Share

Bab 198

Penulis: Ghea
Menjelang ujian akhir semester, suasana belajar di kalangan mahasiswa pun makin tegang. Di dalam kelas, Arlina menunduk serius menatap bukunya, sama sekali tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang berdiri di luar jendela dan memandanginya diam-diam.

"Rio." Seorang gadis berjalan mendekat ke arah Rio dengan ekspresi gugup.

Rio dikenal tampan dan berprestasi. Bukan hanya satu dua orang yang menyukainya, gadis di hadapannya ini adalah salah satunya.

Sayangnya, nilainya biasa-biasa saja, wajahnya pun tidak mencolok. Di antara kerumunan, dia bukan tipe yang mudah menarik perhatian. Selama ini, dia hanya berani diam-diam memperhatikan Rio. Tak pernah dia bayangkan, suatu hari Rio akan datang mencarinya lebih dulu.

Menatap gadis pemalu itu, Rio langsung berkata, "Aku mau minta tolong sesuatu."

Gadis itu segera menjawab, "Kamu bilang saja, kalau aku sanggup, pasti aku bantu."

Rio mendekat ke arahnya. Wajah si gadis spontan memerah.

Begitu mendengar jelas apa yang dikatakan Rio, ekspresi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 262

    Di ruang rawat rumah sakit, sebuah sosok berlari dari ujung lorong."Gimana keadaannya?" Jazlan bertanya sambil berkacak pinggangnya dan terengah-engah. Dia mendapat telepon dari Rexa tengah malam. Sambil mengatur urusan rumah sakit, dia buru-buru datang.Wajah Rexa terlihat murung, bayangan cahaya membuat ekspresinya tampak misterius. "Masih dalam pemeriksaan."Baru saja dia berkata begitu, dari ruang pemeriksaan terdengar suara. "Keluarga pasien, silakan masuk."Rexa mendorong pintu. Jazlan tak bergerak, hanya mendengar Rexa berkata, "Kamu tunggu dulu di sini."Arlina baru saja selesai diperiksa dan sedang berbaring di ranjang. Celananya masih setengah terlepas. Melihat dokter memanggil orang masuk, dia langsung panik dan buru-buru menarik celananya."Jangan bergerak dulu, biar keluarga pasien yang membantumu," ujar dokter.Rexa tidak banyak berbicara. Dia maju untuk memakaikan celana Arlina, lalu merapikan baju di perutnya.Arlina kini tak lagi peduli dengan rasa malu. Dia menatap d

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 261

    Rexa berjalan cepat beberapa langkah dan membungkuk mengambil sesuatu. Sepatu itu persis dengan milik Arlina.Dia merasakan firasat buruk. Sambil segera mengeluarkan ponsel untuk menelepon, dia berlari ke atas dengan langkah besar.Suara yang terdengar di telinganya hanyalah nada "ponsel tidak aktif." Rexa tahu ponsel Arlina kehabisan baterai.Setibanya di lantai empat, dia berlari ke ruangan yang lampunya masih menyala. Laboratorium itu kosong, tidak ada satu pun bayangan orang, hanya napasnya yang terdengar berat.Di lantai dua, Arlina dan Friska bersembunyi di pojok dinding. Suasana di sekitar begitu sunyi, seolah-olah hanya suara detak jantung mereka yang terdengar di telinga.Arlina menduga Frans pasti menemui sesuatu. Kalau tidak, tidak mungkin dia pergi tanpa sempat melihat ke dalam. Padahal jika dia mengintip sedikit saja, mereka berdua pasti ketahuan.Arlina takut Frans akan kembali. Tempat ini tidak aman untuk lama-lama, mereka harus pergi ke tempat yang ada orang.Setelah me

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 260

    Mereka masih berada di dalam gedung laboratorium. Frans mulai memeriksa setiap ruangan satu per satu.Di lantai satu, setiap pintu dibuka olehnya sambil menggunakan senter ponsel untuk menerangi bagian dalam lewat kaca jendela. Setelah selesai memeriksa lantai satu, dia naik ke lantai dua.Langkah kakinya terdengar ringan. Namun, ketika dia tiba-tiba menarik gagang pintu tempat mereka bersembunyi, Arlina dan Friska langsung terkejut. Tubuh mereka menegang. Seiring dengan getaran pintu, jantung Arlina dan Friska seakan-akan meloncat ke tenggorokan.Kemudian, sebuah cahaya menyorot dari jendela. Arlina segera bereaksi, cepat-cepat menarik Friska ke pojok dinding di belakang pintu.Lewat jendela, mereka bisa melihat wajah Frans mendekat ke kaca. Meskipun cahaya remang, tatapan dingin Frans terlihat jelas, membuat suasana semakin menegangkan.Arlina memeluk Friska, menahan napas, tak berani bersuara. Cahaya lampu yang samar menembus kaca transparan. Dalam cahaya temaram itu, Friska melihat

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 259

    Saat mendekati pintu, Frans baru menyadari ada sebuah bola karet merah yang jatuh di lantai.Tatapan Frans menjadi gelap, tangannya meraih gagang pintu lalu memutarnya perlahan. Begitu pintu terbuka, Frans langsung menerobos masuk.Namun, di dalam kosong. Tidak ada siapa-siapa, hanya peralatan eksperimen yang tertata di atas meja. Frans menatap dengan agak terkejut.....Tiga menit sebelumnya, Arlina mengintip dari celah pintu dan terkejut melihat pemandangan di depannya.Awalnya dia mengira mereka berdua punya hubungan gelap dan diam-diam bertemu di laboratorium pada malam hari. Namun, saat melihat ekspresi Friska, Arlina sadar bahwa dirinya sama sekali belum siap mental.Friska bukan melakukannya dengan sukarela. Frans sedang memaksanya!Pemahaman itu membuat tangan Arlina gemetaran. Mendengar Friska yang terus memohon, dia hampir saja menerobos ke sana. Namun, dia segera menenangkan diri.Tidak boleh, tidak boleh. Jika melawan secara frontal, siapa tahu Frans yang sudah terpojok jus

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 258

    Maxton nyaris menangis, wajahnya penuh dengan permohonan.Erick mengejek dengan sinis, "Kalau kamu memang punya uang, apa mungkin sampai sekarang belum bayar?""Itu karena kakakku masih kuliah, jarang pulang. Dia mahasiswi kedokteran, suaminya profesor di fakultas kedokteran, pasti mereka punya uang.""Profesor dan mahasiswi ya? Sepertinya kakakmu dan suaminya pintar bersenang-senang juga." Tatapan Erick mendadak menjadi tajam. "Sekarang aku masih bisa percaya padamu?""Bisa, bisa, kasih aku lima hari. Nggak, tiga hari saja, aku pasti bayar semua beserta bunganya," ujar Maxton dengan senyuman menjilat. "Kak Erick, lenganku ini nggak sebanding dengan uang. Kamu begitu kaya, masa mau musuhan sama uang?"Erick tidak menjawab, membuat Maxton menahan napas menunggu keputusan. Beberapa saat kemudian, Erick mengibaskan tangannya. Tongkat bisbol yang tadi hanya berjarak beberapa sentimeter dari lengannya pun ditarik kembali."Aku kasih kamu waktu tiga hari lagi. Kalau uangnya belum terkumpul,

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 257

    "Terus, gimana? Apa dia akan kembali melukai dirinya sendiri?" Suara Arlina terdengar cemas. "Pak Rexa, apa aku bisa percaya padamu?"Rexa tiba-tiba teringat kata-kata Friska, juga teringat tatapan hati-hatinya. "Aku akan cari kesempatan untuk bicara dengannya."Setelah berkata begitu, Rexa melihat Arlina masih mengerutkan wajahnya, jadi menariknya ke dalam pelukan. "Sudah ya, sekarang waktunya tidur. Bayi harus tidur, mamanya juga harus tidur."Cara Rexa berbicara seolah-olah sedang menidurkan anak kecil, hanya kurang menyanyikan lagu pengantar tidur. Arlina tak kuasa menahan senyuman di sudut bibirnya, lalu mengangkat selimut di sebelahnya. "Papanya juga harus tidur."Rexa berbaring di sampingnya, mencium keningnya dengan lembut. "Selamat malam." Keduanya pun berpelukan, lalu terlelap bersama.Saat itu, mereka tidak pernah menyangka beban yang dipikul Friska begitu berat dan tak pernah menyangka akan terjadi perubahan sebesar ini. Sejak kebenaran terungkap, segalanya menjadi di luar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status