Home / Romansa / Dosen Killer Itu Calon Suamiku / Bab 9: Pertemuan yang Mengejutkan

Share

Bab 9: Pertemuan yang Mengejutkan

Author: Nareswari
last update Last Updated: 2025-11-30 18:38:21

“Setidaknya aku lebih bisa berargumen dan menggunakan logika dalam setiap situasi,” sangga Septha.

Tiara dan Septha memang selalu ribut setiap bertemu. Tetapi justru itulah cara mereka menunjukkan kasih sayang mereka.

Karena kalau salah satu dari mereka marah, yang tersisa hanyalah keheningan yang cukup lama.

Pernah mereka ribut karena masalah kamar mandi. Siapa yang lebih dulu harus mandi. Dan berakhir saling diam sampai satu bulan lamanya.

“Silakan menikmati hidangannya, Nona-nona.” Seorang pramusaji datang membawa pesanan mereka.

Wangi saus truffle yang begitu memikat, membuat perut Tiara semakin keroncongan.

Seketika Tiara dan Septha menghentikan perdebatan mereka dan tenggelam dengan kenikmatan santapan malam. Lidah mereka termanjakan. Dan perut mereka puas kekenyangan.

“Ayo, Kak, kita pulang!” ajak Septha begitu mereka selesai makan.

Mereka pun bergegas pulang.

Rumah orang tua Tiara berada di komplek perumahan yang letaknya sangat strategis. Pasar, pusat perbelanjaan, fas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 11: Hari Keberangkatan

    “Maaf, Pak, saya terlambat,” ucap Tiara sambil ngos-ngosan. Jarak antara kantornya dengan café Secret Garden sebenarnya tidak terlalu jauh. Tapi kalau harus naik kendaraan, jalan yang diambil harus memutar karena jalan di sana merupakan jalan satu arah. Jadi, Tiara lebih memilih berlari agar cepat sampai. Bima sedang menikmati makan siangnya. “Duduklah!”Tiara menggeserkan kursi dan kemudian duduk. Bima melambaikan tangannya kepada pelayan. Dan pelayan pun segera datang menghampirinya. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya pelayan tersebut. Bima menyerahkan menu kepada Tiara. “Kamu pesan makanan dulu. Kita bisa bicara setelah ini.”Tiara menerima buku menu dengan bingung. Tapi, dia tetap memesan makanan sesuai perintah Bima. “Saya mau Pasta Vongole satu dan Butter Garlic Shrimp satu. Minumnya es kelapa satu. Terima kasih,” ucap Tiara. Pelayan mencatat dan membacakan pesanan lagi untuk memastikan pesanannya benar. Setelah itu, pelayan segera kembali ke dalam. “Jadi kamu bekerj

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 10: Spekulasi Tidak Penting

    “Baik, Mbak. Selamat pagi, Pak Guntur dan Pak Bima. Perkenalkan, saya Tono Hartono, Kepala Perencanaan Tur,” ucap Tono membuka presentasi. Tono menjelaskan rencana kegiatan selama di Pulau Samara selama 3 hari 2 malam. Semua menyimak dengan baik, kecuali Bima dan Tiara. Mereka tampak tidak nyaman dan menyembunyikan perasaan masing-masing. Sesekali mereka saling lirik. Namun, seketika langsung membuang muka dan berpura-pura melakukan hal lain. ‘Kenapa harus ketemu Pak Bima di sini sih?’ tanya Tiara dalam hati. ‘Ternyata, dia kerja di sini,’ ucap Bima dalam hatinya. ‘Kenapa si Guntur bisa nyasar ke sini sih?’Rupanya Tono sudah selesai mempresentasikan rencana kegiatan. Lalu, dia mempersilakan Tiara untuk melanjutkan diskusi. Namun, Tiara masih tenggelam dalam lamunannya. “Mbak, Mbak Tiara!” panggil Tono membuyarkan lamunan Tiara. Tiara tersentak. “Eh, ya? Maaf, maaf, sampai mana tadi?”Tono memberi isyarat kepada Tiara untuk maju ke depan. Tiara segera beranjak dan merapikan pak

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 9: Pertemuan yang Mengejutkan

    “Setidaknya aku lebih bisa berargumen dan menggunakan logika dalam setiap situasi,” sangga Septha. Tiara dan Septha memang selalu ribut setiap bertemu. Tetapi justru itulah cara mereka menunjukkan kasih sayang mereka. Karena kalau salah satu dari mereka marah, yang tersisa hanyalah keheningan yang cukup lama. Pernah mereka ribut karena masalah kamar mandi. Siapa yang lebih dulu harus mandi. Dan berakhir saling diam sampai satu bulan lamanya. “Silakan menikmati hidangannya, Nona-nona.” Seorang pramusaji datang membawa pesanan mereka.Wangi saus truffle yang begitu memikat, membuat perut Tiara semakin keroncongan. Seketika Tiara dan Septha menghentikan perdebatan mereka dan tenggelam dengan kenikmatan santapan malam. Lidah mereka termanjakan. Dan perut mereka puas kekenyangan. “Ayo, Kak, kita pulang!” ajak Septha begitu mereka selesai makan.Mereka pun bergegas pulang. Rumah orang tua Tiara berada di komplek perumahan yang letaknya sangat strategis. Pasar, pusat perbelanjaan, fas

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 8: Gen Z vs Gen Alpha

    “Iya, Bun, aku juga terus berusaha kok, agar skripsiku cepat selesai,” ucap Tiara lemas. Seorang pramusaji mengantarkan pesanan mereka. Tiara langsung menyedot minumannya. Mia memperhatikan anak sulungnya. Tidak seperti biasa, Tiara agak tertutup hari itu. “Ada apa, Nak?” tanya Bunda lembut. Tiara tersentak. “K-kenapa Bun?”Mia menggeleng pelan. Lalu menggenggam tangan Tiara. “Maafkan Bunda ya, Kak, sudah memberikan beban yang besar bagi Kakak.”Meskipun Mia terlihat kuat dari luar, tapi Tiara tahu betapa rapuhnya di dalam. Itulah yang membuat Tiara harus bisa menjadi pelindung bagi keluarganya. Tiara harus segera mengambil alih bisnis ayahnya. Meskipun Mia pernah memberikan pilihan untuk menyerahkan kepemimpinan kepada tenaga profesional. Tapi bisnis yang Jeremy bangun adalah mimpinya yang baru bisa terlaksana setelah Jeremy pensiun mengajar. Dan Tiara ingin menjaga dan melindungi mimpi ayahnya itu. “Bunda nggak usah khawatir. Ini juga mimpi Tiara kok, Bun,” kata Tiara. “Bund

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 7: Dirawat-Inap

    “Diambil darahnya kan pas Ayah pingsan. Jelas nggak sakit,” celetuk Septha. Anak satu ini memang suka ceplas-ceplos. Gen Alpha memang beda. Semua orang jadi tertawa mendengarnya. Tidak lama kemudian, seorang dokter jaga bertubuh tinggi dengan kulit yang eksotis datang. Perawat cantik bertubuh mungil mengikutinya di belakang sambil membawa berkas medis. “Selamat siang Bapak dan Ibu, juga Kakak dan Adik. Hasil tes laboratorium sudah saya terima,” ucap dokter jaga sambil meminta berkas dari perawat. Dokter membaca kembali hasil tesnya. “Kadar hemoglobin Bapak cukup rendah di 8,5 g/dL, nilai normalnya untuk pria di angka 13 ke atas. Ada kemungkinan, Bapak mengalami anemia.”Tiara, Mia, dan juga Septha mendengarkan dokter dengan seksama. Mereka berpegangan tangan, berharap semuanya baik-baik saja. Dokter melanjutkan penjelasannya. “Dan juga kadar gula darah Bapak Jeremy juga cukup rendah, di angka 60 mg/dL. Kondisi ini bisa jadi membuat Bapak pusing, pandangan kabur, dan bahkan pingsa

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 6: Maaf yang Mengejutkan

    Bima menggeleng. “Bukan menyiapkan, tapi membelikan dan mengantarkan ke sini.”“Yah, Pak, kalau saya tidak bisa bagaimana, Pak?” rengek Tiara. “Saya harus kerja soalnya, Pak.”Bima merapikan mejanya. “Saya tidak mau tahu. Bagaimanapun, sesibuk apapun, kamu harus menyempatkan diri untuk mengantar makanan saya ke sini.”Lalu, dia berdiri dan mencondongkan wajahnya ke arah Tiara. Tiara agak tersentak kaget. “Kamu harus ingat kesepakatan kita,” ucap Bima dengan tatapan yang tajam dan senyum sinisnya.Tiara tampak syok. “B-baik kalau begitu, Pak.”Bima melihat jam tangannya. “Ya sudah, kamu boleh keluar.”“Kita nggak bimbingan, Pak?” tanya Tiara tak percaya. “Sudah selesai,” ucap Bima. Tiara hanya mendengus kesal. Mau tidak mau dia hanya mengangguk dan bergegas membereskan laptopnya. Tidak lupa, dia masukkan black card milik Bima ke dalam dompetnya. Lalu, dia pamit. Belum juga Tiara melangkahkan kakinya keluar, Bima memanggilnya kembali. “Tiara,” ucap Bima.Tiara menoleh. “Ya, Pak?”“

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status