Home / Romansa / Drama Cinta Sang Duda / Ajakan Makan Malam

Share

Ajakan Makan Malam

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2022-06-11 08:30:58

Bel sekolah sudah berbunyi, Rinjani kembali dalam aktivitas mengajarnya. Sebagai guru Akuntansi di sebuah sekolah menengah atas, membuat ia harus terus fokus dalam pekerjaannya. Walau beberapa bulan ia dalam keadaan tidak baik, apalagi saat menghadiri pernikahan mantan kekasihnya.

Jam mengajar masih cukup lama, pukul 10.30 ia baru masuk ke kelas XI IPS II. Rinjani masih sibuk mengoreksi nilai anak didiknya. Beberapa kali ia memijit pelipisnya saat melihat sebuah nilai yang kurang memuaskan baginya.

“Astaga, anak ini. Sengaja apa memang bodoh?” Rinjani bergumam sendiri sembari mencoreti lembaran tugas.

“Bu Jani, ada kelas jam berapa?” tanya Pak Albert—guri olah raga.

“Sebentar lagi, Pak.” Rinjani tersenyum sembari memamerkan giginya.

Pak Albert masih saja memperhatikan Rinjani. Pria dengan wajah Baby face itu terkenal sebagai guru olah raga paling kece di sekolah itu. Usianya tidak tua juga tidak muda, pedomannya mampu membuat beberapa siswa meleleh saat ia menebarkan senyum.

Namun, bagi Rinjani Pak Albert hanya rekan kerja yang biasa. Tidak ada hal yang bisa membuat ia tertarik walau pria itu banyak dikagumi para murid.

“Pak Albert, itu ada siswa kelas XI yang berkelahi di kantin!” Teriakan salah satu siswa membuat Pak Albert dan Rinjani gegas berlari menuju kantin.

Di kantin dua siswa saling tinju, membuat Rinjani memekik keras dan Pak Albert langsung memisahkan mereka berdua.

“Kalian sedang apa di kantin? Ini jam pelajaran, berkelahi pula!” pekik Rinjani.

Pak Albert masih terus menengahi karena salah satu dari anak laki-laki itu masih emosi ingin menyerang lawannya. Sementara, beberapa ada beberapa siswa dan siswi yang berhamburan ke kantin termaksud Tami.

“Fabian, Joni, kalian ada masalah apa? Jelaskan di ruang BP,” ujar Pak Albert.

“Saya nggak mau,” tolak Bian.

“Loh?” Wajah Rinjani menatap heran anak didiknya.

“Saya merasa nggak salah, dia saja yang salah paham.” Kembali Bian bersuara.

“Alah, jangan muna! Lo suka juga kan sama cewek gua Tami!” Joni langsung melirik ke arah Tami yang sudah berada di tempat itu. Wajah Tami menunduk malu, apalagi ada Rinjani saat itu.

“Gua nggak suka sama cewek lu, cewek lu aja yang keganjenan dekat-dekat gua. Tanya aja dia, asal lu tahu, Tami bukan selera gua. Mengerti!” Sorot mata tajam Bian begitu membuat Tami kembali menundukkan kepala.

Sementara, Rinjani tersenyum puas melihat anak kecil itu malu se satu sekolah. Ia kembali teringat saat Tamu lantang mengancamnya malam itu. Namun, tidak ada yang membuatnya senang hari ini karena karma di bayar tunai.

“Joni, aku nggak ada apa-apa sama Bian. Kamu aja yang salah paham.” Tami membela diri.

Pak Albert mengerutkan kening, ia merasa seperti melihat drama seri remaja. Akan tetapi, ia kembali mengambil alihnya dengan menarik kedua remaja itu ke ruang BP. Sementara, saat Tami hendak mengikutinya, Rinjani menarik lengan mantan calon adik iparnya.

“Mau ke mana?” tanya Rinjani.

“Bukan urusan Ibu!” Tami hendak menalangkah, tetapi Rinjani kembali mencengkeram tangannya.

“Sakit,” ujar Tami. Beberapa siswa melihat kejadian itu memilih masuk ke kelas takut juga melihat Rinjani.

“Kamu kembali ke kelas. Dan satu hal lagi, di sini saya guru kamu, terlepas kita pernah hampir menjadi kakak dan adik ipar, atau sekarang kita adalah saudara, tetapi jika di sekolah kamu adalah murid aku. Tidak ada tawar menawar, atau kamu silakan pindah sekolah.”

Wajah Tani memerah, ia merasa Rinjani bisa saja membuat dirinya malu di depan banyak orang. Apalagi beberapa temannya yang tidak tahu apa pun.

“Aku tahu itu. Ya, sudah kita masing-masing. Nggak usah saling mengurusi.”

“Nggak bisa kamu murid saya.”

“Nggak usah sok deh. Urusi aja diri Mbak yang harusnya introspeksi diri kenapa bisa ditinggal sama Mas Tama.” Penuturan Tami membuat Rinjani kesal.

Ia mencoba menahan diri agar tidak membuat kegaduhan dan membuat dirinya ditimpa masalah besar. Ia memutar otak untuk membalas Tami.

“Saya nggak perlu introspeksi diri karena bukan salah saya Tama pergi, tapi karena memang pria itu tidak baik dan ya, saya yakin akan datang yang lebih baik. Hm ... harusnya kamu yang introspeksi diri karena kok bisa ya, kegatalan sama pria lain? Padahal sudah jelas kalau sudah punya kekasih. Ya, mungkin kamu punya sifat turunan, 11:12 sama Tama.” Rinjani mengulas senyum penuh kemenangan.

Rinjani tidak mau sebenarnya membawa masalah pribadi ke sekolah. Namun, Tami selalu memancingnya. Apalagi sikap tidak sopan dia membuat Rinjani harus memberikan pelajaran untuk gadis itu. Tami melepaskan dirinya dari Rinjani, lalu berlari masuk ke kelasnya.

Ia hanya menahan diri, seharusnya ia bisa mengontrol emosi karena tidak baik jika seorang guru berbicara hal yang tidak baik. Rinjani kembali melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada seorang pun yang mendengar percakapan mereka.

***

“Bian, sebelum kamu masuk ke kelas, saya mau bicara,” ujar Rinjani.

“Ya, Bu. Ada apa?”

Rinjani sengaja menunjukkan kertas ulangan anak itu. Bian terlihat biasa saja, tanpa peduli jika dirinya akan tinggal kelas. Sudah beberapa detik, anak laki-laki itu masih bergeming. Wajahnya masih memar hingga membuat dirinya terlihat depresi.

“Menjadi kapten basket pun nggak akan membuyarkan nilai kamu bukan?” Rinjani kembali bertanya pada Bian.

“Maaf, Bu. Saya akan berusaha lagi, nanti,” ucap Bian.

“Nanti?”

“Iya, nanti kalau ulangan lagi. Bu, permisi saya mau masuk kelas.”

Begitu cepat anak itu melangkah hingga Rinjani hanya bisa melihat punggung anak itu masuk ke kelasnya. Rinjani pasrah, ia baru kali ini menemukan anak cuek sepeti Bian.

“Sudah saya bereskan, memang yang salah Joni karena cemburu buta. Ya, namanya juga anak-anak,” ujar Pak Albert.

Rinjani tidak terlalu menanggapi Pak Albert, kebetulan ia memilih meninggalkan pria itu yang masih terus bicara. Namun, Pak Albert mengejar Rinjani kembali mencoba berbicara dengannya.

“Bu Jani, saya mau bicara,” ujar Pak Albert.

“Bukannya sejak tadi pak Albert sudah banyak bicara?”

“Ini beda, Bu. Saya sekarang mau bicara kalau nanti malam apa Ibu Rinjani ada waktu buat makan malam sama saya?”

Rinjani bergeming. Ia tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan sejak lama memang ia menangkap gelagat aneh dari pria yang suka mencuri pandang itu. Ia mencoba menjaga jarak karena masih memiliki hubungan dengan Tama. Lagi pula, ada Tami yang memata-matai jika ada satu gosip tersebar dengan tidak benar.

Namun, kini ia sudah sendiri dan tidak perlu merasa cemas dengan apa yang akan dilakukan Tami nanti. Rinjani mengatur napas panjang, otaknya berpikir keras untuk menjawab ajakan Pak Albert.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Drama Cinta Sang Duda   Akhir Yang Indah

    Sebulan sudah permasalahan itu berlalu. Rinjani pun sudah tidak begitu memikirkan tentang masalah itu lagi. Wanita cantik itu lebih memilih fokus untuk mengurus kehidupannya sendiri serta keluarga kecilnya. Dia juga sangat menjaga dirinya bahkan jarang dan hampir tidak pernah bertemu dengan Tama. Dia ingin menjaga hubungannya dengan Erik dan Ratna. Tidak ingin ada kesalahpahaman yang akan membuat kakaknya ataupun suaminya kembali marah dan berpikiran buruk tentangnya. Rinjani sama sekali tidak merasa marah dan keberatan jika pada kenyataannya kakaknya itu masih menyimpan rasa dendam atau apa pun itu pada dirinya. Yang terpenting bagi dirinya saat ini adalah kehidupannya dan juga dirinya yang sudah semaksimal mungkin menjauhi segala sesuatu yang bisa menimbulkan semua kesalahpahaman itu sendiri. Namun, hal tidak terduga terjadi. Ratna kini, sudah mulai berbicara lagi padanya. Dan Rinjani sangat bersyukur akan hal itu. Sepertinya kakaknya itu sudah memaafkan dirinya. D

  • Drama Cinta Sang Duda   Mengalah

    Ratna dan Rinjani masih berdebat sengit. Kedua wanita cantik itu sama sekali tidak ada yang mau mengalah. Keduanya sama-sama ingin menang sendiri. Memenangkan pertengkaran itu dan tidak ada yang ingin disalahkan. Rinjani merasa dirinya yang paling benar. Begitu pun sebaliknya. Ratna merasa hal yang sama. Hingga ayah mereka masuk ke ruangan Ratna. Laki-laki paruh baya itu menghela napas sejenak sebelum mendekat ke arah anak-anaknya itu. Setelah itu, ayah Rinjani mendekat dan mencoba melerai pertengkaran kedua anaknya itu. Rinjani dan Ratna pun hanya terdiam membisu. Pertengkaran yang tadi memanas kini hilang sudah, terganti dengan keterdiaman. Ayah Rinjani yang melihat itu pun mengembuskan napas lega. Setelahnya, laki-laki paruh baya itu berjalan menuju sofa yang ada di ruang rawat Ratna dan mendudukkan diri di sana. Sementara itu Rinjani masih berada di samping sang kakak. Rinjani menatap ke arah ayahnya, setelah itu mendekat pada Ratna yang terbaring di ranjang dan b

  • Drama Cinta Sang Duda   Perdebatan Sengit

    Perdebatan SengitSuasana antara Rinjani dan Erik menjadi canggung. Erik masih saja diam, sedangkan Rinjani masih menyiapkan hatinya untuk kembali berbicara. Membicarakan masalah Tama. Seseorang yang menjadi sumber masalah di antara keduanya sekarang ini. Bukan apa, Rinjani hanya ingin agar masalah ini cepat selesai dan tidak berlarut-larut. Rinjani tidak mau jika kesalahpahaman yang kecil ini akan menjadi bumerang dalam rumah tangganya dan berakhir dengan adanya masalah yang lebih besar di rumah tangganya nanti. Hanya itu yanh Rinjani inginkan dan juga pikirkan.Apalagi tidak baik jika seorang istri dan suami saling memendam kemarahan. Itu yang selalu Rinjani ingat dari ibunya. Wanita tak bersayapnya, Rinjani banyak belajar tentang bagaimana menjadi seorang istri dan juga ibu yang baik pada ibunya.“Mas, aku minta maaf kalau memang ini semua bikin kamu marah. Tapi ini Cuma kesalahpahaman dan aku gak mau kalau kita bertengkar hanya karena masalah sepele ini,” ujar Rinjani.Namun, masi

  • Drama Cinta Sang Duda   Gantian Erik Cemburu

    Ratna langsung beringsut ke arah Tama, suaminya. Tama yang tidak mengerti dengan tingkah istrinya yang terlihat aneh hanya diam dan menurut saat istrinya itu menariknya menuju kamar mereka.Sesampainya di kamar, Ratna menghempaskan tangan Tama dengan sedikit kasar. Kekesalan memenuhi pikirannya. Melihat suaminya dan asiknya datang bersamaan dan berada di dalam mobil yang sama membuat Ratna tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.Baru saja kemarin dirinya berdamai dengan dirinya sendiri dan mulai meyakinkan jika Tama dan Rinjani tidak memiliki hubungan apa pun. Namun, hari ini semua usahanya gagal hanya karena melihat suaminya dan adiknya datang bersama. Tak hanya itu, tadi dirinya juga sempat melihat keduanya berbincang dan saling berbalas senyum. Itu semakin menambah kecemburuannya.“Kamu kenapa sih, Ratna?” tanya Tama yang sedang dilanda kebingungan karena sikap istrinya yang tiba-tiba berubah.Napas Ratna tidak teratur, kedua bahunya naik turun akibat kesal.“Kamu masih tanya aku k

  • Drama Cinta Sang Duda   Kecemburuan Ratna

    Pagi ini, Bian, anak Erik sudah rapi dengan pakaian kasualnya. Namun, hal itu membuat Erik bertanya-tanya saat melihatnya. Karena hal tersebut adalah hal yang sangat jarang dilakukan oleh Bian. Biasanya anak itu akan lebih memilih tidur dan bersantai di rumah bukan pergi dan keluar bersama teman-temannya. Bian lebih suka berada di rumah daripada di luar.“Kamu mau ke mana, Bi?” tanya Erik yang duduk di kursi kayu dengan koran yang ada di tangannya. Kebiasaan Erik setiap pagi sebelum pergi ke kantor adalah membaca koran, tak lupa ditemani oleh secangkir teh lemon.Bian yang mendengar pertanyaan Erik, ikut mendudukkan diri di kursi tempat Erik duduk.“Mau ketemu Mama, Pa,” jawab Bian.Perkataan Bian membuat Erik terkejut. Untuk apa Bian bertemu Andini? Itu yang ada di pikiran Erik. Ya, Mama yang dimaksud Bian adalah Andini, ibu kandungnya.Erik meletakkan korannya dengan sedikit kasar, lalu menatap Bian penuh selidik.“Mau apa bertemu dia?” tanya Erik.“Entah, Mama Cuma bilang mau ketem

  • Drama Cinta Sang Duda   Emosi Yang Belum Reda

    Pukul lima sore, Erik keluar dari kantor. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Kekesalan masih menguasai dirinya. Erik sudah tidak sabar ingin segera sampai di rumah.Sesampainya di rumah, Erik mengetuk pintu. Rinjani yang mendengar pintu diketuk pun tergopoh-gopoh menghampiri dan membukanya. Di sana, Erik suaminya datang, wajahnya kusut. Dengan terheran-heran, Rinjani mengajak Erik untuk segera masuk ke dalam.“Duduk dulu, Mas,” ujar Rinjani. Erik menurut dan duduk di sofa. Dirinya pun melepas sepatu yang dipakainya dan meletakkannya di rak yang berada tepat di samping ruangan itu.Tak berapa lama, Rinjani kembali dengan nampan dan juga segelas minuman dingin. Rinjani meletakkannya di meja, setelahnya dirinya mendudukkan dirinya di sofa sebelah Erik duduk.“Minum dulu, Mas,” kata Rinjani. Erik pun segera mengambil gelas itu dan meneguk isinya hingga tandas. Tak bisa Erik mungkiri jika setelah minum, hatinya terasa jauh lebih tenang.Erik menyandarkan punggung

  • Drama Cinta Sang Duda   Di ganggu mantan Istri

    Setelah malam pertama mereka, Rinjani dan juga Erik masih berada di hotel. Di salam kamar, Rinjani kebingungan karena alat pengering rambutnya yang entah hilang ke mana.“Ke mana sih, pengering rambut itu! Gak mungkin aku keluar dengan rambut basah kayak gini! Dasar pengering rambut!” gerutu Rinjani karena sudah sejak tadi dirinya mencari benda itu. Namun, tak kunjung dirinya temukan. Dirinya kesal karena benda yang sangat dibutuhkannya tiba-tiba menghilang. Dirinya malu jika harus keluar kamar masih dengan rambut yang basah.Tiba-tiba pintu diketuk dari luar, membuat Rinjani yang sedari tadi mencari pengering rambutnya berhenti. Dirinya menatap bingung, siapa yang mengetuk pintu kamar hotelnya dan juga Erik di jam-jam seperti ini?Rinjani menghela napasnya sedikit kasar, niatnya yang tidak ingin keluar kamar dengan rambut basah harus gagal. Setelah beradu dengan pikirannya sendiri, Rinjani akhirnya memutuskan untuk membuka pintu kamarnya. Melihat siapa orang yang datang ke kamar hote

  • Drama Cinta Sang Duda   Pernikahan

    Rinjani tak sadarkan diri saat mendengar kabar jika Erik mengalami kecelakaan. Sang ibu begitu cemas begitu pun Ratna yang juga berada di sisinya. Tama mencoba menghubungi Bian kembali.Pria itu seperti menarik napas lega saat terdengar suara menjawab di seberang telepon. Setelah itu, ia kembali masuk ke kamar Rinjani dan minta Ratna untuk mengoleskan minyak kayu putih.“Tapi kamu sudah telepon Bian, kan? Apa katanya, bagaimana Erik?” Ibu mertuanya terus saja mendesak ia bicara. Namun, ia mengelus lembut punggung ibu mertuanya dan mengajaknya bicara di depan.“Bu, tenang, ini hanya salah paham,” tutur Tama.“Maksud kamu salah paham itu bagaimana?” Kini Ratna yang bicara.“Erik memang kecelakaan, tapi hanya terjatuh dari motor. Dan dia setelah itu mengurus ke rumah sakit karena karyawannya itu juga mengalami tabrakan yang sama.” Tama mulai menjelaskan.Tama kembali menceritakan kronologinya membuat Ratna dan ibu mertuanya mengerti. Pria itu pun mengatakan Erik dan Bian sedang on the wa

  • Drama Cinta Sang Duda   Restu Dari Sang anak

    “Kalian tidak bisa menjawab?” Bian kembali bertanya. “Papa jelaskan sama kamu, duduk dulu,” pinta Erik. Tidak lama, Erik menceritakan semuanya. Awal bertemu dengan Rinjani, sampai memulai sebuah hubungan baru karena memang merasa nyaman. Namun, Bian masih merasa aneh dengan keduanya. Seolah-olah masih ada yang di tutupi. “Jadi, kalian akan menikah tanpa cinta?” Lagi, Bian bertanya. “Awalnya, tapi semakin lama Papa mulai ada rasa. Jadi, Papa memutuskan memulai dari nol dengan Rinjani. “Saat tidak sengaja bertemu dengan mama kamu di sana. Reflek saat ada Rinjani, tanpa Papa mengaku pacarnya,” ujar Erik sembari tertawa mengingat kejadian saat itu. Rinjani pun sama, ia seakan teringat pertama kali mereka bertemu. Memang jodoh, mereka kembali dipertemukan.“Mama kamu datang bersama kekasih barunya. Papa tidak mau terlihat seperti belum move on atau jomblo ngenes seperti yang Andre selalu katakan. Eh, entah tangan ini malah menarik Rinjani dan memperkenalkan pada Mama kamu.”“Dan Mama

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status