Share

[3] I'll be Gentle

Author: qeynov
last update Last Updated: 2023-07-03 16:02:53

 “Udin! Dosen Taik sepanjang masa, sini gue goyang biar kalau kasih nilai pake otak dikit,” tepat setelah ucapannya, Anya menarik tengkuk Kamarudin Hasan, manusia ketiga yang menempati urutan makhluk paling dirinya benci di muka bumi ini.

Kamarudin membeliak. Ia mengenal gadis ini sebagai mahasiswi penuh masalah pada kampus tempatnya mengajar. Sudah dua kali gadis bernama Anya tersebut mengulang mata kuliahnya. Hasilnya pun selalu buruk.

Semua tidak terlepas dari sikap buruk Anya sendiri. Sikapnya yang seenaknya dan cenderung sering menantang dosen, termasuk juga dirinya, membuat ia menjatuhkan nilai sesuai bad attitude Anya.

Tentu bukan hanya buruknya kualitas diri gadis itu yang menjadi tolak ukur pemberian nilai. Terdapat serangkaian peraturan yang sering Anya trobos, salah satunya persentase absensi yang tidak memenuhi kriteria kelulusan suatu mata kuliah.

Terlalu lama terkejut dengan tindakan impulsif yang tidak disadarinya, alih-alih mendorong sang mahasiswi rebel, Kamarudin justru memejamkan matanya. Alkohol serta sekelumit masalah pribadi yang dirinya hadapi hari ini membuatnya menikmati ciuman Anya.

Tidak hanya berciuman biasa— keduanya melakukan french kiss. Membuka mulut secara bergantian untuk melesakkan lidah masing-masing. Saling mengeksplorasi rongga-rongga mulut mereka satu sama lain.

Posisi keduanya bahkan telah berpindah. Kamarudin yang terbawa oleh hasrat kelaki-lakiannya, menyambut begitu mesra undangan terbuka salah satu mahasiswinya. Kamarudin memuaskan indra pengecapnya. Mengungkung tubuh Anya di antara tembok dan dirinya.

Barulah ketika Anya menepuk-nepuk dadanya, pria itu menjauhkan kepalanya. Sorotnya yang dulu selalu tajam menatap Anya, berubah menjadi kabut gairah.

“Nggak bisa napas,” ucap Anya, serupa desahan. Gadis itu menjatuhkan kepalanya pada dada bidang Kamarudin.

“Apa kita bisa melanjutkannya?”

Katakanlah Kamarudin gila. Bukan dirinya yang memulai semua ini. Anyalah yang memprovokasi sisi liar di dalam dirinya.

Kemarahan akan perselingkuhan sang kekasih bersama kerabat dekatnya membuat seluruh akal sehat Kamarudin menghilang. Disaat seluruh hatinya hancur lebur, Anya datang membangkitkan, apa yang seharusnya tak gadis itu bangkitkan.

“Saya dapat menyenangkan kamu. Sepertinya kita sama-sama sedang mengalami masalah berat.”

“Em,” dapat Kamarudin rasakan jika Anya menganggukan kepalanya. “Buat gue happy! Bikin gue nggak ngerasain sakit ini lagi.”

Kamarudin membelai rambut pada kepala bagian belakang Anya. “Baiklah. Kita akan saling mengobati malam ini.” Entah luka seperti apa yang diderita mahasiswinya, tapi yang Kamarudin tahu, ia ingin memberikan penawar walau hanya sesaat.

“Kalungkan tangan kamu. Saya akan membawa kamu ke tempat dimana kita tidak akan merasakan sakit.”

Kesadaran Anya yang tersisa hanya 30% itu tak mengetahui dengan pasti apa yang dosennya bicarakan. Dalam keadaan sadar, ia pasti akan melayangkan bogem mentah ketika tubuhnya tiba-tiba saja diangkat.

“Josephine brengsek!”

Ah, persoalan yang sama— mengenai asmara. Sepertinya mereka akan saling melengkapi mulai detik ini.

“Pak..”

Satpam pada pintu belakang kelab memberikan hormatnya. Kamarudin terbiasa melewati pintu tersebut ketika mengunjungi tempat hiburan malam milik sahabatnya.

Selain karena statusnya sebagai pendidik, Kamarudin tak ingin kehidupan pribadinya terekspos. Ayahnya telah mewanti-wanti dirinya untuk tak terlibat dengan para pencari berita.

Kamarudin Hasan— Pria berusia 34 tahun itu merupakan anak kedua dari pemilik perusahaan batu bara. Pusat manajemen perusahaan keluarganya berada di Jakarta, sedangkan beberapa kantor cabangnya tersebar pada titik-titik strategis kota-kota lain.

Sejak Kamarudin muda, ia sama sekali tak tertarik menggeluti bisnis. Sudah ada kakak tertuanya yang menjalankan peran sebagai penerus. Ia bebas memilih jalan hidupnya, asalkan tetap membantu ketika dirinya dibutuhkan.

“Sampaikan pada Alexiz, saya sudah meninggalkan kelab.” Pesan Kamarudin. Ia tidak akan sempat meski sekedar mengirimkan chat untuk sahabatnya. Kucing manisnya yang terus mengendus batang lehernya tampak tak sabaran.

“Baik, Pak Kamar.”

“Yah,” balas Kamarudin tertahan.

Sebenarnya ia tidak terlalu menyukai pemenggalan dalam penyebutan namanya. Kamar atau Udin, keduanya tetap terdengar menyakiti indera pendengarannya.

Tapi mau bagaimana lagi?! Ia tidak dapat mengatur manusia lain. Cukup satu orang saja nanti yang akan dirinya minta untuk merubah panggilan.

“Kamu mau duduk sendiri atau saya pangku? Apartemen saya tidak jauh dari sini.”

“Pangku Papa.” Rengek Anya membuat Kamarudin terkekeh. Baru kali ini ia melihat Anya bersikap begitu manis. Biasanya anak itu akan menyalak seperti anjing milik tetangga komplek sang mama.

“Kamu menggemaskan, Anya.”

“Anya sayang Papa. Kenapa Papa harus tinggalin Mama?! Kenapa dia Pah?! Kenapa bukan mama orang lain?!”

“Kenapa harus Mama Joshepin?”

Racauan beriring isakan Anya mengusik diri Kamarudin. Ia pikir Anya terlahir menjadi seorang putri dari keluarga kaya yang dimanja oleh orang tuanya. Jika dari apa yang dirinya dengar, hubungan internal keluarganya begitu rumit, melibatkan sosok pria yang dua kali disebutkan namanya.

Dibalik sikap tak takut orangnya, Anya— si mahasiswi pembuatan onar, ternyata menyimpan duka yang dalam.

“Luapkan saja. Peluk saya lebih erat, Anya. Kamu dapat membaginya dengan saya.”

“Bacot banget lo, Udin! Suara lo jelek banget!”

Kamarudin mengalihkan tatapannya menuju puncak kepalanya Anya. Mungkinkah mahasiswinya menderita gangguan suasana hati? Cepat sekali berubahnya.

“Paling bener mulut lo buat cium gue aja. Enak soalnya.”

Sudut bibir Kamarudin berkedut. Bukankah gadis dipangkuannya baru saja memujinya?!

“Saya cium lagi setelah sampai di unit apartemen saya.”

“Oke.”

Di kelab yang tak lama ditinggalkan oleh keduanya, sahabat-sahabat Anya dibuat kebingungan karena menghilangnya gadis itu. Flora dan Angel sudah mencari Anya sampai memasuki toilet pria, berpikir mungkin saja sahabatnya dibungkus oleh gadun-gadun pecinta daun muda.

Namun hasilnya nihil. Anya tidak ada di setiap bilik.

“Balik ke rumah kali, Flor.”

“Iya kali, ya. Besok kan kuliah perdana. Mana musuh bebuyutan dia lagi dosennya.”

Mengingat chatingan mereka sebelum berangkat, Angel menggoyangkan lengan Flora. “Kita juga harus balik, Flor! Kan udah janji mau nemenin ngampus.” Tukasnya bersemangat.

“Kita yang maksa mau ngikut, Ngel.”

“Is— sama aja. Demi Pak Kamarudin, Flora.”

Flora cengengesan. “Bener! Hidup Pak Kamarudin!”

“Hidup!!”

Dua sahabat Anya ber-high five. Mereka pulang tanpa menyadari jika dugaan mereka tentang Anya yang ‘dibungkus,’ oleh seseorang memanglah terjadi. Sahabat keduanya itu tak pulang ke rumah, melainkan ke atas ranjang dosen yang mereka idam-idamkan eksistensinya.

“Em-nghh..”

Di pangkuan Kamarudin, kepala Anya mendongak saat pria itu menjelajahi cupingnya. Anya merasakan tubuhnya semakin panas, seolah terbakar dari dalam. Ada gelenyar aneh yang membuatnya menggeliat bak cacing kepanasan.

Desahannya mengalun indah. Terlebih tatkala tangan-tangan Kamarudin meraba setiap inci tubuhnya. Anya mulai terlena. Ia terbawa arus oleh perasaan yang baru dirinya rasakan untuk pertama kalinya, begitu pula dengan Kamarudin.

Keduanya menyelami letupan-letupan yang mendebarkan jiwa. Membiarkan saraf-saraf menegang hingga mengirimkan sinyal-sinyal, kepada otak mereka untuk melakukan kegiatan yang lebih.

Dalam hentakan pelan, Kamarudin mencoba memasuki Anya. Ia tersentak saat merasakan miliknya seolah menembus sebuah penghalang.

Are you a virgin?

Melihat bagaimana Anya meringis, Kamarudin tahu jawabannya.

Im sorry. Saya nggak menyangka kalau kamu ternyata masih gadis Anya.” Bisik Kamarudin merasa teramat bersalah. Siapa yang akan mengira. Penampilan Anya tergolong sangat terbuka sebagai seorang mahasiswi. Gadis itu kerap mengenakan crop top walau tak setinggi pusarnya seperti malam ini.

Belum lagi pertemuan mereka tadi, dimana Anya langsung menyerbu bibirnya. Gadis itu tampak begitu lihai berciuman panas, seolah dirinya memang kerap malukannya.

I’ll be gentle, Anya. I promise you.”  

Malam itu pergulatan yang berbeda terjadi diantara Anya dan dosen yang paling dirinya benci. Kalau biasanya Anya sibuk menimpali setiap perkataan Kamarudin, kali ini pria itulah yang menyahut kala Anya erangan Anya menyeruak sampai ke ubun-ubun kepalanya.

Tak terhitung banyaknya puncak yang mereka ledakan bersama. Keduanya tertidur usai Anya menyatakan kelelahannya.

Sleep tight, Anya..” ucap Kamarudin mengecup punggung telanjang Anya. Tangannya melingkar, memeluk gadis yang tampaknya akan dirinya inginkan untuk waktu dekat ini.

‘Mama benar.. Satu cinta pergi, cinta lainnya akan datang menghampiri,’ batin Kamarudin sebelum mencoba memejamkan matanya. “Terima kasih, Anya. Maaf saya tetap tidak bisa memberikan gratifikasi atas kuliah kamu.”

Profesionalitas dalam bekerja harus dijunjung tinggi. Tak boleh ada keistimewaan, meski mereka terjerat cinta selibat dalam satu malam yang panjang.

“Kamarudin, Anjing!”

“Tidur Anya..” tangan Kamarudin menepu-nepuk pantat Anya dari dalam selimut yang membungkus dirinya. Ia tahu Anya belum sepenuhnya sadar. Gadis yang resmi menyandang status wanita dewasa tersebut membutuhkan istirahat untuk memulihkan tenaganya.

“Sepertinya besok akan menjadi pagi yang cukup ramai.” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Carla
bisa2 nya anya tetap ngumpat itu dosen
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   TAMAT

    Kegagalan Josephin dalam menikahi Jesika secara dadakan akhirnya terbalas. Dikarenakan dirinya yang merupakan kakak Kamasea, ijab qobulnya pun dilaksanakan terlebih dahulu. Tak seperti biasa, Josephin benar-benar tidak mau mengalah pada saudara kembarnya. Untuk pertama kalinya ia bersikap egois, memprioritaskan dirinya di atas kemauan sang adik. “Hi, Wife..” Sapa Josephin dengan senyuman sehangat mentari kala penghulu telah mengesahkan pernikahan mereka. “Hello, Jo..” Pada meja yang bersebelahan dengan prosesi ijab qobul Josephin, Kamasea berseru. “Cih! Abang shut up! Gilirannya Ceya ini!!” Seruannya itu terdengar oleh seluruh tamu undangan mengingat adanya alat pengeras yang terpasang di atas meja ijabnya. “Ya Tuhan.. Punya anak pada ngebet kawin.. Dikira kawin enak kali ya..” gumam Anya, menepuk keningnya. Setelah Michellion yang biang kerok itu ia lepaskan dengan segenap keikhlasan hati, kini tibalah pada momen yang menurut Anya paling berat. Sebagai seorang ibu yang mencintai

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [237] Michellion Kena Usir

    Duka mendalam sedang dirasakan oleh Alexiz. Sejak penghulu yang menikahkan putrinya pulang, pria tampan itu terus saja menangis. Kenyataan dimana putrinya telah dipersunting oleh anak sahabatnya semakin terasa nyata.“Tell me! It was a dream, right? Tadi mereka cuman simulasi ijab aja kan?!” Ucap lirih Alexiz yang belum dapat menerima kenyataan.Melepaskan putri kesayangannya ke tangan pria lain merupakan mimpi terburuk Alexiz. Apalagi kepada orang seperti Michellion Hasan yang ia kenal baik kebobrokannya.“Alexiz, wake up! ini nyata! Lexa kita udah nikah, Lex. Dia akhirnya bisa raih cita-citanya..”Alexiz pun terhenyak. ‘Cita-Cita sampah sialan!’ maki pria itu dalam hati.Sejak kapan tepatnya menikah menjadi cita-cita? Putrinya sungguh abnormal. Disaat anak lain mencita-citakan pekerjaan setinggi langit, putrinya yang cantik dan sedikit tidak baik hati justru mengidam-idamkan lelaki bermasa depan suram seperti Michellion.Ngenes.. Ngenes! Mana anak satu-satunya lagi ah!“Stop crying

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [236] Gagal Kawin

    “Saya terima nikah dan kawinnya, Alexa Sasongko bin..” “Bin.. Bin-tiiii..” Plak! “Argh, Mama!!” erang Michellion kesakitan. “Satu tarikan napas, Ichell!! Satu tarikan!” berang Anya tak mengindahkan protes kesakitan bungsunya. “Serius dong! Jangan salah-salah mulu! Sekali salah lagi, nggak bisa kawin selamanya kamu!” timpal Anya, menakut-nakuti Michellion. Putranya sudah dua kali mengacaukan ijab qobulnya. Anya kan gemas jadinya. Kalau memang tidak niat menikah, anak itu seharusnya bersikap gentle, berani mengakui ketidaksiapannya di depan Alexa dan keluarganya. Memang dasar Michellion! Otaknya hanya berkembang jika menyangkut uang, selebihnya mah nol besar. Michellion yang ragu dengan pernyataan Anya pun bertanya, “masa sih, Mah? Masa gitu doang Ichell terus harus jadi jomblo seumur hidup?” “Dih, nggak percaya-an! Auto blacklist kamu tuh. Iya kan Pak Penghulu?” “Ng..” Melihat pelototan maut Anya, penghulu yang tadinya hendak menyangkal pun merubah jawabannya. “Iya, Mas! Mas h

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [235] Balada Mahar dari Uang Haram

    “Gundulmu!” Sembur Alexiz, ngegas.Calon menantunya memang minta ditendang sampai ke Afrika. Ya mengapatidak– disaat suasana sedang panas-panasnya, anak itu tetap bisa mengelantur.Padahal ia sedang panas dingin karena mendeteksi adanya sinyal permusuhan dariorang-orang rumahnya.Anya menjentikan jari. “Woi! Jadinya gimana? Kaki gue pegel nih berdiri mulu!” tanya perempuan itu tak santai.“...”“Mah, Mah!!” sela Josephin karena omnya tak kunjung menanggapi pertanyaan sang mama. “Nikahin sekarang aja sekalian, Mah. Itung-itung jagain Om Lexiz kalau berubah pikiran lagi ntarnya..”“What?!”Siapa sangka jika usul Josephin itu mengagetkan dua pria disana.Iya, kalian tidak salah jika menebak pekikan tersebut berasal dari mulut Michellion dan calon papa mertuanya.Kali ini keduanya terlihat sangat kompak. Karena kekompakan yang jarang terlihat itu, keduanya bahkan sampai bertatapan mesra.Respon kaget yang mengisyaratkan ketidaksetujuan itu berbanding terbalik dengan Alexa.Alexa yang te

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [234] It's My Dream, Pah!

    ‘Anjing lah! Perasaan gue jadi anak udah sholeh, kenapa ada aja sih ujiannya!’Ditengah umpatan yang Michellion pendam, bibir anak itu berkedut dikarenakan senyuman yang terpaksa harus dirinya hadirkan.“Kamu, bla-bla-bla..”Dengan wajah datarnya— bungsu kamarudin itu berpura-pura fokus mendengarkan. Setiap kali nada papa Alexa berubah, ia menganggukkan kepala. Padahal ia sendiri tidak menyimak serius kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh omnya.“Gara-gara kamu masa depan Lexa jadi kacau gini! Kalau sampai kamu nanti nggak bisa bahagiain Lexa... Siap-siap aja ya kamu.. Om bakal kirim kamu ke neraka jahanam!”“Heum..” gumam Michellion lemah sebagai jawaban.“Jalur express!!”“Via darat apa laut, Om?” celetuk Michellion. Ia paling tidak betah jika harus terus dalam mode serius. Menjadi orang serius bukanlah bakatnya. Melakukan itu hanya membuatnya lelah jiwa dan raga.“What the..”“Uhuk!! Banyak anak dibawah umur disini, Lex!” tegur Kalingga. Setelah tak bisa menghadiri acara lamaran ke

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [323] Dasar Manusia Durjana!

    Pada hari berikutnya, kediaman Anya kembali ramai. Kali ini lamaran datang dari pihak orang kepercayaan Kamarudin.“Apaan nih, Man? Pake repot-repot segala.”“Sogokan biar lamarannya nanti diterima, Bu.” Kekeh Lukman dengan tawa renyah di akhir kalimatnya.“Aigo! Mana ada Kenan ditolak.. Bawa diri aja udah pasti diterima lamarannya.” Sahut Anya, membalas.Anya tak mungkin mempersulit masuknya Kenan ke dalam keluarga besar mereka. Selain dikarenakan putrinya yang terlanjur cinta mati, Kenan sendiri sudah dirinya incar sejak keduanya baru mendekatkan diri.Andaikan Kamarudin tidak bertindak sebagai ayah yang terlewat posesif kepada putrinya, pembicaraan tentang pernikahan Kamaseda dan Kenan pasti sudah lama terealisasikan.“Masuk, yuk.. Kita kirain nggak jadi kesini.. Abisnya lama banget nggak nyampe-nyampe kaliannya.” Ujar Kamarudin, mempersilahkan.“Iya, nih!! Ceya sampe udah mau banjir air mata itu..” pungkas Anya, menimpali perkataan Kamarudin.Kenan pun meminta maaf karena telah me

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [322] Drama Lamaran Josephin

    Sudah diputuskan!! Demi menghargai silsilah persaudaraan diantara anak-anaknya, Kamarudin dan Anya pun akhirnya menentukan hari yang berbeda untuk prosesi lamaran ketiganya. Ya, hanya 3 karena Josephin tidak dihitung.. Menjelang hari lamarannya, Josephin untuk sementara waktu diungsikan ke rumah orang tua Anya. Anak itu akan mengetuk pintu rumah mereka dengan didampingi opa dan kedua omanya. Terdengar rempong kan?! Namun bagi Anya, alur seperti itu, hukumnya wajib untuk dijalankan. Anya tidak ingin melepas putri pertamanya dengan asal-asalan. Ia ingin putrinya dilepaskan dengan alur yang semestinya, seperti para anak perempuan milik orang lain. Untuk itu, Josephin pun harus melakukannya sesuai prosedur, dengan bertindak seolah-olah dia merupakan pihak luar yang hendak meminang putri dari keluarganya. Yah, salah sendiri ngebet nikahnya sama dengan angota keluarga sendiri. Coba saja anak itu memilih gadis lain, pendampingan pada lamarannya pasti akan ditemani Anya dan Kamarudin se

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [321] Poor Michellion

    “Ya Tuhan,” desah Kamarudin.Pria itu meletakkan ponselnya ke atas meja kerja.“Sialan lo, Lex!”Beberapa detik yang lalu Kamarudin baru saja mendapatkan laporan. Ia akhirnya mengetahui jika sahabat baiknya lah yang menjadi dalang dari meledaknya tagihan putra bungsunya.Sungguh sahabat yang baik. Pria itu sangat tahu cara untuk membalaskan dendamnya. Dengan begini, ia jadi tak bisa berkutik, termasuk memarahi putranya agar Michellion dapat belajar artinya bertanggung jawab dalam menggunakan uang.Yah, mereka juga tak mungkin mengambil kembali barang-barang yang telah diberikan. Hal itu sangat tidak etis. Sebesar apa pun mereka merugi, apa yang mereka hadiahkan jelas sudah menjadi hak si penerima, terlepas dari seberapa liciknya Alexiz dalam memanfaatkan momentum lamaran putrinya.“Man, buat lamaran Ceya nanti, kalian udah nyiapin apa?” tanya Kamarudin, mengangkat kepalanya dan memandang Lukman yang saat ini tengah membaca berkas di meja tamu ruangan kerjanya.“Standar saja sih, Pak..

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [320] Warisan Ichell Terancam Dipotong

    Michellion berjalan mengendap setelah melewati pintu utama rumahnya.Kepalanya celingukan, memastikan jika dirinya aman, tak berpapasan dengan sang mama.Gila, Gila!Seharian berkeliling mencari hadiah benar-benar membuatnya ingin mati berdiri.Ia tidak tahu pasti berapa uang yang telah dirinya gelontorkan, tapi mengingat banyaknya perhiasan dan hal-hal lain yang calon papa mertuanya beli, sudah dipastikan ia akan tinggal nama ditangan mamanya.“Chell..”“Ssst, Kak, jangan kenceng-kenceng!” hardik Michellion, pelan. Ia kan tengah menghindari pertemuan dengan mamanya. Kalau sampai mamanya tahu ia sudah pulang, habis sudah telinga dan kewarasannya.Di Balik tembok yang memisahkan ruang tamu dengan keluarga, Michellion melambaikan tangan, mengundang sang kakak untuk mendekat ke arahnya.“Apaan sih? Kamu yang kesini lah!”Mendengar jawaban kakaknya, Michellion pun menghentakkan kaki-kakinya.“Cepetan ih!!” pinta Michellion, setengah mengerang.Rumahnya mungkin terlihat sepi, tapi dibalik

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status