Share

#103 Pancingan yang Tepat

Author: aisakurachan
last update Last Updated: 2025-08-27 10:50:45
“Halo! Apa kau baru kembali dari melukis?” Sapaan hangat dari Ben menyambut Bree, saat dia baru masuk lewat pintu samping kastil.

Bree untuk yang kesekian kali mengutuk dan menyumpah. Satu minggu terakhir ini dia sering sekali memaki. Untung hanya di dalam hati saja, jadi tidak sampai membuatnya terlihat seperti orang yang benar-benar tidak tahu sopan santun.

Bree sedang berusaha melupakan kejadian di kapal itu, karena dia terlalu kesal dan malu, tapi dalam proses melupakan itu, membuatnya menjadi sedikit sensitif, terlalu tidak bertoleransi pada hal yang sedikit saja menyebalkan.

Dan itu diwujudkan dalam makian oleh Bree. Sedang keinginan untuk bersikap sopan di hadapan orang lain, membuat Bree lebih sering memendam makian itu. Seperti sekarang. Bree tidak mungkin memaki Ben dengan keras.

Menghindari pria itu ternyata pekerjaan yang sedikit menantang menurut Bree, karena meski sudah memakai pintu samping yang jarang dilewati, Bree masih bertemu dengannya.

Tapi seminggu berlalu,
aisakurachan

Saatnya drama Bree?

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #104 Penyelinap yang Bodoh

    Rad menghela napas. Galau memikirkan kenapa hari ini---berulang kali. Dia ingin sekali membunuh Ben. Pria itu sangat tidak tahu batas saat memuji Bree. Seharusnya dia paham jika Bree adalah istrinya, itu berarti dia harus menjauh. Rad tidak pernah berprasangka buruk kepada Ben, tetapi jelas apa yang dilakukan, membuatnya berprasangka buruk secara terus menerus. Ben tidak pernah melewatkan kesempatan untuk memuji Bree meski hanya pujian sembarangan Satu-satunya hal yang membuat Rad tidak menghajar Ben setiap kali dia mengajak bicara Bree, adalah pikiran jika menghajar Ben akan berakibat panjang. Dan Rad belum ingin menegur, karena tipikal Ben dia akan mengiyakan, tapi akan mengulanginya. Kini Rad hanya bisa bekerja keras untuk memperkecil kemungkinan Bree dan Ben bersama berdua saja. Awalnya memang hanya ingin melakukan apa yang diminta oleh Bree, namun sekarang, membayangkan Bree dan Ben menghabiskan waktu bersama saja, membuat mulut Rad terasa pahit. Dan niat membunuh itu semaki

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #103 Pancingan yang Tepat

    “Halo! Apa kau baru kembali dari melukis?” Sapaan hangat dari Ben menyambut Bree, saat dia baru masuk lewat pintu samping kastil. Bree untuk yang kesekian kali mengutuk dan menyumpah. Satu minggu terakhir ini dia sering sekali memaki. Untung hanya di dalam hati saja, jadi tidak sampai membuatnya terlihat seperti orang yang benar-benar tidak tahu sopan santun. Bree sedang berusaha melupakan kejadian di kapal itu, karena dia terlalu kesal dan malu, tapi dalam proses melupakan itu, membuatnya menjadi sedikit sensitif, terlalu tidak bertoleransi pada hal yang sedikit saja menyebalkan. Dan itu diwujudkan dalam makian oleh Bree. Sedang keinginan untuk bersikap sopan di hadapan orang lain, membuat Bree lebih sering memendam makian itu. Seperti sekarang. Bree tidak mungkin memaki Ben dengan keras. Menghindari pria itu ternyata pekerjaan yang sedikit menantang menurut Bree, karena meski sudah memakai pintu samping yang jarang dilewati, Bree masih bertemu dengannya. Tapi seminggu berlalu,

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #102 Pendapat yang Tidak Diinginkan

    Bree ingin memaki, menyumpah, dan menguntuk sekuat tenaga, tapi sekaligus ingin bersembunyi di dalam tanah, karena tentu saja dia harus masuk ke dalam kastil dengan cara yang sama. Dalam gendongan Rad dan berselimut. Tidak ada yang salah, karena tubuhnya benar-benar tertutup sempurna. Bahkan kakinya tidak nampak, hanya kesan yang timbul amat memalukan. Tapi sekaligus mengejutkan betapa sangat efektifnya adegan itu untuk meyakinkan semua orang jika Rad dan dirinya dekat. Bree bahkan bisa mendengar beberapa pelayan yang terkesiap saat Rad lewat sambil membopong tubuhnya. “Cepat sedikit!” Bree mendesis, meminta Rad berjalan lebih cepat lagi. Meski efektif, Bree tak tahan lagi dengan segala rasa malu yang menimpanya. Dia ingin segera sampai di kamar. Tidak terdengar balasan, tapi Bree bisa merasakan langkah kaki Rad menjadi lebih cepat. Saat sampai di kamar terlihat Aima sudah menunggu. Rad menurunkan Bree, setelah memastikan Bree bisa berdiri sendiri, Rad berbalik keluar tanpa men

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #101 Maaf yang Sulit Ada

    “Jawab! Aku berbeda dari siapa?!” bentak Bree, mengeratkan cengkeraman. Pertanyaan dengan jawaban mahal. Apa pun jawaban Rad, tidak akan membuat Bree paham. Apa pun jawaban Rad, tidak akan meruntuhkan amarah Bree. “Menolak untuk menjawab? Kalau begitu biar aku yang menjawab!” Bree menyunggingkan senyum sinis. “Kau menyebutku berbeda dari semua wanita jalang yang pernah tidur denganmu bukan? Berbeda dari sundal yang kau pilih untuk tidur denganmu saat malam pertama kita dulu?” Bree menatap wajah Rad, dan menemukan mata hazel miliknya terlihat mati. Datar tanpa emosi. “Kau anggap itu pujian? Kau anggap itu rayuan saat mengatakan aku berbeda dari wanita lain? Kau seharusnya tidak meninggikan aku dengan membuat perbandingan dengan semua wanita yang menjijikan itu!” Bree berharap jawaban, tapi bibir Rad telah terkunci rapat. “Dan kau masih melakukannya sampai sekarang tanpa malu. Aku tak tahu lagi, mana yang lebih menjijikkan, mereka atau kau! Oh… batal. Aku tahu siapa yang lebih

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #100 Berbeda yang Tidak Baik

    Bree ingin mengutuk Aima awalnya, tapi kemudian sadar dia tidak bersalah. Maka Bree mengutuk segala budaya bodoh yang mengharuskan wanita memakai korset.Bree tidak mungkin meninggalkan korset hari ini, karena dia harus tampil sempurna di hadapan Bastien. Dan sekarang dia sangat menyesalinya. Itulah wujud dari umpatan Bree.Sejak tadi Bree sudah berusaha untuk meraih tali yang mengikat korset itu, tapi tidak berhasil. Kebiasaan Aima yang selalu rapi, dia menyelipkan ujung tali korset ke dalam lipatan, sampai menjadi tidak terlihat. Kebiasaan yang membuat Bree tak bisa meraih tali sama sekali. Sebelum ini tidak menjadi masalah, tapi kali ini membuat Bree mengutuk.Butuh waktu yang cukup lama dan pertimbangan yang hampir membuat Bree gila, sebelum akhirnya dia meminta bantuan pada Rad. Bree memberanikan diri, mengingat jika tempat itu gelap. Rad tak akan bisa melihat tubuhnya.“Kau... ingin aku memba

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #099 Tali yang Merepotkan

    “Gelap.” Bree mengeluh, dia berdiri tak bisa memutuskan akan kemana, menunggu matanya menyesuaikan diri.“Oh? Kau tak bisa melihat?” Rad menyahut dari belakangnya.“Bien sûr!” (Tentu saja!)Bree menyahut separuh jengkel, karena Rad terdengar heran dia tak bisa melihat. Bree tentu menyangka Rad akan mengalami kesulitan yang sama, hanya tidak seperti itu. Mata Rad bisa melihat seperti biasa.“Sebentar. Jangan bergerak dulu. Aku akan melihat apakah ada lilin atau sesuatu yang bisa menerangi ruangan.”Rad bergerak memeriksa sekitar. Tidak menemukan banyak hal, karena ruangan itu baru diisi dengan barang-barang pokok saja. Rak untuk barang dan dokumen, meja kerja, kuris, ranjang dan lemari baju. Untuk pelengkap yang kecil belum tersedia, dan lilin adalah pelengkap kecil.“Tidak ada apapun. Kapal ini masih kosong seben

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status