Chapter: 144Dewangga berdiri di lorong rumah sakit, membiarkan dirinya menarik napas panjang sebelum perlahan menghembuskannya kembali. Udara di sekeliling terasa berat, seakan membawa kembali seluruh kenangan pahit yang selama ini ia pendam dalam-dalam.Beberapa bulan berlalu sejak konflik terakhir mereka, namun luka itu masih menganga. Bahkan sekarang, rasanya masih sulit untuk sekadar melangkah ke depan pintu itu—pintu yang membawanya pada sosok yang pernah menyumbangkan rasa sakit terbesarnya.Dewangga memejamkan mata sejenak, meredakan gemuruh di dadanya. Lalu dengan langkah mantap, ia menatap pintu kamar rawat inap tempat Seodrajat di rawat. Tangannya bergerak perlahan, membuka pintu yang seolah berat bukan karena engselnya, tapi oleh beban emosional di baliknya.Begitu pintu terbuka, pandangannya langsung bertemu dengan sosok pria paruh baya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Mereka saling menatap untuk beberapa detik—sebuah pertemuan yang tidak pernah ia inginkan."Dewangga
Last Updated: 2025-04-27
Chapter: 143Malam ini, setelah Kai terlelap dalam tidurnya, Kanaya kembali ke kamar. Lampu tidur temaram memantulkan bayangan lembut di dinding. Dewangga duduk di tepi ranjang, sibuk dengan laptop di pangkuannya, sesekali mengetik sesuatu dengan fokus penuh.Kanaya berjalan mendekat, lalu membaringkan badannya di samping Dewangga sembari memperhatikannya dari balik selimut, menarik napas panjang sebelum memberanikan diri membuka suara."Mas..." panggilnya lembut."Hm?" sahut Dewangga tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.Kanaya menggenggam ujung selimut di tangannya, mencari kata-kata. "Tadi Rian kesini,"Kali ini, Dewangga berhenti mengetik. Ia menutup laptopnya perlahan, meletakkannya di meja samping ranjang. Matanya kini beralih menatap Kanaya, tenang namun waspada."Apa yang dia mau?" tanyanya pendek.Kanaya bergeser mendekat, duduk bersila di atas ranjang, berusaha menjaga suaranya tetap pelan. "Kakek... katanya, pengin ketemu sama Mas. Cuma sekali. Katanya penting."Dewangga menatap K
Last Updated: 2025-04-27
Chapter: 142Kanaya memejamkan mata, menikmati kehangatan pelukan itu. Dalam diam, ia bisa mendengar detak jantung Dewangga, stabil dan menenangkan dan selalu membuatnya merasa aman. Namun saat ia membuka mata, ada keraguan kecil yang menggelayuti hatinya, membuatnya ingin bertanya sesuatu yang selama ini hanya ia simpan sendiri."Mas," panggil Kanaya pelan."Hm?" gumam Dewangga, masih memeluknya erat."Kalau suatu hari aku berubah... kamu masih akan tetap cinta sama aku?" tanyanya, hampir seperti bisikan yang takut mengganggu keheningan di antara mereka.Dewangga mengendurkan pelukannya, menatap wajah Kanaya yang kini serius. Pandangannya dalam, seakan mencoba membaca isi hati istrinya."Apa maksudmu berubah?" tanyanya hati-hati.Kanaya menggigit bibirnya, lalu berusaha tersenyum. "Ya... kalau aku jadi lebih keras kepala, lebih menyebalkan, atau... kalau aku sering buat kamu kesel."Ada jeda sejenak. Suasana terasa berat. Tapi kemudian, Dewangga mengangkat tangan Kanaya, menggenggamnya erat."Kan
Last Updated: 2025-04-27
Chapter: 141"Kemarin seru, ya, Mas?" tanya Kanaya dengan senyum nakal, matanya yang cerah menatap Dewangga yang tengah duduk bersandar di headboard ranjang, sibuk membaca buku tebal yang tampaknya tak pernah jauh dari tangannya.Kemarin adalah hari penuh keceriaan, waktu berkualitas yang dihabiskan bersama keluarga kecil mereka. Laughter and joy filled the house—penuh tawa dan kebahagiaan. Namun, kini mereka kembali pada rutinitas masing-masing, dan semua itu seolah menjadi kenangan manis yang terpatri dalam hati.Dewangga menoleh sejenak dan mengangguk. "Kai terlihat bahagia kemarin," ujarnya dengan suara pelan, seperti mengingat kembali momen itu dengan penuh rasa syukur."Kai aja? Emang Mas nggak bahagia?" tanya Kanaya dengan nada menggoda, membiarkan pertanyaan itu mengalir begitu saja, berharap Dewangga menangkap leluconnya."Jika anak dan istri saya bahagia, maka saya juga bahagia, Kanaya," jawab Dewangga, suaranya tenang, namun ada kehangatan yang menyertai kata-katanya. Senyumnya yang tul
Last Updated: 2025-03-04
Chapter: 140Pagi itu, Kanaya terbangun dan langsung disuguhi pemandangan romantis antara ayah dan anak. Dewangga tengah menciumi wajah putranya, Kai, yang masih terlelap dalam tidurnya.“Aku nggak di-cium?” tanya Kanaya, dengan wajah cemberut dari balik selimut, membuat Dewangga menoleh sejenak ke arahnya.Namun, bukannya menjawab, Dewangga malah kembali menciumi pipi Kai, seakan tidak peduli dengan Kanaya yang sedang merajuk.“Mas,” Kanaya memanggil dengan nada menggoda.Dewangga menoleh sejenak, lalu bangkit dan turun dari ranjang."Loh, mau ke mana?" tanya Kanaya saat melihat suaminya bergerak menuju pintu."Kamar mandi, mau ikut?" tanya Dewangga santai, namun dengan senyum yang khas."Males," jawab Kanaya malas, lalu menatap Kai yang masih tertidur lelap. Tidur Kai pagi itu tampak jauh lebih nyenyak daripada malam sebelumnya yang sedikit rewel.Setelah selesai dengan rutinitasnya, Dewangga kembali ke kamar, di mana Kanaya tengah bercanda dengan Kai di atas ranjang. Jika kalian berpikir Dewang
Last Updated: 2025-02-18
Chapter: 139“Beneran pekerjaan kamu udah selesai? Aku nggak mau, ya, nanti tiba-tiba harus pulang gara-gara kerjaan kamu,” ucap Kanaya dengan nada sedikit kesal.Ia melirik Dewangga yang duduk bersandar di kepala ranjang, laptop bertengger di pangkuannya. Matanya tetap terpaku pada layar, jemarinya mengetik cepat.Walaupun Dewangga sudah banyak berubah tidak sedingin dulu, namun untuk yang satu ini sepertinya tidak akan berubah. Karena di mana pun mereka berada, pekerjaan selalu menjadi prioritas utama.“Hanya mengecek laporan sebentar,” jawab Dewangga santai, tanpa menoleh sedikit pun.Kanaya mendesah pelan, kemudian mengalihkan perhatiannya ke putra mereka, Kai, yang tertidur di tengah-tengah mereka. Nafasnya teratur, wajah mungilnya tampak begitu damai. Senyum kecil muncul di bibir Kanaya, lalu dengan lembut ia mengulurkan tangan untuk membelai pipi anaknya.“Jangan diganggu, dia baru tidur,” tegur Dewangga lembut, masih dengan mata tertuju ke laptop.Kanaya mendengus kecil, lalu cemberut. “A
Last Updated: 2025-02-14