Share

BAB 62

Author: Dentik
last update Last Updated: 2025-08-24 12:39:22

Jadwal kampanye berlangsung sangat padat. Bahkan Leonard hanya bisa beristirahat saat tengah malam. Dini hari sudah bangun untuk menyelesaikan pekerjaannya sebagai Mendagri. Tulang belulangnya terasa luluh lantak, tapi inilah konsekuensi karena sempat ddilengserkan beberapa waktu lalu. 

Pak Arman ketua umum partainya sempat berkata, "Aku juga turun langsung untuk kampanyemu. Ini adalah bentuk pertanggungjawabanku karena sempat melengserkanmu." 

Leonard hanya mengangguk, sudah tak berharap loyalitas apapun dari kader partai yang mensponsorinya.

"Aku meminta maaf dnegan tulus, Leonard. Keadaan kita sama-sama terpojok, kamu mengerti, kan?" itu suara Bu Ratih- sekjen partai.

Semua perkataan tersebut Leonard anggap sebagai angin lalu. Pelengserannya sebagai capres ternyata membawa manfaat di luar nalar. Kehadiran Nadine menjadi pintu utama untuk mengembalikan kredibilitasnya. Akan tetapi, semua problematika dan fakta yang ia temukan sunggu menyayat h

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 69

    Di ruang interogasi yang lengang, hanya ada detak jam dinding yang mengisi jeda hening.Tik… tak… tik… tak…Leonard duduk di kursi besi yang dingin, tubuh tegapnya tampak kokoh, tapi kedua tangannya saling menggenggam erat di atas meja logam. Wajahnya memang tenang, seolah tak terguncang sedikit pun, namun mata gelapnya menyimpan letupan yang tak seorang pun bisa baca.Di balik sorot mata itu, ada badai—amarah, kecewa, dan kehilangan yang ia tekan kuat-kuat.Saat ini, ia diminta menjadi saksi atas kasus keluarga Boaler. Statusnya sebagai tunangan Daisy membuat keterangannya dianggap krusial.Suara pintu berdecit lirih, lalu terbuka pelan. Seorang petugas masuk, menyapukan pandangan sejenak ke Leonard, sebelum berjalan mendekat.Tanpa sepatah kata pun, petugas itu menyelipkan sebuah ponsel ke tangannya, singkat, terburu-buru—seperti sebuah konspirasi kecil yang tak boleh diketahui siapapun.Tatapan mata mereka saling bertemu sepersekian detik. Ada pesan tak terucap di sana: gunakan wak

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 68

    Nadine mendongak, matanya sembab namun berkilat penuh tekad. Ia menepis tisu yang tergeletak di meja, lalu bangkit dengan langkah terburu.“Aku harus menemuinya…” gumamnya. Jemarinya gemetar saat meraih mantel yang tergantung di kursi. Napasnya memburu, seakan paru-parunya dipaksa oleh dorongan nekat yang tak bisa lagi ditahan.Namun sebelum tangannya mencapai gagang pintu, suara berat memotong ruang sunyi safehouse itu.“Berhenti, Nona.”Jack berdiri bersandar di pintu, menghalangi jalan keluar. Tatapannya keras, namun ada kelembutan samar yang berusaha ia sembunyikan.Nadine mengerjap, bibirnya bergetar. “Jack, jangan halangi aku. Aku harus bicara dengan Leonard—dia butuh aku.”Pria paruh baya itu, menghela napas panjang, lalu melangkah masuk. “Nona pikir siapa yang memintaku menjaga pintu ini? Leonard sendiri.”Kata-kata itu menghantam Nadine lebih keras dari bentakan. Ia terdiam, pandangannya goyah. “Apa… apa maksudmu?”Jack mendekat, menatapnya dalam-dalam. “Tuan bilang, sampai b

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 67

    Ny. Boaler mencoba berdiri, tapi dua aparat segera menahan lengannya. Tuan Boaler sendiri hanya terdiam, wajahnya merah padam, antara marah dan putus asa. “Kalian tidak tahu siapa kami! Kami bisa membeli kalian semua!” raungnya, sebelum salah seorang aparat menariknya keluar dengan paksa.Tamu-tamu berdesis, beberapa menutup mulut dengan kipas tangan, sebagian lagi bergegas mundur menjauh, tak ingin terlibat.“Tidak! Kalian tidak bisa melakukan ini! Kami keluarga terhormat!” teriak Tuan Boaler, wajahnya memerah, urat leher menonjol. Ia mencoba berdiri menahan aparat, tetapi lengannya segera dibekuk ke belakang.“Lepaskan aku! Aku punya kekuasaan! Aku—” suaranya teredam saat wajahnya ditekan paksa ke meja marmer panjang yang tadi dipenuhi gelas sampanye.“Papa!” Daisy menjerit, tubuhnya bergetar.Di tengah kekacauan itu, Leonard masih berdiri tegap di lantai dansa, memperhatikan semua dengan tatapan elang. Hanya segaris senyum tipis yang muncul di ujung bibirnya.Daisy mendadak menole

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 66

    Di ruang kerjanya yang luas, Leonard berdiri di depan cermin tinggi. Jas hitamnya sudah terpasang rapi, dasi merah tua melingkar di lehernya, menyisakan aura yang lebih dingin dari biasanya. Sementara seorang valet terakhir kali merapikan lipatan jasnya, Leonard hanya memandang bayangan dirinya dengan tatapan kosong.Pintu terbuka, dan Victoria—ibunya—masuk dengan langkah anggun. Gaun malam berwarna emerald hijau membalut tubuhnya, kilau perhiasan berlian memantul dari cahaya lampu kristal. Di belakangnya, Alexander Sinclair, ayah Leonard, menyusul dengan setelan abu-abu yang klasik namun tetap berwibawa.“Leonard,” suara Victoria lembut, tapi penuh tekanan terselubung. “Kau tahu betapa pentingnya malam ini. Keluarga Boaler tidak hanya sekutu bisnis, mereka bisa menjadi fondasi politik kita. Jadi, aku ingin kau bersikap ramah kepada Daisy. Jangan melakukan kesalahan.”Leonard mengangkat alisnya sedikit, bibirnya melengkung tipis dalam senyum sinis. “Ramah? Atau pura-pura jatuh cinta p

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 65

    Evelyn membeku. Matanya membesar. “Dari… dari mana kalian dapat ini?”“Tidak penting dari mana,” sahut pria itu dingin. “Yang penting sekarang: kau harus memilih. Tetap menjadi pion kecil dalam permainan Daisy, atau… bekerja sama dengan kami, dan keluar hidup-hidup dari kekacauan ini.”Suasana mobil mendadak terasa sesak. Evelyn menggenggam map itu erat, jemarinya bergetar. Ia tahu, sekali saja ia salah jawab, nyawanya bisa melayang sebelum sempat kembali ke apartemen malam ini."Jadi bagaimana?" pertanyaan kembali dilemparkan pada Evelyn. Wanita itu menghirup napasnya panjang."Apa tidak ada penawaran tambahan? Pilihn yang kalian berikan sama-sama merugikanku." Suara Evelyn tertahan oleh emosi.Pria yang duduk di depannya. Sosok berjas hitam dengan tatapan sedingin baja, menyunggingkan senyum tipis.“Wanita pintar,” gumamnya pelan. “Kau mencoba menawar, padahal posisimu tak lebih dari seekor domba di tengah kawanan serigala.”Evelyn menegakkan punggungnya. Meski wajahnya pucat, matan

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 64

    Leonard merenung di ruang kerjanya. Ini hari ketiga selepas kampanye. sehari ia habiskan beristirahat, hari kedua menyelesaikan pekerjaan sebagai Mendagri, dan malam ini dia melakukan pertemuan dengan Angle. Jari jemarinya mengetuk meja dengan gusar. "Nona Nadine tidak bersedia bertemu, Tuan," lapor Jack saat ia hendak ke safehouse. pria itu pun terpaksa mengurung niatnya melepas rindu. Raymon pun menyarankan agar dia bersitirahat dahulu. Apalagi setelah mendapat tawaran dari Deo."Naiklah. Aku akan mengalah, tapi angkat aku sebagai menteri sosial." Itu adalah tawaran Deo saat ia hendak masa bodoh dengan pertemuan yang mereka lakukan."Leo. Ini bukan tawaran, tapi aku meminta tolong," cegah Deo karena Leonard tampak tak tertarik dengan tawaran ke dua."Suara kita bisa imbang kalau kamu menolakku. Aku bersedia memberi suaraku padamu. Asal beri aku satu jabatan itu. Demi negara ini."Leonard langsung menghentikan langkahnya dan menatap tegas ke arah rivalnya. "Beri aku alasan yang je

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status