Share

Bab 05. Malam Pertama

Sejak tadi, Melisa tidak bisa tertidur. Ia terus mengubah posisi berbaringnya agar bisa terlelap, tapi tetap saja tidak bisa. Entah apa alasan pastinya, tapi mungkin salah satunya karena ada Azham di sampingnya yang tidur dengan pulas.

Untuk pertama kalinya, Melisa tertidur di ranjang yang sama dengan lawan jenisnya. Membuat dirinya merasa canggung. Meskipun, Azham tidak meminta yang macam-macam, dan langsung tidur begitu saja di samping Melisa setelah makan malam. 

Namun tetap saja, Melisa merasa canggung dan gelisah. Karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya tidur bersama laki-laki. Untuk kesekian kalinya, Melisa mengubah posisi tidurnya yang tadinya tertidur miring sekarang telentang menghadap langit-langit kamar. 

"Berhenti bergerak, Melisa. Kamu membuatku tidak bisa tidur kalau terus saja bergerak tidak bisa diam," ujar Azham tiba-tiba membuat Melisa terkejut. 

Ia melirik ke samping melihat Azham yang juga sedang menatapnya. Netra mereka berdua saling beradu satu sama lain. Membuat jantung keduanya berdebar kencang. Ternyata, bukan hanya Melisa saja merasa canggung, tapi juga Azham. Hanya saja, Azham pandai untuk bersikap biasa-biasa saja, dan tidak ketahuan kalau ia pun merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Melisa. 

"Bukan cuman kamu saja yang merasa canggung tidur berdua begini," ucap Azham setelah beberapa saat terdiam. 

Azham berdehem beberapa kali untuk mengurangi groginya. Lalu berkata, "Karena... Saya juga." Azham memutuskan pandangannya ke arah lain. 

Melisa pun, melakukan hal yang sama. Melisa memalingkan wajahnya ke arah samping. Melisa menghembuskan nafasnya kasar, ternyata dia tidak sendirian merasakan kecanggungan di malam sunyi seperti ini, tapi Azham juga. 

"Maaf," lirih Melisa. "Masalahnya... Saya cukup gugup," ungkap gadis itu.

Azham melirik Melisa memperhatikan wajah Melisa dari samping, tanpa ia sadari, ia memuji wajah cantik milik Melisa. Azham cepat-cepat memalingkan wajahnya saat melihat Melisa menggerakkan kepalanya menoleh ke arahnya.

Melisa mengernyitkan kening saat Azham tidak meresponsnya dan hanya diam, malah hanya menatapnya tanpa berkedip. Melisa bisa tahu itu karena ia melihat dari ujung matanya. Debaran di dalam dadanya semakin kencang saat menyadari itu. 

"Kenapa menatapku seperti itu, Pak?" tanya Melisa. 

Azham terkaget mendengar Melisa tahu kalau ia menatapnya tadi, ia semakin merasa canggung dan malu kedapatan oleh Melisa. Azham merutuki dirinya yang sangat bodoh karena harus terpesona akan kecantikan alami yang dipancarkan oleh Melisa. 

"He'em... Siapa yang menatapmu? Jangan ke ge-eran kamu," kilah Azham. 

"Really?" tanya Melisa tidak percaya. 

Azham mendengus sebal. "Memang untuk apa saya menatapmu? Bikin sakit mata saja," ejek Azham membuat Melisa mendelik. 

"Bikin sakit mata, tapi tetap ditatap sampai nggak bisa kedip gitu," ledek Melisa membuat Azham menghela nafas kasar. 

Ia tidak memedulikan Melisa, ia menarik selimut dan mengubah posisi tidurnya membelakangi Melisa. Melisa tersenyum puas sudah menggoda Azham, setidaknya rasa gugupnya sedikit berkurang. 

"Yakin, Pak. Nggak mau natap lagi, nih?" goda Melisa lagi. 

"Nggak!" ketus Azham membuat Melisa terkekeh. 

Melisa kemudian kembali mengubah posisinya dengan posisi yang sama dengan suaminya. Membelakangi Azham sembari menarik selimut menutupi setengah tubuhnya sebatas dada. Kemudian mencoba untuk tertidur. Dan akhirnya, ia pun bisa tidur dengan nyenyak.

Sudah tak perlu berekspekfasi tinggi. Memang apa yang akan diharapkan oleh dua orang yang terikat dalam perjodohan? Malam pertama yang manis? Penuh gairah? Tentu tidak ada. Semuanya masih merasa kaku, dan mungkin masing-masing di antara mereka sedang menyesuaikan diri. 

*** 

Melisa terbangun saat mendengar suara Azdan subuh di mesjid berkumandang. Ia mengusap wajahnya kembur untuk menghilangkan rasa kantuk, akibat tidak bisa tertidur semalam. Semua itu dikarenakan Azham.

 Melisa bergerak pelan menyingkap selimut dan bergerak turun dari ranjang, agar tidak membangunkan Azham yang tertidur pulas di sampingnya. Akan tetapi, pergerakan kasur di samping Azham membuat pria itu ikut terbangun.

 Melisa berhenti bergerak saat melihat mata Azham perlahan terbuka. Melisa menutup mulutnya merasa bersalah karena tidak sengaja membangunkan Azham yang sekarang sedang menatapnya dengan tatapan sayu karna kantuk.

“Maaf membangunkan, Bapak.” Azham mengusap wajahnya kasar. “Tadi, saya hanya ingin bangun salat. Bapak lanjut tidur saja. Sekali lagi maaf,” ujar Melisa merasa tidak enak.

Azham terdiam mendengar Melisa yang ingin salat subuh. Azham teringat bahwa dirinya sudah lama meninggalkan salat lima waktu, dan sudah hampir tidak punya waktu untuk melaksanakannya.

Apa salah kalau aku ikut salat dengan gadis ini? batin Azham.

Melisa mengernyitkan keningnya melihat Azham terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Melisa semakin merasa tidak enak. Ia berpikir, Azham marah karena tidurnya diganggu olehnya.

“Pak,” panggil Melisa pelan. “Bapak marah?” tanya Melisa hati-hati.

Azha tersadar dan melirik Melisa. Ia lalu menatap Melisa cukup lama. Hal itu tentu membuat Melisa khawatir.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status