Share

Bab 7

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-18 06:26:06

Seketika itu pula semua orang mulai bising. Mereka kompak bertanya-tanya siapa sebenarnya lelaki dengan pakaian kotor, tetapi memiliki kartu hitam, dan sekarang bertingkah seolah begitu berkuasa itu. Banyak yang berpikir bahwa Jack adalah konglomerat yang menyamar, tetapi tidak sedikit juga pengunjung yang menganggap Jack sebagai pencuri.

Memangnya orang kaya mana yang mau repot-repot menjadi pengantar pizza?

“Hei! Jangan kurang ajar!” bentak si satpam sangat keras. Dia berjalan cepat menghampiri Jack. Tanpa basa-basi dia memborgol tangannya. “Jika aku tahu gembel ini ternyata pencuri, sudah sejak tadi aku menghajarmu.” Si satpam telah mengangkat tangannya yang terkepal, bersiap untuk memberi tinju pada Jack.

Sebuah napas kabur dari mulut Jack. “Kamu akan menyesal karena melakukan ini padaku.”

“Bukan aku, tapi kamu. Berani sekali mengancam Nyonya Nathalie. Sekarang katakan, siapa pemilik kartu hitam itu?! Atau tongkat ini akan memecahkan tempurung kepalamu!”

Nathalie yang sempat bergetar tangannya karena takut kehilangan pekerjaan, mulai berpikir jika tuduhan satpam-lah yang benar. ‘Bodoh sekali aku sempat mengira dia lelaki dari keluarga berpengaruh!’

Perempuan itu begidik jijik mengingat bagaimana dirinya tadi mencoba menggoda pengantar pizza. Kini, dengan suara tegas dia memerintah, “Lepaskan dia!”

“Ta-tapi Nyonya.” Si satpam jelas berpikir atasannya akan membelanya, sebab notabene apa yang dia lakukan hanya demi membela sang atasan.

“Lepaskan!”

Dengan kesal satpam itu membuka borgol dari tangan Jack. Matanya yang memerah nyaris keluar saat menatap Jack. 

“Sekarang, berikan kartu tanda pengenalmu.” Tangan kanan manajer toko menengadah.

Jack tidak mengatakan apa pun. Dia mengeluarkan dompet dari dalam sakunya. Detik itu pula para pengunjung yang sejak tadi menyaksikan keributan mulai berbisik-bisik lagi. Alasannya jelas, dompet milik Jack sangat usang. Jahitannya sudah rusak hingga membuat dompet murahan itu terlihat semakin menyedihkan.

Sungguh, dompet itu sangat tidak sesuai dengan nilai kartu hitam yang begitu berharga!

‘Terbukti sudah. Dompetnya telah memperkuat kebenaran bahwa pria ini memang pencuri,’ batin Nathalie tersenyum miring. ‘Dia akan menyesal sudah menyinggungku.’

Manajer itu pun menerima kartu identitas Jack dengan keyakinan menyundul langit. “Jack Marshall. Nama yang cukup bagus. Setidaknya lebih baik jika dibandingkan dengan dompetmu.” Ejekannya membuat para pengunjung toko terkekeh. 

Nathalie memandang ke arah kasir. “Sekarang, periksa kartu hitam itu!”

Kasir yang sejak tadi hanya mematung memegang kartu hitam dari Jack, kini mengangguk mengerti. Dia segera memeriksa kartu tersebut untuk melihat identitas pemilik kartu.

“Bagaimana?” sergap Nathalie ketika si kasir melihatnya.

“Sudah, Nyonya.”

“Bacakan. Semua orang berkerumun hanya untuk mengetahui apakah pria ini pencuri atau tidak. Aku pun penasaran, pencuri macam apa yang bisa membuatku kehilangan pekerjaan.” Dia melirik Jack.

“Pemilik kartu ini bernama.” Si kasir mengambil jeda sekadar untuk menelan ludah selagi semua orang menahan napas. “Namanya, Tuan Jack Roodenburg.”

Para pengunjung yang semula hening, kini refleks terbelalak dengan kompak. Mereka jelas tahu keluarga Roodenburg. Bahkan mendengar nama keluarga itu saja membuat mereka ketakutan. 

“Pengantar pizza ini cari mati!”

“Tamat sudah riwayatnya! Hanya idiot yang berani mengusik keluarga Roodenburg.”

“Bahkan para mafia kelas kakap tidak berani mengangkat wajah ketika berhadapan dengan Tuan Roodenburg. Lalu, bisa-bisanya gembel ini mencuri kartu salah satu anggota keluarga mereka!”

Jack tersenyum geli mendengar komentar orang-orang. Siapa sangka, senyumnya itu tertangkap oleh mata Nathalie yang sejak tadi memang terus mengawasinya. Manajer yang merasa tertipu itu amarahnya langsung mencapai titik tertinggi. 

“Borgol dia sekarang juga! Aku akan menelepon keluarga Roodenburg untuk melaporkan hal ini.”

Selagi Nathalie bersikap sebagai pahlawan untuk keluarga Roodenburg, Audrey diam-diam mendekat pada Jack untuk berbisik, “Jack, aku percaya kamu bukan pencuri. Apa kamu menemukan kartu itu di jalan?”

Jack tersenyum melihat kekhawatiran di wajah Audrey. “Kamu tenang saja. Semua akan baik-baik saja.”

“Tidak! Ini akhir untukmu. Pemilik toko ini akan datang bersama orang dari keluarga Roodenburg. Berdoalah untuk tetap hidup. Setidaknya, sekadar untuk mencicipi makanan di dalam penjara.” Nathalie menyunggingkan senyum kemenangan. “Awasi dia!”

“Tentu Nyonya. Mataku tidak akan berpaling meski sedetik saja dari gembel ini.” Satpam pun menarik kasar Jack untuk membawanya duduk di dekat pintu utama.

Sementara itu, Nathalie meminta maaf kepada para pengunjung atas segala drama murahan yang terjadi. Tidak hanya itu, dia juga meminta Audrey untuk ikut ke ruangannya. Tentu saja agar dia bisa memaki pelayan itu sepuasnya sebelum dipecat secara tidak hormat.

Akan tetapi, belum sampai Nathalie memasuki ruangannya, rombongan orang berjas memasuki toko usai si satpam membukakannya. Seketika itu pula, para pengunjung yang semula bubar, kembali mematung melihat kelanjutan dari kericuhan tersebut.

“Itu Tuan Matthew Devall!” 

Nathalie langsung berbalik mendengar seruan salah satu pengunjung. Wajahnya berseri melihat lelaki tinggi gagah dengan kaca mata bening di wajah tampannya. “Tuan Matthew.”

Matthew Devall adalah orang kepercayaan keluarga Roodenburg. Berbagai bisnis keluarga itu ditangani oleh Matthew setelah orang tua Jack meninggal karena kecelakaan. Oleh sebab itu, semua orang sangat ingin dekat dan berhubungan baik dengan pria tersebut. Bisa dipastikan apa yang disetujui oleh Matthew akan mendapat persetujuan juga dari Tom Roodenburg.

Selain Matthew, tiga orang lainnya yang datang adalah pemilik toko dan dua pria yang merupakan pengawal Jack. Melihat adanya peluang besar untuk mendapat ‘pujian’, Nathalie pun bergegas menyambut para tamu kehormatan.

“Selamat datang Tuan-tuan sekalian. Tuan Matthew.” Dia memberikan senyum khusus pada Matthew.

“Nathalie, di mana Tuan Muda Jack?!” Suara pemilik toko terdengar cemas.

Nathalie tertawa kecil. “Tuan, jangan memanggil pengantar pizza itu dengan sebutan Tuan Muda.” Dengan percaya diri dia menunjuk ke sisi kiri pintu utama. “Itu Tuan, dia di sana. Tuan jangan khawatir kami sudah mengamankannya. Kami juga telah mengambil kartu hitam ini darinya.” Dia mengacungkan kartu hitam itu pada Matthew. “Silakan Tuan Matthew.”

Matthew menggeleng beberapa kali sebelum berbalik untuk datang pada Jack. Tentu saja hal itu membuat Nathalie terkejut. Masih dengan kartu hitam di tangannya, dia memanggil, “Tuan Matthew, ini kartu Tuan Jack Roodenburg. Gembel menjijikkan itu telah mencurinya.”

PLAK!

Rasa panas menjalari pipi Nathalie bersama sakit, malu, dan rasa tidak mengerti. Belum sempat dia melayangkan protes, makian keras harus dia dengar.

“BODOH! Kamu benar-benar bodoh!”

“Tu-tuan, kesalahan apa yang saya lakukan sampai Tuan menampar saya?” Nathalie memegangi pipinya dengan mata berkaca-kaca. Sejauh yang dia ingat, tidak pernah sekalipun pemilik toko memarahinya atau sekadar menegurnya sebab dia memang selalu bekerja dengan sangat baik. 

‘Tapi kenapa hari ini, demi gembel itu, bos sampai menamparku?’

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Muhamad Sahriansyah
seru tapi bayar lagi
goodnovel comment avatar
Jamilah Toyo
beli koiiiiin....
goodnovel comment avatar
Khoirul N.
semangat kak, bisa nonton iklan ya untuk buka bab terkunci atau kumpulin bonus check out harian.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 204

    Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 203

    Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 202

    Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 201

    Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 200

    Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 199

    Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status