Share

#042 Jubah yang Dibutuhkan

Author: aisakurachan
last update Last Updated: 2025-08-12 08:41:48

Bree tidak tahu apa yang salah.

Dia hanya menendang dengan ringan perut Briar, tidak berlebihan. Bree bahkan belum sempat menarik tali kekang untuk menghela. Briar menjadi aneh tanpa penyebab yang jelas.

“Aku mohon tenang dulu,” bisik Bree.

Bree berusaha sekuat tenaga untuk tenang, mengingat dia tidak boleh panik. Ini tantangan karena sungai besar mulai terlihat jelas di depan matanya.

Briar sama sekali tidak memelankan langkah, bergerak maju tanpa peduli apapun.

“Aku mohon jangan seperti ini.”

Bree menepuk leher Briar dengan sedikit keras, seperti ajaran Rad kemarin, dan menarik kekang dengan lebih kuat. Tetapi tidak berguna, Briar hanya mendengus dan meringkik, tanpa mengurangi kecepatan.

“Lepaskan kekangnya!”

Terdengar seruan dari samping, dan Bree melihat Rad mengejar dengan Mir yang juga dipacu dengan kecepatan tinggi.

“Apa maksudmu?!” Bree berteriak karena suara derap dua ekor kuda begitu memekakkan telinga.

“Lepaskan tali kekang itu!” Rad mengulang.

“Apa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #084 Senyum yang Sulit Tertolak

    Bree menatap langit yang ada di depannya, lalu beralih pada palet yang ada di tangannya. Warna biru yang ada di sana tidak terlalu memuaskan. Bree membutuhkan lebih banyak putih, karena terlalu tua. Tapi saat menengok ke arah kotak bubuk warna miliknya, Bree mendesah kecewa. Tidak ada apapun lagi di sana. Dan memang hampir semua warna yang ada disana sudah hampir habis. Bree memakai hampir semuanya. Ada satu warna yang terlihat nyaris utuh, lilac ungu. Dia belum membutuhkan warna itu sampai sekarang. Dan sekarang pun dia tidak membutuhkannya. Dia paling banyak membutuhkan warna biru langit, orange dan merah untuk daun musim gugur, dan tentu kuning untuk semburat. Dan kini lukisannya masih setengah jadi. Bree menutup kotak warna hitam dan menatap lukisannya, lalu tersenyum. Meski belum selesai, Bree sudah jatuh cinta pada lukisan itu. Ini mungkin lukisan yang paling membuat Bree puas, karena warna yang dia inginkan semuanya muncul dengan sempurna. Kotak itu telah membawa lukisan

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #083 Luka yang Hilang

    Rad menyentuh pipi kirinya yang tentu saja tidak sakit. Dia bahkan lupa jika pipi itu terluka kemarin malam. Luka ringan, tapi memang berdarah. Masalahnya Rad terlalu sibuk berpikir hal lainnya sampai melupakan luka itu. Biasanya Rad akan meminta Campy untuk menutup luka dengan obat atau kain, agar tidak terlihat jika lukanya sudah sembuh. Rad menutupi luka agar terlihat normal, karena manusia biasa lukanya tidak akan sembuh hanya dalam beberapa menit, meski luka kecil. Seperti sekarang, luka cakaran yang ada pada pipi Rad hilang sepenuhnya, tidak berbekas apapun. Juga luka pada tangan Rad yang kemarin lusa dipakai untuk memecahkan jendela, tidak tampak lagi. Tapi karena tidak ada saksi saat kejadian kecuali Campy, tidak ada yang mempertanyakan hilangnya luka itu secara mendadak. Dan kini satu saksi yang melihat luka di pipinya, yaitu Bree. Untung saja, Rad bisa dengan cepat menimbang suasana, dan mencari jalan keluar. Sedikit kepanikan menyerangnya tadi, tapi kemudian kembali

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #082 Ingatan yang Sengaja Dilupakan

    Bree menutup wajahnya dengan tangan, lalu meluncur turun dan merendam seluruh tubuhnya ke dalam air hangat yang dia pakai untuk berendam, karena sedang menyesal. Ada satu lagi ingatan yang ingin dilupakan oleh Bree, dan kalau bisa Bree ingin mengulang waktu untuk menghapusnya. Masalahnya, kejadian yang ingin dia lupakan ini baru saja terjadi, tidak bisa dihapus maupun diperbaiki lagi, karena dia tidak mati lagi kemungkinan. Bree mengingat semua dengan baik. Dia mengingat apa yang dilakukannya tadi malam dengan sangat baik kalau Saat Bree terbangun tadi, dia tidak banyak bereaksi pada kilasan ingatan itu, karena terasa bagai mimpi. Tapi setelah bergerak dan mulai beraktifitas, sampai saat ini berendam di dalam bak mandi, Bree sudah mengingat semua dengan lengkap. Itu yang membuatnya menenggelamkan diri ke dasar bak. Merendam seluruh kepalanya yang terasa menjadi sangat bodoh tiba-tiba. Bree tak mengerti, bagaimana bisa dia melakukan itu semua. Bahkan lebih dari sekedar bodoh, karen

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #081 Mereka yang Pasti Mati

    Rad mencoba untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya. Keinginan yang sulit sekali tercapai, karena setiap beberapa menit sekali, matanya kembali melirik ke arah ranjang. Rad ingin berbaring dan beristirahat, tapi terdengar terlalu nekat. Kemarin malam tidak terjadi apapun, karena memang Rad tidak tidur di kamar ini. Setelah tengah malam, dia keluar dan kembali ke kamarnya sendiri. Dia tidak ingin kejadian setengah sadar itu terulang. Tidak ingin salah mengenali Bree sebagai makanan lagi. Rad masih tidak yakin jika dia bisa menahan diri saat tidak sadar sepenuhnya. Siang tadi memang tidak masalah, karena dia kenyang dan sadar. Saat tidur nanti dia hanya akan kenyang saja, Kini aroma tajam Bree kembali membuat Rad terlempar dalam lamunan, terutama tentang menebak identitas Bree yang masih misteri. Tidak hanya karena aromanya, tapi juga karena pengetahuannya tentang detail kehidupan di kastil ini yang mencurigakan. Rad tidak yakin jawaban tentang itu akan muncul bersama dengan jawaban

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #080 Ranjang yang Sama

    Itulah segala kejanggalan dan firasat yang sejak tadi tidak bisa ditunjuk dengan benar oleh Bree. Semenjak mendengar jika seluruh kamar di lantai ini dibongkar, Bree mulai merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi, dan terjadilah. Impiannya untuk bebas memakai kamarnya kembali musnah. Bree tentu saja ingin memaki dengan sangat keras, tapi sudah tidak bisa. Sejak tadi dia sudah menunjukkan sikap yang begitu pengertian kepada Campy, bahkan membela saat Rad menegur. Bree tak bisa menjilat ludahnya sendiri, dengan memaki pada Campy. Dia tidak bisa mengubah sikap begitu saja. Bree mendecak sambil melirik ke arah Rad, yang kenapa malah menatapnya dengan wajah datar. Bree ingin meneriakkan banyak hal, tapi sadar tidak akan berguna. Memang tak ada pilihan yang lain. “Terserah kau sajalah!” Bree akhirnya hanya bisa masuk ke dalam kamarnya dengan langkah yang cukup keras, karena tentu saja kesal. *** “Kau mengerikan!” Rad menunjuk wajah Campy dan mendesis, begitu Bree tak terlihat lag

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #079 Kejanggalan yang Menyebalkan

    Rad mungkin tidak percaya karena dia punya alasan kuat untuk curiga, tapi Bree percaya sepenuhnya. Matanya membesar, menatap atap yang runtuh itu. "Apa yang terjadi? Apa ada badai?" tanyanya. Tapi seharusnya tidak, meski diluar mendung tanpa bintang, tapi tidak ada hujan yang turun. Angin memang cukup kencang, tapi Bree tidak membayangkan akan cukup untuk menerbangkan atap kastil. “Bukan badai, Duchess. Tapi serangga Saya sangat menyesal karena terlambat mendeteksi keberadaannya.” Campy membungkuk sampai terlihat hampir melipat tubuhnya, yang di mata Bree terlihat sebagai penyesalan yang amat sangat. Namun tidak untuk Rad. Dia seolah bisa melihat mulut baru membuka di belakang kepala Campy saat membungkuk, dan mulut itu sedang menyunggingkan senyum. Senyum puas, karena tahu Rad tidak bisa memarahinya di hadapan Bree. Hal tentang tugas itu tak boleh sekalipun tersebut di hadapan Bree, maka sekarang Rad tidak mungkin marah pada Campy. Kemarahan itu sudah pasti menyebut tentang tug

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status