แชร์

#237 Kisah yang Bisu

ผู้เขียน: aisakurachan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-29 06:35:37
Sorrel lalu menggeleng dengan wajah prihatin. “Poor girl, dia sendirian. Pasti ketakutan.” Wajah Sorrel terlihat sedih.

“Terima kasih sudah melengkapinya.”

Mendadak Sorrel berpaling pada Rad, yang tanpa sengaja memikirkan soal Miriam, berdasar dari kisah yang diceritakan Trey pada dirinya. Tentang Bagaimana Trey menemukan Miriam di tepi sungai, dan menolongnya.

Bree tidak tahu kisah ini, karena itu kisah dalam kepala Rad melengkapi segala ingatan yang saat ini ada di benak Bree.

Semua kisah itu sekarang juga ada di dalam kepala Sorrel, dan dia diam sambal mengatupkan tangan. Tak ada yang berani bicara, semua menatap, sampai Sorrel mendongak menatap Bree.

“Cincin itu adalah apa yang membuat ibumu sakit, tapi telah melaksanakan tugasnya dengan baik, yaitu melindungimu dari nasib yang tidak adil.”

Dan begitu saja, Sorrel menyimpulkan segala kisah panjang yang dilalui Bree sampai saat ini, kisah yang sejak tadi diungkap tanpa kata dengan mudahnya.

Tapi ini terlalu cepat untuk dicer
aisakurachan

Sabar bangggg wwkkwkww

| 4
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #245 Perjanjian yang Bodoh

    “Aku tidak tahu jika harus ada proses yang merepotkan seperti itu agar identitasmu tidak terbuka.” kata Bree, sementara mengambil tempat duduk di dekat perapian yang ada di kamar. Meski hanya sebentar menunggang Mir, tubuhnya sudah kembali menggigil. “Ya, memang harus ada proses seperti itu, Tapi tidak masalah untukku. Merepotkan tapi bukan tidak bisa dihadapi.” Rad mengambil tempat duduk di sebelahnya, lalu menarik Bree agar bersandar pada tubuhnya. Bukan agar lebih hangat, tapi Rad sedang menikmati aroma tubuh Bree. Dia menikmati aroma indah lagi, setelah tadi sempat menghilang. “Apa kau lapar? Harus makan sekarang?” Bree mendongak, melihat Rad menghirup aroma tubuhnya sambil memejamkan mata. “Tidak. Bree. Aku hanya sedang menikmati aroma saja.” “Oh.” Bree kembali bergeser, kali ini menatap perapian dengan tangan Rad melingkar di tubuhnya. “Apa nanti kau juga akan menyingkir seperti ibumu? Lalu aku bagaimana? Apa aku harus menikah lagi?” tanya Bree, kembali dikuasai oleh pen

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #244 Umur yang Berarti

    “Jangan mengatakan sesuatu yang mengerikan seperti itu!” sergah Bree. “Tapi itu benar. Aku akan mengikutimu, tidak akan lama, karena sebentar lagi adalah saat dimana aku harus makan, jadi…” Rad mengangkat bahu, sambil tersenyum simpul, dan mengelus pipi Bree. “Oh…” Bree melupakan itu. Sudah hampir dua minggu Rad tidak makan. Rad menepuk kepala Bree perlahan. “Jangan pernah mengatakan soal kepantasan atau apapun setelah ini. Jangan dengarkan jika ada yang merendahkan dan mengatakan tidak pantas. Aku adalah laki-laki beruntung karena menjadi suamimu, dan vampir yang mendapat kehormatan untuk meminum darahmu.” Bree menghapus air mata kebingungan yang kini menetes di pipinya. Bree merasa gembira tapi sekaligus sedih. Bree masih mengingat semua kata-kata Amory. “Ibumu… Aku akan membuatnya kehilangan dirimu.” Rad mendesah, sesungguhnya dia juga tak tahu harus membujuk ibunya dengan cara apa. “Jangan dengarkan dia. Aku yang akan membujuknya nanti. Kau jangan khawatir, aku akan menen

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #243 Batu yang Berubah

    Bree hanya ingin lari. Dia tidak peduli, dia hanya ingin menjauh. Setelah semua yang didengarnya dari Sorrel kemarin, Bree merasa kehidupannya rumit sekali, dan kini fakta lain datang untuk membuatnya menjadi lebih rumit lagi. Dan masalahnya, semua ini tidak bisa diperbaiki lagi. Tidak mungkin ada yang bisa membatalkan semua perasaan ini. Perasaan yang akan membunuh Rad. “Bree, Aku mohon berhenti.” Rad berteriak, dan memacu Mir di sampingnya. Mereka menyusuri hutan yang ada di samping kastil, dan terus turun, karena Bree memang tidak tahu akan kemana. Biasanya Bree hanya berkuda ke lurus ke arah pantai dari gerbang belakang kastil, dan tadi dia membelokkan kudanya begitu saja saat keluar. Kini mereka menyusuri jalan setapak bersalju tipis, dengan hutan cemara di sampingnya, tertutup salju tebal. Kabut juga mulai turun. Bree hanya bisa melihat beberapa meter di depannya, tapi untung jalan itu cukup jelas terlihat. “Kau mau kemana?” tanya Rad. Setelah berhasil mengejar, Mir kin

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #242 Umur yang Pendek

    “Mere! Aku mohon tenang dulu.” Rad maju menghampiri ibunya. “Kau mencintai manusia? KAU MENCINTAI MANUSIA?” Amory kini paham, setelah bisa mencerna drama tentang umur yang terjadi di depanya tadi. “Katakan ini tidak benar! Katakan jika perkiraanku salah!” Amory membentak. “Aku…” Rad menelan kata 'tidak' yang sudah ada di depan lidahnya, berubah pikiran. Rad tidak ingin berbohong sekali lagi. Dia sudah muak dengan seluruh sandiwara yang mulai melelahkan ini. Rad tidak ingin lagi berbohong, karena sudah sangat lelah dengan segala detail kecil yang harus dipikirkannya saat berbohong. Benar kata Sorrel. Suatu saat dirinya harus memutuskan jalan mana yang akan diambil. Mungkin saat ini belum memutuskan, tapi setidaknya Ras akan memberi peringatan pada ibunya, jika rencana itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. “Ya, aku mencintai Bree. Aku mencintainya.” PLAK!” Suara tamparan membuat Bree tersentak. Ayunan tangan Amory sangat cepat, menyambar pipi Rad, Pipi yang seharusnya puca

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #241 Keadaan yang Sebenarnya

    “Apa maksudmu bukan manusia?” Namun dalam hati, Bree meralat pertanyaan itu, karena sudah melihat bagaimana Amory menginjak salju tanpa merasa kedinginan. Pendapat Abel lebih benar. “Kau bukan manusia!” ulang Abel. Kali ini ditujukan untuk Amory. Mata hazel Amory menatap Abel. “Dan kau siapa? Aku belum pernah melihatmu di sini.” Amory meneliti wajah Abel lalu tersenyum. “Aku tak mungkin akan melewatkanmu jika kau ada---kau terlalu tampan untuk dilupakan. Apa kau baru? Apa kau Knight yang baru? Kau tidak terlihat seperti Knight.” Amory meneliti Abel dari ujung kaki sampai kepala. “Dia siapa?” Abel mendesis bertanya pada Bree. “Dia saudara Rad, tapi seharusnya dia manusia.” Bree masih belum bisa percaya.Amory menatap Bree dan Abel bergantian, lalu heran. “Sejak tadi kalian menyebut aku bukan manusia? Kau tahu siapa Rad?” Amory membelalak, menatap Bree. Bree tidak tahu harus menjawab bagaimana jadi memilih diam. Tidak yakin apakah mengakui tentang pengetahuannya soal ini akan

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #240 Kaki yang Telanjang

    “Kau tidak bisa melakukan sihir tanpa batu ini?” tanya Bree. Abel menggeleng. “Tidak. Katakanlah pelajaranku belum sampai ke arah itu. Sihir Elf lebih sulit dipelajari daripada sihir yang dipelajari oleh Ben, karena itu pelajaranku belum mengalami banyak kemajuan.” “Tiba-tiba aku menjadi malas untuk belajar,” kata Bree. Ia teringat Sorrel sedang mendatangi kakeknya, dan kemungkinan membahas tentang dirinya. Jika berjalan lancar tentu Bree ingin mempelajari beberapa kemampuan sihir dari kakeknya. Tapi jika sekelas Abel saja masih kesulitan, maka dirinya juga akan mengalami kesulitan yang sama. Apalagi dirinya tidak terbiasa dengan segala keajaiban sampai beberapa waktu lalu. “Jangan terlalu berkecil hati, Bree. Penguasaan sihir Elf juga berdasar atas bakat. Jika seseorang sangat berbakat, maka dia akan dengan mudah mempelajarinya. Bakatku tidak ada pada sihir semacam ini, karena itu aku sedikit kesulitan.” “Lalu kau berbakat dalam apa?” “Itu rahasia. Aku tak bisa mengatakan p

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status