Share

Masa Lalu yang Terulang

Minggu yang kutunggu akan berita tentang pemberontakan perlahan terus berlanjut. Aku menunggu dengan gusar dan kekhawatiran yang semakin hari semakin membesar. Semakin kupikirkan, semakin itu membuatku takut. Malam yang biasanya tenang dan angin semilir yang biasanya berhasil membuatku tenang untuk tidur, kini tidak lagi. Aku tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan teh chamomile yang biasa kuminum sebelum tidur tidak berhasil menenangkan dan membuat rasa kantukku datang.     

Aku selalu berharap mimpi hanyalah bunga tidur yang tidak akan pernah terjadi. Tapi pagi ini aku sudah dikejutkan dengan Ayah yang pergi buru-buru di pagi buta dan ketidakhadiran Kapten Finlay di ruangannya.

Perasaanku buruk. Sangat buruk. Bahkan ketika Irene memberikanku teh yang hangat dan seharusnya menenangkan serta cemilan manis kesukaanku tadi pagi, semuanya hambar dan sulit kutelan. Ini bukan pertanda bagus.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku tanpa petunjuk seraya duduk di kursi kerjaku selepas apel pagi. Tidak ada berita apapun. Bahkan ini sudah sebulan dan kabar dari mereka yang mengatasi pemberontakan pun nihil. Aku mengigit kuku ibu jariku dengan gusar.

“Apa Falos baik-baik saja? Bagaimana dengan Pangeran?”

Dan ingatan tentang mimpiku kembali tergambar jelas di kepalaku, semua beserta suara memekakkan itu.

Falos menghilang saat Pangeran dan rombongannya diserang. Para penyelidik menemukan fakta jika Falos bekerja sama dengan pelarian dari Rovel untuk menyerang Atterian.

Tidak. Itu tidak benar.

“Jelas Falos Starluston bekerja sama dengan para pelarian dari Rovel untuk membalas dendam! Starluston ingin Atterian jatuh! Mereka ingin membuat Atterian berada di bawah genggaman mereka!

Aku terus bergumam ini semua tidak mungkin. Falos tidak melakukan pengkhianatan. Itu hanya mimpi! Sementara aku sibuk dengan pikiran yang bahkan tak bisa kukendalikan, aku mendengar suara Ellia berteriak.

Lady Starluston!” serunya. Aku merasakan tubuhku bergoyang keras dan membuatku tersadar lalu mendongak. Aku merasakan keringat dingin mengucur di pelipisku.

“Apa anda baik-baik saja? Ah ... maaf ada hal yang harus anda tahu!” seru Ellia. Gadis itu meraih segelas air dan memberikannya padaku. Aku menerimanya dan meneguk habis air itu dan membuatku sedikit lebih tenang.

“Apa itu, Ellia?”

“Tuan Starluston dan Kapten Finlay menyusul Pangeran. Kabarnya Pangeran dan pasukannya terluka—”

Aku terperanjat. “Apa?!” seruku penuh kekhawatiran.

Ellia menatapku dengan gusar. “Bagaimana dengan Falos?” tanyaku tanpa memberi jeda pada Ellia Marsh untuk menjawab. Gadis di hadapanku itu memandang ujung sepatunya.

“Ellia!”

Ellia Marsh memejamkan matanya sambil menunduk dan sedetik kemudian ia memandangku dengan tatapan menyesal.

Sir Falos … tidak ditemukan bersama mereka …”

Seperti badai besar di tengah lautan beserta petir yang kengeriannya bisa membuat bulu kuduk siapapun berdiri, seperti itulah yang kurasakan ketika Ellia menyelesaikan ucapannya.

Apa yang kutakutkan terjadi juga. Dan aku belum siap.

*****

     Aku tidak pulang hingga matahari terbenam sepenuhnya. Jarum jam besar di dinding ruang utama markas ksatria sudah menunjukkan pukul sepuluh. Aku dan Ellia menunggu di gerbang pintu masuk pusat. Informan kerajaan mengatakan jika mereka sedang dalam perjalanan kembali membawa Pangeran yang terluka. Aku tidak bisa berdiam diri begitu saja di rumah. Tidak sampai aku mendengar sendiri apa yang terjadi dari mulut ayahku.

     Aku yakin Yang Mulia Raja Barton Atterian sedang menunggu di istana sekarang. Sekalipun penasehat istana menyarankan agar aku menunggu di dalam istana, aku tidak bisa menurutinya. Tidak untuk hujan yang sudah mulai turun sekalipun.

     Hingga langit benar-benar gelap dan waktu yang perlahan menuju tengah malam, mereka tak kunjung kembali. Aku semakin gusar dan tidak sabar. Hujan mulai turun lebih deras. Aku bisa melihat genangan-genangan air yang memenuhi sela-sela bebatuan di jalan.

“Apa mereka masih lama?” tanyaku pada Ellia yang sepertinya taka da gunanya karena dia juga tidak tahu pasti kapan mereka sampai.

Seharusnya mereka bisa sampai sebelum tengah malam, pikirku.

Ellia hanya menggelengkan kepalanya pelan. “Semoga Sir Falos kembali bersama mereka,” ucap Ellia penuh harap. Begitu juga denganku.

Aku sangat berharap kakakku kembali bersama mereka.

     Tak lama kemudian penjaga yang berada di gerbang bagian atas berseru dengan kencang.

“Rombongan Kapten Finlay dan Kapten Starluston sudah terlihat!”

Aku mendongak dengan cepat lalu beranjak dari bawah gerbang menuju keluar membiarkan hujan membasahiku agar aku bisa segera melihat mereka.

     Suara derap langkah kaki kuda yang cepat bisa kudengar dengan jelas. Perlahan aku melihat ayahku mengendarai kudanya dengan wajah serius—begitu juga dengan Kapten Finlay. Aku pun memberi jalan. Ayahku mengurangi kecepatan kudanya ketika mendekatiku. Ia berhenti tepat di sisiku ketika semua orang yang bersamanya langsung menuju istana tempat Raja menunggu.

“Ayah, apa yang terjadi?!” tanyaku dengan terburu-buru. Ayahku turun dari kudanya dan di bawah guyuran hujan ia menyentuh kedua pundakku dengan lembut namun tidak dengan tatapan matanya.

“Falos menghilang ….”

Dua kata itu—hanya dua kata itu saja sudah berhasil membuat pundakku merosot kecewa. Mengapa mimpiku harus jadi kenyataan begini?

“Sebaiknya kita masuk dulu. Ayah harus memberitahu Yang Mulia juga.”

Aku pun mengikuti langkah cepat ayahku meskipun dengan pikiran kacau. Ellia menepuk pundakku seolah menguatkan diriku. Aku melihat raut wajahnya yang meyakinkanku bahwa aku bisa melewati ini. Aku harus berterima kasih pada Ellia soal itu karena ia sudah berhasil membuat pikiranku teratur lagi.

Aku memutuskan akan melakukan sesuatu kali ini kalau-kalau apa yang terjadi memang sama seperti mimpiku.

*****

     Aku harus bersusah payah mendapatkan izin untuk ikut dalam pertemuan darurat Raja dan para ksatria yang menjemput Pangeran. Hingga akhirnya aku menyerah karena mereka tidak mengizinkanku dan membuatku terpaksa menunggu di depan pintu bersama Ellia. Sementara Pangeran dan para ksatria lain yang terluka segera dibawa menuju ruang perawatan.

     Pikiranku diliputi kekhawatiran dan banyak spekulasi yang mungkin bisa saja terjadi di sana.

“Siapa yang menyerang mereka? Apa pemberontak dari Rovel yang melakukannya? Rasanya tidak mungkin mereka melawan Pangeran dan Falos yang sudah jelas-jelas kemampuan bertarungnya tidak perlu dipertanyakan ….” ucapku.

“Saya setuju. Apa mungkin ada orang lain—tidak, atau mungkin ada yang sengaja mengincar mereka saat kembali?” balas Ellia setelah mendengar apa yang kupikirkan.

Aku mengangguk pelan. “Tapi, jika sampai berhasil membawa Falos pergi—atau setidaknya membuatnya kerepotan, bukankah ada kemungkinan kalau mereka bukan orang biasa?” tuturku seraya menatap Ellia.

“Anda benar. Ah—Marquess Starluston sudah keluar!” Ellia memberitahuku—atau lebih tepatnya setengah berteriak. Aku pun langsung berlari menyusul ayahku.

     Ayah menatapku dengan tatapan penuh penyesalan lalu berucap sebelum aku menghujaninya dengan banyak pertanyaan.

“Kita bicarakan di rumah saja, Sayang.”

Aku tidak bisa melawan.  

*****

     Setelah berganti pakaian karena baju kami basah, aku dan ayah duduk di depan perapian bersama Irene serta Anderson, pelayan pribadi kami.

“Apa yang terjadi, Ayah?” tanyaku tanpa basa-basi.

“Mereka diserang sekelompok orang berjubah hitam. Pangeran bahkan sampai terluka begitu juga dengan Falos. Tak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya, yang jelas ketika salah satu dari mereka sadarkan diri, Falos tidak ada di sana.”

Aku menarik bibirku ke dalam. Sangat mirip dengan apa yang terjadi di mimpiku. Aku ingin sekali menganggap mimpi itu hanyalah mimpi buruk belaka, tapi jika sampai kenyataan jadi seperti ini apa yang bisa kukatakan? Apa semua ini hanya kebetulan belaka?

     Aku bisa melihat perasaan khawatir di wajah ayahku. Tentu saja ia sangat khawatir pada Falos sekalipun ia sudah benar-benar mempercayai kemampuan Falos.

“Orang biasa tidak akan bisa membuat Falos kerepotan kan, Ayah?” tuturku yang disambut anggukan cepat oleh ayahku.

“Yang Mulia Raja juga berkata demikian. Dan kita sudah tahu benar seberapa kuat Pangeran dan Falos. Mereka berdua bukan orang biasa—maka sangat masuk akal jika yang menyerang mereka juga bukan orang biasa.”

“Lalu bagaimana selanjutnya, Ayah?” tanyaku. Aku tahu tidak mungkin Yang Mulia Raja akan diam saja dengan kejadian ini. Apalagi bagi Raja, Falos adalah salah satu ksatrianya yang berharga.

“Kita akan menunggu Pangeran sadar lalu akan segera Menyusun rencana pencarian Falos.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status