ํ™ˆ / Rumah Tangga / Duda Pilihan Ayah / Delapan puluh Delapan

๊ณต์œ 

Delapan puluh Delapan

์ž‘๊ฐ€: Rose
last update ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ: 2024-07-14 22:01:13

Hari ini Naya benar-benar menepati janjinya untuk membantu Savira selama wanita itu ada disini. Setelah membantu menyarikan tempat tinggal dan mengurus segala keperluan wanita itu.

Entah padahal dirinya juga masih kesal, jengkel dan marah dengan Savira. Namun melihat ketidak berdayaan mantan istri suaminya itu membuatnya tidak tega apalagi Savira sejak kecil sudah menjadi korban broken home. Karena Naya juga tau cerita bagaimana beratnya anak yang tidak memiliki orang tua lengkap membuatnya merasa kasian dan akhirnya menurunkan egonya dan membantunya.

Naya tau mungkin yang dirinya lakukan kali ini bisa saja merugikan dirinya nantinya, tapi bukankah jika kita melakukan kebaikan nanti juga akan mendapatkan kebaikan juga, dan Naya percaya itu.

Tiba-tiba ponselnya berdering tertera nama Savira di layar handphonenya.

"Hallo, Mbak. Ada apa ya?" tanya Naya to the point.

"Maaf saya menganggu, Nay. Tapi saya mau ngasih kalau sepertinya sebentar lagi saya akan lahiran." ujarnya membuat Naya te
์ด ์ฑ…์„ ๊ณ„์† ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”.
QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์—ฌ ์•ฑ์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜์„ธ์š”
์ž ๊ธด ์ฑ•ํ„ฐ
๋Œ“๊ธ€ (1)
goodnovel comment avatar
Aishwarya Millana Maheswari
upload-nya jng lama2 y
๋Œ“๊ธ€ ๋ชจ๋‘ ๋ณด๊ธฐ

์ตœ์‹  ์ฑ•ํ„ฐ

  • Duda Pilihan Ayahย ย ย 150 :D

    Dewangga menatap Soedrajat dalam diam. Matanya menelusuri wajah tua ituโ€”keriput di ujung mata, tubuh yang kini tampak rapuh, dan sorot mata yang menyimpan sesal mendalam. Di usianya yang sudah senja, seharusnya Soedrajat bisa menikmati hidup dengan tenang. Tapi tidakโ€”ia masih harus menanggung beban dari kesalahan masa lalu, dan barangkali... ibunya benar. โ€œDi usia setua itu, siapa pun pantas hidup dalam damai,โ€ batin Dewangga. Dewangga menarik napas dalam, lalu akhirnya bersuara. Suaranya rendah, namun terdengar jelas dan tegas. โ€œSejak sudah memaafkan kakek.โ€ Kata-kata itu sederhana, tapi menampar sunyi yang menggantung di ruangan. Soedrajat mendongak, matanya langsung basah. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnyaโ€”hanya sorot mata yang mengucap lebih banyak dari sekadar terima kasih. Dewangga melanjutkan, menatap sang kakek dengan tatapan tenang. โ€œMungkin... rasa marah dan kecewa itu belum sepenuhnya hilang. Tapi seperti yang saya bilang waktu itu, saya ingin menjalani

  • Duda Pilihan Ayahย ย ย 149

    โ€œKenapa kalian datang ke sini?โ€ tanya Dewangga dingin, berdiri di ambang pintu dengan ekspresi yang sulit ditebak.Suasana siang itu yang awalnya tenang seketika berubah saat ia melihat siapa yang berdiri di hadapannyaโ€”Rian dan Kakek Soedrajat.โ€œMasโ€ฆโ€ suara lembut Kanaya memecah ketegangan. Ia baru saja datang dari arah dapur, membawa senyum hangat di wajahnya. Dengan langkah tenang, ia berdiri di samping suaminya.โ€œRian, Kakekโ€ฆ silakan masuk,โ€ ujar Kanaya sopan sambil membuka pintu rumah lebih lebar, mengabaikan ketegangan di wajah suaminya.Dewangga menoleh cepat ke arah Kanaya, tatapannya penuh tanya. โ€œApa maksud kamu, Kanaya?โ€Kanaya mengelus lengan suaminya dengan lembut, berusaha menenangkannya. โ€œMas, aku tahu kamu kagetโ€ฆ tapi percayalah, ini semua demi kebaikan.โ€Ia bisa merasakan ketegangan di tubuh suaminya. Ekspresi wajah Dewangga sudah lama tak sedingin ini. Tapi Kanaya tahu, bukan amarah yang sedang meledakโ€”melainkan luka lama yang kembali digores.โ€œMas, kita bicara di dal

  • Duda Pilihan Ayahย ย ย 148

    Ibu dan anak itu akhirnya sampai di kantor Dewangga. Kai berjalan sambil menggenggam tangan Kanaya erat, wajahnya berseri-seri karena tak sabar ingin bertemu sang ayah.Namun, ketenangan lobi kantor langsung pecah oleh teriakan nyaring yang begitu familiar."Kaiii!!"Kanaya langsung menghela napas panjang, nyaris berdecak kesal. Itu lagi...Dari balik meja resepsionis, muncullah seorang wanita dengan setelan kerja rapi namun ekspresi lebay yang tak pernah berubahโ€”Citra.Seperti roket, ia berlari ke arah mereka dan langsung memeluk Kai erat-erat seolah sudah bertahun-tahun tak bertemu.โ€œAunty kangeeenn banget sama kamu, Kai!โ€ serunya sambil mendaratkan ciuman bertubi-tubi ke pipi bocah itu.Padahal, terakhir mereka bertemuโ€ฆ baru minggu lalu.โ€œAunty, Kai nggak bisa napasโ€ฆโ€ gerutu Kai, wajahnya cemberut setengah sebal, setengah pasrah.โ€œMaaf, Sayang. Aunty terlalu kangen,โ€ ujar Citra sambil terkekeh, masih menciumi pipi bulat Kai yang kini sudah mulai memerah.โ€œWah, sekarang udah pake se

  • Duda Pilihan Ayahย ย ย 147

    Siang itu, matahari bersinar hangat, dan angin berembus pelan membawa aroma pohon-pohon rindang di halaman sekolah. Kanaya duduk di bangku panjang tak jauh dari gerbang, menanti putranya yang sebentar lagi pulang.โ€œNay.โ€Sebuah suara familiar memanggil namanya. Kanaya menoleh, dan benar sajaโ€”Rian berjalan mendekat dengan senyum menyebalkan yang khas.โ€œKetemu lagi, kita,โ€ ujarnya ringan, seolah pertemuan itu adalah takdir yang menyenangkan.Kanaya mengangkat alis. โ€œNgapain lo di sini?โ€Rian menunjuk ke seberang jalan. โ€œKebetulan kafe di depan situ, itu punya gue. Tadi dari jendela lihat ibu-ibu cantik duduk sendirian, jadi gue samperin deh.โ€Kanaya menoleh sejenak, melihat kafe minimalis bergaya modern yang belum lama ia sadari keberadaannya.โ€œSejak kapan lo buka tempat itu?โ€ tanyanya, masih dengan nada datar.โ€œBaru semingguan, sih,โ€ jawab Rian sambil menyerahkan satu cup kopi ke tangannya. โ€œCaffรจ latte. Favorit lo, kan? Tenang aja, nggak gue racunin.โ€Kanaya menatap cup itu dengan ali

  • Duda Pilihan Ayahย ย ย 146

    Malam itu, udara terasa lebih dingin, sisa hujan yang turun sore tadi masih membekas di langit. Setelah menidurkan Kai di kamarnya, Kanaya menyusul suaminya ke ruang kerja dengan secangkir teh hangat di tangannya."Mas," panggilnya lembut, berdiri di ambang pintu.Dewangga yang tengah sibuk dengan berkas di meja kerjanya menoleh. โ€œYa?โ€ gumamnya, sedikit terkejut, namun segera tersenyum ketika melihat Kanaya membawa teh hangat untuknya.Kanaya melangkah masuk, meletakkan secangkir teh di meja kecil di dekat sofa tempat Dewangga biasa duduk.Dewangga bangkit dari kursinya, berjalan perlahan mendekat, dan duduk di samping Kanaya. Mereka duduk diam, menikmati keheningan yang terasa nyaman. Sejak kepulangannya dari rumah sakit, Dewangga belum banyak berbicara. Rasa cemas dan bingung masih terlihat jelas di wajahnya, dan Kanaya tidak ingin memaksanya berbicara sebelum ia siap."Bagaimana keadaan Kakek kamu?" tanya Kanaya pelan, sambil menatap suaminya.Dewangga menghela napas panjang, mengu

  • Duda Pilihan Ayahย ย ย 145

    Setelah kepergian Dewangga, Soedrajat hanya bisa terpaku. Matanya tak lepas menatap pintu yang kini tertutup, seolah menelan sosok cucunya bersama seluruh luka masa lalu yang belum sempat terobati.โ€œAndai saja aku tak egois... mungkin Dewangga tak akan tumbuh dalam bayang-bayang kebencian,โ€ lirihnya. Air mata menuruni pipi tuanya, pelan tapi pasti, membasuh kesombongan yang selama ini ia pelihara.โ€œMaafkan Kakek, Nak... pasti berat sekali jadi kamu,โ€ ucapnya lagi. Suaranya serak, nyaris tak terdengar, tapi penuh penyesalan. Sosok yang selama ini ia tolak dan curigai, ternyata darah dagingnya sendiri.Benar adanya, penyesalan memang selalu datang terlambat.Tak lama, Rian masuk. Ia sempat melihat Dewangga pergi dengan mata yang nyalang penuh luka. Tapi pemandangan yang membuatnya tercekat adalah kakeknya, orang sosok yang selalu tegar, angkuh dan kuat itu kini menangis terguncang di atas ranjang rumah sakit.โ€œKekโ€ฆโ€ panggil Rian pelan. Ia melangkah cepat, lalu memeluk kakeknya erat. Sat

๋”๋ณด๊ธฐ
์ข‹์€ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฐพ์•„ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
GoodNovel ์•ฑ์—์„œ ์ˆ˜๋งŽ์€ ์ธ๊ธฐ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฆ๊ธฐ์„ธ์š”! ๋งˆ์Œ์— ๋“œ๋Š” ์ฑ…์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜๊ณ , ์–ธ์ œ ์–ด๋””์„œ๋‚˜ ํŽธํ•˜๊ฒŒ ์ฝ์„ ์ˆ˜ ์žˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค
์•ฑ์—์„œ ์ฑ…์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
์•ฑ์—์„œ ์ฝ์œผ๋ ค๋ฉด QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์„ธ์š”.
DMCA.com Protection Status