Share

Bab 236

Penulis: Ghea
Suara Arlina yang manja membuatnya tampak semakin menggemaskan.

Rexa menelan ludah pelan, nada bicaranya menjadi sedikit dalam dan menggoda. "Aku juga pernah kasih kamu angpau, tapi kenapa kamu nggak kasih aku balasan apa-apa?"

Malam tahun baru waktu itu, Rexa memang memberinya sebuah angpau besar.

Merasa sedikit tidak enak karena sudah menerima pemberian, Arlina langsung berjinjit dan mengecup pipinya yang lain. Bibirnya yang lembut menempel di pipi Rexa, membuat jantung pria itu berdebar keras sesaat.

Namun saat Arlina hendak mundur, Rexa langsung melingkarkan tangan di pinggangnya dan menahannya agar tidak kabur.

Kini, kening mereka hampir bersentuhan. Suara Rexa rendah dan penuh godaan, "Angpau yang kuberikan ke kamu itu sepuluh kali lipat lebih besar dari yang dikasih ke temanmu. Kamu cuma balas begitu saja?"

Nada bicaranya membuat wajah Arlina langsung merona hebat. "Terus ... kamu maunya gimana?" tanyanya dengan manja.

"Kamu sendiri kira-kira gimana?" Rexa balik bertanya sambil
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 244

    "Friska, sudah bicara dengan keluargamu?" Robert baru saja melangkah mendekat ketika melihat Friska tersentak dan menjauh ke samping dengan langkah limbung."Heh ...." Robert memanggil pelan, tapi gadis itu menghilang dari pandangannya dengan cepat. Dia pun menggumam heran, "Kenapa seperti lihat hantu? Memangnya dosen seseram itu?""Aku hubungi dia lagi nanti saja," ucap Robert sambil menoleh ke belakang dan melihat Frans berdiri di sana dengan senyum yang aneh.Senyum itu agak membuatnya merinding."Pak Frans, kenapa? Ada apa?"Suara Robert menyadarkan Frans dari pikirannya. "Oh, nggak apa-apa. Ayo, kita ke atas saja," jawabnya santai. Senyum aneh di wajah Frans menghilang dalam sekejap, digantikan dengan ekspresi hangat dan ramah seperti biasanya, seolah-olah semua yang tadi hanyalah ilusi dari Robert.Robert mengangguk dan mengikutinya. Karena kantor mereka tidak berada di ruangan yang sama, begitu akan berpisah, Frans tiba-tiba memanggilnya lagi. "Pak Robert."Wajahnya tenang dan n

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 243

    "Aku lagi lihat-lihat perlengkapan bayi," kata Arlina sambil menyodorkan ponsel ke hadapan Rexa dan ikut mendekatkan tubuhnya ke arahnya. "Algoritma ini menyeramkan. Sekarang tiap kali buka HP, yang muncul semua tentang bayi."Rexa pun dengan senang hati merangkul bahunya dan membiarkan kepala Arlina bersandar di pundaknya. Tatapannya mengikuti layar ponsel yang digulirkan oleh jari telunjuk Arlina."Baju ini lucu sekali, cocok buat bayi yang baru lahir.""Terus yang ini, warnanya pink. Aku suka sekali.""Topi kuning ini, mirip Donald Duck! Menggemaskan sekali, ya ampun!""Sepatunya juga lucu, sepertinya empuk dan nyaman sekali."Arlina bersandar di bahunya sambil terus bergumam pelan, suaranya lembut dan antusias, penuh kehangatan.Rexa tersenyum simpul, lalu berkata dengan lembut, "Kalau kamu suka, beli saja semua. Lagi pula, kamar bayinya cukup luas."Beberapa hari ini mereka memang sedang menyiapkan kamar bayi bersama. Setiap sudutnya diisi dengan cinta dan harapan, menanti kedatan

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 242

    Tania merasa Friska pasti punya masalah psikologis. Kalau kejadian ini terjadi saat mereka masih SMP atau SMA, mungkin dia akan punya dorongan untuk "menyelamatkan" Friska atau mendekatinya dengan harapan bisa "menghangatkannya dengan cinta".Namun sekarang, pikirannya sudah tidak senaif dulu.Setiap orang punya hidupnya masing-masing. Kalau seseorang memilih untuk tidak membuka diri, dia tidak punya kewajiban untuk memaksa. Itu adalah gaya hidup yang dipilih orang tersebut dan dia menghormatinya.Setelah menutup panggilan dengan Arlina, Tania bersiap untuk menonton beberapa video sebelum tidur.Tiba-tiba, salah satu teman sekamar mereka berbicara, "Pak Frans baru saja balas pesanku! Padahal aku kirain malam-malam begini dia udah nggak bakal respons."Teman sekamarnya itu memang selalu kesulitan memahami pelajaran bagian penyakit dalam. Beberapa hari lalu, dia memberanikan diri menambahkan kontak Frans dan tak disangka, sang profesor menyetujuinya. Malam ini dia mengirimkan pertanyaan

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 241

    Tas punggung Arlina tergeletak sendiri di lantai.Suasana sempat hening selama beberapa detik. Arlina dan Rexa saling bertatapan, lalu keduanya pun tak tahan dan tertawa.Wajah Arlina yang putih masih bersemu merah, seperti bunga yang sedang mekar. Sorot matanya tampak berkaca-kaca dan sedikit malu.Rexa menelan ludah pelan, lalu bertanya dengan suara serak, "Malam ini makan pangsit, ya?"Arlina menunduk dan menjawab lirih, "Iya."....Sejak saat itu, Arlina tidak lagi memperhatikan soal pertukaran pelajar. Hari-harinya berjalan seperti biasa. Tatapan mahasiswa lain masih sering mengarah padanya, tapi dia tidak terlalu peduli. Di kelas, dia tetap serius belajar dan sepulang dkuliah ia selalu pulang bersama Rexa. Pria itu akan memasakkan makanan lezat untuknya, dan malam harinya bahkan memijat kakinya yang kadang kram.Hidup yang dulunya terasa membosankan karena rutinitas kini tak lagi terasa sepi karena ada Rexa dan bayi kecil di dalam kandungannya.Beberapa waktu kemudian, dia menden

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 240

    "Bukan begitu." Arlina langsung memotong ucapannya tanpa ragu sedikit pun.Dia menatap wajah samping Rexa, lalu berkata dengan penuh keyakinan, "Bertemu denganmu adalah hal paling beruntung dalam hidupku."Kalau bukan karena kehadiran pria itu, dia takkan tahu bahwa dirinya juga pantas dicintai. Dulu, saat menghadapi ketidakadilan, dia hanya bisa mundur dan menahan diri. Namun, Rexa-lah yang mengajarinya mana yang benar, membantunya memperbaiki cara pandang terhadap dunia, dan menunjukkan sisi lain dari kehidupan.Pemahaman seseorang menentukan nasibnya. Arlina dulu terlalu memikirkan perasaan keluarganya dan ingin mendapatkan perhatian dari mereka. Saat harapan itu tidak terwujud, dia pun merasa kecewa dan terluka.Namun saat dia tidak lagi peduli, perhatian mereka menjadi hal yang sama sekali tak berarti.Dirinya, keluarganya, perhatian itu ... semuanya masih tetap sama. Yang berubah adalah caranya berpikir dan melihat dunia.Yang menuntunnya menjalani proses itu ... adalah Rexa.Tid

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 239

    "Kalau tahun depan anakmu sudah lahir, kamu yakin bisa pergi?"Arlina tidak bisa menjawab. Hal-hal yang masih jauh di masa depan penuh ketidakpastian dan untuk saat ini, dia memang belum bisa memberi jawaban."Ya sudahlah, nggak usah dipikirin lagi. Lagian, nggak ada hubungannya juga sama aku."Arlina pun tidak terlalu memikirkan hal itu lagi. Sampai menjelang jam pulang kuliah di sore hari, dia tiba-tiba menerima pesan dari dosen pembimbingnya.[ Setelah kelas nanti kamu ada waktu? Kalau bisa, mampir ke kantor saya sebentar. ]Hati Arlina langsung berdebar, seolah bisa menebak arah pembicaraannya.Begitu kelas berakhir, Arlina mengirim pesan ke Rexa untuk memberitahukan bahwa dia akan pulang sedikit terlambat, lalu melangkah ke kantor dosen pembimbingnya.Kali ini, wajah sang dosen tampak serius. Begitu melihat Arlina, dia langsung berkata terus terang, "Kamu sudah dengar soal program pertukaran pelajar, 'kan?"Arlina berdiri di hadapannya dan mengangguk pelan. "Sudah dengar.""Apa pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status