Share

Konsultasi

Dalam kamar Amel terngiang perkataan Barry dan membuat kewanitaannya basah, bertemu dengan Barry membangkitkan sisi liar Amel selama ini yang tidak terlihat, bahkan Amel melanggar aturan yang dibuatnya sendiri yaitu semua hal yang berkaitan dengan ranjang hanya akan terjadi setelah pernikahan dan nyatanya sekarang sudah dilakukannya. 

Amel hari ini ada sedikit kegiatan di kampus untuk bertemu Tina membicarakan tentang sidangnya yang beberapa hari lagi, berarti pernikahannya juga beberapa hari lagi membuat Amel semangat setiap mengingatnya. Tidak ada yang perlu disiapkan pada pernikahannya karena hanya diadakan di rumah dan setelah itu Barry mengajaknya tinggal di rumah mereka maksudnya rumah Barry dengan almarhumah istrinya. 

“Ini yang nikah dulu kamu,” goda Satria saat di meja makan “Barry pria yang cocok buat adik karena usia kalian jauh jadi lebih dewasa.”

“Terima kasih dan semoga pilihan aku tidak salah.”

Satria mengantarkan Amel ke kampus yang langsung langsung menuju ruangan Tina agar bisa selesai membahas sidang dan nanti bisa bertemu dengan Vina dan Willy. Tina menatap Amel yang masuk ke dalam ruangan dan meminta untuk langsung duduk di hadapannya. Banyak yang dibahas mulai dari isi skripsi sampai pertanyaan yang mungkin keluar, Amel mencatat semua perkataan Tina tanpa terlewatkan sedikit pun.

“Aku titip kembar semoga kamu memang yang terbaik buat Mas Barry dan anak – anak,” ucap Tina membuat Amel menatapnya “kembar sangat membutuhkan sosok ibu begitu juga Mas Barry yang cukup lama berpuasa bahkan sebelum kembar lahir,” lanjut Tina tersenyum “jadi jangan terkejut jika nanti akan ganas di malam pertama kalian.”

Amel tidak menyangka dosen pembimbing selama ini dihormati ternyata bisa sangat santai membicarakan masalah pribadi, Amel nantinya akan masuk dalam bagian Tina karena bagaimana pun kembar adalah keponakan dan juga anak yang di susuinya.

Amel melangkah ke kantin tempat di mana Willy menunggu dirinya, melihat keberadaan Willy berbicara dengan Vina membuat Amel tidak perlu susah mencari Vina. Mereka bertiga membicarakan masalah sidang yang akan dilakukan beberapa hari lagi dan juga mengenang masa lalu ketika awal mula masuk.

“Aku pulang dulu,” pamit Amel pada mereka berdua pasalnya Barry menunggu dirinya di tempat parkir.

Amel mencari keberadaan mobil Barry di antara sekian banyak mobil dan ketika sudah menemukannya dengan segera masuk ke dalam. Amel memandang Barry yang kali ini menggunakan pakaian kerja dengan menggulungkan lengan kemeja sampai siku dan hal itu membuat Barry semakin seksi dan tampan.

“Kita ke mana?,” Amel memecahkan keheningan mereka.

“Ingin aku bawa ke rumah tapi kita cari cincin terlebih dahulu setelah itu aku ingin membawa ke ranjang kita,” goda Barry.

Amel menatap tidak percaya atas apa yang keluar dari bibir Barry, tapi jauh dalam hatinya juga menginginkan apa yang Barry katakan. Mobil Barry berhenti di salah satu toko perhiasan yang sangat besar membuat Amel meyakini harga cincin sangat mahal. Barry menggenggam tangan Amel untuk masuk ke dalam, tanpa membuang waktu meminta pegawai untuk membawa cincin yang terbagus dan setelah pertimbangan panjang mereka memutuskan cincin yang sederhana tapi mewah dan Barry langsung membayarnya tanpa berpikir kembali membuat Amel hanya menggelengkan kepala.

Amel terkejut ketika Barry membawanya ke tempat pakaian dalam, tanpa membuang waktu Barry mengambil beberapa pakaian dalam yang terlihat seksi dan tidak tertinggal lingerie yang sangat minim bahkan tidak menutupi tubuh Amel nantinya. Amel hanya diam di tempat ketika melihat Barry melakukan hal itu, pelayan toko tampak biasa dengan apa yang Barry lakukan membuat Amel sesekali menunduk dengan semua keadaan.

“Mas beli untuk apa?,” bisik Amel ketika Barry membayar.

“Aku ingin melihat kamu memakai ini nanti di rumah,” Amel membelalakkan mata mendengarnya “kalau bagus nanti beli lagi.”

Amel mendekat ke arah Barry “mas, aku malu.”

Barry tidak peduli dengan perkataan Amel dalam sekejap setelah pembayaran selesai Barry menarik Amel untuk segera ke dalam mobil. Dalam mobil Barry langsung menarik Amel dan dalam satu tarikan Bibir mereka bertemu dengan penuh nafsu Barry mencium Amel menyampaikan seluruh hasratnya saat ini.

“Kamu membuatku menginginkan saat ini tapi aku harus bersabar beberapa hari lagi,” Barry mengucapkannya dengan menahan gairah “kita pulang.”

Amel hanya mengangguk pasrah, tapi beberapa kali matanya menatap pusat gairah Barry yang menonjol dengan sangat jelas. Dalam hati Amel kasihan melihat selama ini Barry harus menahan semuanya sendirian dan bukankah mereka akan menikah beberapa hari lagi jadi tidak masalah jika melakukannya saat ini, setidaknya tidak sampai memasukkan milik Barry dan hanya bermain di luar.

Amel secara berani memegang kelamin Barry membuat Barry terkejut atas apa yang Amel lakukan, perlahan tangan Amel bergerak naik turun dari luar celana Barry. Amel merasakan bagaimana tegangnya dan seketika sedikit takut jika ini sangat besar. Amel menatap Barry dengan memberikan tatapan menggoda membuat Barry yang melihatnya semakin harus bisa menahan diri semua.

“Mas, aku ingin mencoba pakaian yang tadi di beli sekarang jadi bisakah kita ke rumah mas saja?,” bisik Amel sambil menjilat telinga Barry dan meremas miliknya “mas melakukannya sekarang tidak ada bedanya dengan beberapa hari lagi.”

“Jangan pernah menyesali perkataanmu gadis kecil.”

Barry menarik Amel ketika mobil berhenti karena lampu merah, dalam satu tarikan Barry mencium bibir Amel dengan penuh gairah dan menuntut. Amel membalasnya dengan mengalungkan tangannya pada leher Barry, mereka baru menghentikan ciuman setelah beberapa kendaraan membunyikan klakson kendaraannya.

“Kamu tahu aku puasa cukup lama jadi tidak tahu akan berhenti sampai titik mana,” Barry mengatakannya tanpa menatap Amel.

“Aku tahu jadi aku akan mencoba untuk memuaskanmu setelah lama berpuasa,” sambil membelai milik Barry dari celana.

Amel menatap Barry dan tidak tahu apa yang terjadi setelah ini dan Amel sangat sadar bagaimana dirinya bisa dengan mudah memberikan pada Barry, pria yang baru ditemuinya dan memiliki hubungan dengan dosen pembimbingnya selama ini. Terlalu sibuk dengan pemikiran Amel tidak menyadari jika sudah berada di masuk ke dalam rumah milik Barry.

“Mau melamun sampai kapan?,” bisik Barry membuyarkan lamunan Amel “bagaimana jika mencoba di sini?.”

“Ranjang lebih baik daripada mobil, mungkin suatu saat kita bisa pertimbangkan.”

Amel turun terlebih dahulu setelah mengambil tas belanja yang berada di belakang, Barry menatap Amel yang sedang berjalan memasuki rumah. Ketika sudah memastikan Amel masuk dengan cepat Barry memberi kabar pada Siska bahwa dirinya tidak kembali dan meminta Siska untuk pulang melayani Pandu sang suami. Barry tahu Siska sangat menentang pernikahan ini tapi Barry tidak peduli karena Siska hanya pengisi waktu luang dan cukup sudah dirinya menyakiti Pandu sampai memiliki anak dengan Siska dan rasanya memang Barry harus berhenti dari semuanya dan menata kehidupan barunya bersama wanita lain.

Dalam kamar mandi Amel membuka belanjaan yang dibeli tadi dan memilih akan menggunakan yang mana, dari semuanya pilihan Amel jatuh pada pakaian tipis berwarna hitam transparan dan celana yang hanya menutupi sebagian asetnya. Amel menatap dirinya di depan cermin mencoba menetralkan debaran jantungnya dan membayangkan reaksi Barry. Perlahan Amel membuka pintu kamar mandi dan berjalan perlahan keluar mencari keberadaan Barry yang ternyata baru masuk ke dalam rumah, dapat Amel lihat tatapan lapar Barry dan dengan langkah cepat Barry mendekati Amel dan langsung menggendongnya menuju kamar.

“Jangan menyesal gadis kecil.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aisha Arkana
Barry emang cowok brengsek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status