yang sejak tadi memang terus mengawasinya. Manajer yang merasa tertipu itu amarahnya langsung mencapai titik tertinggi. 

“Borgol dia sekarang juga! Aku akan menelepon keluarga Roodenburg untuk melaporkan hal ini.”

Selagi Nathalie bersikap sebagai pahlawan untuk keluarga Roodenburg, Audrey diam-diam mendekat pada Jack untuk berbisik, “Jack, aku percaya kamu bukan pencuri. Apa kamu menemukan kartu itu di jalan?”

Jack tersenyum melihat kekhawatiran di wajah Audrey. “Kamu tenang saja. Semua akan baik-baik saja.”

“Tidak! Ini akhir untukmu. Pemilik toko ini akan datang bersama orang dari keluarga Roodenburg. Berdoalah untuk tetap hidup. Setidaknya, sekadar untuk mencicipi makanan di dalam penjara.” Nathalie menyunggingkan senyum kemenangan. “Awasi dia!”

“Tentu Nyonya. Mataku tidak akan berpaling meski sedetik saja dari gembel ini.” Satpam pun menarik kasar Jack untuk membawanya duduk di dekat pintu utama.

Sementara itu, Nathalie meminta maaf kepada para pengunjung atas segala drama murahan yang terjadi. Tidak hanya itu, dia juga meminta Audrey untuk ikut ke ruangannya. Tentu saja agar dia bisa memaki pelayan itu sepuasnya sebelum dipecat secara tidak hormat.

Akan tetapi, belum sampai Nathalie memasuki ruangannya, rombongan orang berjas memasuki toko usai si satpam membukakannya. Seketika itu pula, para pengunjung yang semula bubar, kembali mematung melihat kelanjutan dari kericuhan tersebut.

“Itu Tuan Matthew Devall!” 

Nathalie langsung berbalik mendengar seruan salah satu pengunjung. Wajahnya berseri melihat lelaki tinggi gagah dengan kaca mata bening di wajah tampannya. “Tuan Matthew.”

Matthew Devall adalah orang kepercayaan keluarga Roodenburg. Berbagai bisnis keluarga itu ditangani oleh Matthew setelah orang tua Jack meninggal karena kecelakaan. Oleh sebab itu, semua orang sangat ingin dekat dan berhubungan baik dengan pria tersebut. Bisa dipastikan apa yang disetujui oleh Matthew akan mendapat persetujuan juga dari Tom Roodenburg.

Selain Matthew, tiga orang lainnya yang datang adalah pemilik toko dan dua pria yang merupakan pengawal Jack. Melihat adanya peluang besar untuk mendapat ‘pujian’, Nathalie pun bergegas menyambut para tamu kehormatan.

“Selamat datang Tuan-tuan sekalian. Tuan Matthew.” Dia memberikan senyum khusus pada Matthew.

“Nathalie, di mana Tuan Muda Jack?!” Suara pemilik toko terdengar cemas.

Nathalie tertawa kecil. “Tuan, jangan memanggil pengantar pizza itu dengan sebutan Tuan Muda.” Dengan percaya diri dia menunjuk ke sisi kiri pintu utama. “Itu Tuan, dia di sana. Tuan jangan khawatir kami sudah mengamankannya. Kami juga telah mengambil kartu hitam ini darinya.” Dia mengacungkan kartu hitam itu pada Matthew. “Silakan Tuan Matthew.”

Matthew menggeleng beberapa kali sebelum berbalik untuk datang pada Jack. Tentu saja hal itu membuat Nathalie terkejut. Masih dengan kartu hitam di tangannya, dia memanggil, “Tuan Matthew, ini kartu Tuan Jack Roodenburg. Gembel menjijikkan itu telah mencurinya.”

PLAK!

Rasa panas menjalari pipi Nathalie bersama sakit, malu, dan rasa tidak mengerti. Belum sempat dia melayangkan protes, makian keras harus dia dengar.

“BODOH! Kamu benar-benar bodoh!”

“Tu-tuan, kesalahan apa yang saya lakukan sampai Tuan menampar saya?” Nathalie memegangi pipinya dengan mata berkaca-kaca. Sejauh yang dia ingat, tidak pernah sekalipun pemilik toko memarahinya atau sekadar menegurnya sebab dia memang selalu bekerja dengan sangat baik. 

‘Tapi kenapa hari ini, demi gembel itu, bos sampai menamparku?’

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Muhamad Sahriansyah
seru tapi bayar lagi
goodnovel comment avatar
Jamilah Toyo
beli koiiiiin....
goodnovel comment avatar
Khoirul N.
semangat kak, bisa nonton iklan ya untuk buka bab terkunci atau kumpulin bonus check out harian.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status