"Gimana? Naya sudah ketemu?” tanya Naufal membuat Dewa menggeleng. Naufal memang sangat perhatian, karena yang membuatnya masih ada di sini adalah Dewangga. Dulu dirinya dikeroyok oleh debt collector bahkan dirinya sudah sekarat namun Dewa membawanya pulang dan merawatnya hingga dirinya kembali pulih dan memberikan dirinya kehidupan yang layak. Tidak hanya teman di antara mereka namun sudah seperti keluarga. Jadi siapapun yang mengusik orangnya maka Naufal yang akan maju di garda terdepan. “Mendingan kita minta bantuan si Jordan,” Kenapa dirinya tidak kepikiran sampe sana, Jordan adalah teman mereka namun profesi mereka memang sangat jauh berbeda, Jordan adalah seorang penyidik atau detektif sehingga orangnya sedikit misterius dan sangat jarang ada waktu luang. “Saya coba hubungi Jordan..” “Gue udah bawa Jordan, dia masih di bawah sedang deketin karyawan,” ujar Naufal. “Napa lo nyuruh gue kesini?” Suara itu membuat Dewa menoleh sudah melihat wajah tengil sahabatnya. “L
Seminggu sudah Naya meninggalkan suaminya, bagaimana kabar laki-laki itu apakah baik-baik saja?Sebenernya Naya memang sudah pernah membayangkan di posisi saat ini ketika dirinya akan mengetahui kenyataan jika Dewa memang belum melupakan mantan istrinya. Namun selama ini Naya berusaha mengabaikannya namun kejadian seminggu yang lalu membuat Naya ragu untuk kembali lagi dengan Dewa.Sejak kemaren Naya berusaha untuk tidak menangis. Karena dirinya ingin kuat, tapi berbagai pikiran ada saat ini memakannya untuk mengeluarkan sebanyak-banyaknya. Dia sekarang hanya bisa terduduk di lantai kamarnya dan menangis.Naya merasa bodoh, setelah lima bulan mereka menikah dengan Dewangga bahkan Naya sudah memberikan segalanya untuk laki-laki itu tapi tidak akan pernah bisa mengalahkan masa lalu Dewa? Kalau Naya tau akan sesakit ini Naya tidak akan pernah memulainya.Tidak tau berapa Naya menangis hingga dirinya merasa lelah karena terlalu lama menangis karena dirinya sudah menahan tangisan itu sejak
Malam ini Naya sudah kembali kerumah Dewa, namun rasanya masih dingin, bahkan Naya masih mendiamkan Dewa dan Naya mau kembali kerumah ini karena anak dalam kandungannya karena dirinya tidak ingin anak mereka lahir tanpa sosok ayah di sampingnya.Dewa duduk di sisi ranjang, menyingkirkan anak-anak rambut dari wajah istrinya seraya memperhatikan wanita itu dengan sorot mata yang dalam.Harusnya Dewangga bersyukur memiliki istri seperti Kanaya yang mau kembali memaafkannya, wanita itu sudah banyak sekali memberikan warna dalam hidupnya. Namun hal itu belum bisa membuat Dewa untuk berdamai dengan masalalunya.Dewa memang jahat, Dewa memang bukan suami yang baik. Dirinya selalu membuat wanita luar biasa ini sering menangis di tengah malam. Pria itu ikut merebahkan tubuhnya di ranjang. Memeluk istrinya dari belakang dengan dekapan yang erat. Rasanya benar-benar seperti di rumah saat memeluk Naya seperti ini."Maaf, Kanaya. Maaf" Dewa berguman kecil di telinga istrinya. " Saya tidak bisa m
"Po, gimana caranya cara buat papa lo move on?" tanya Naya pada ikan yang sedang berenang dengan tenangnya itu. Sudah lama dirinya tidak menyapa ikan kesayangan suaminya ini, Naya meletakan dagunya di atas meja sambil memperhatikan ikan kesayangan suaminya ini. Karena dengan adanya ikan ini suaminya juga sering duduk bersantai di sofa sambil menatap ikan itu. Sebebernya apa menariknya? Banyak yang bilang menatap ikan itu salah satu upaya stress release, benar kah? "Kamu nggak bosen, cuma berenang kesana kemari aja?" tanya Naya. "Sejak kapan kamu bicara sama hewan?" Suara itu membuat Naya berdecak kesal. "Sejak punya suami susah bicara," Balasnya, Dewa berjalan kearah Naya kemudian duduk di sofa yang ada di belakang Naya. Memperhatikan Naya yang menggambar pola abstrak di aquarium ikannya itu. "Jangan duduk di lantai." Perintahnya menepuk sofa di sisinya. "Suka-suka gue mau duduk dimana," balas Naya sewot. "Kanaya." dari panggilannya saja sepertinya suaminya itu tidak ingin d
Hari ini Naya kembali seperti biasanya hanya berdiam diri dirumah, rasanya masih kurang jalan-jalannya kemarin walaupun harus ketahuan suaminya kalau dirinya menggunakan anak mereka untuk menyenangkan dirinya sendiri. Tapi ibu hamil kan memang butuh refreshing, agar tidak bosan dan suasana hatinya harus senang jadi bayinya juga ikut senang. Apalagi Dewa setelah kembali dari jalan-jalan singkat mereka langsung kembali menyibukan diri dengan pekerjaannya, bahkan semalam laki-laki itu di ruang kerja hingga tengah malam. Namun karena seharian sudah menemaninya jadi Naya membiarkan Dewa berkutat dengan pekerjaannya. "Mbak mau saya buatkan cemilan?" tawar bi Rosma membuat Naya mengangguk. "Boleh bik, tapi saya bantuin, Ya. Bosen bik," ujar Naya membuat bi Rosma mengangguk. Setelah ada bi Rosma Naya hanya diam saja, tidak lagi melakukan pekerjaan rumah sama sekali karena Dewa juga melarangnya, dan hanya mengurus Dewa seperti menyiapkan baju, membantunya bersiap dan te tidak melakukan apap
Setelah menyelesaikan memasaknya Naya segera menyusul suaminya ke kamar, sesampainya di kamar Naya melihat Dewa sedang duduk di atas ranjang dengan buku di tangannya. Dewa itu aktivitasnya hanya kerja, baca buku, dan olahraga selain itu sepertinya tidak ada. Sangat berfaedah bukan kehidupan suaminya itu jelas sangat berbeda dengan dirinya yang hanya bermalas-malasan, tapi herannya Dewa tidak pernah komplain apapun tentang kehidupannya. "Kok tumben tadi pulang cepet?" tanyanya lalu ikut menyusul suaminya. "Saya besok ke bali." ujarnya membuat Naya mengerucutkan bibirnya kesal. agaimana tidak kemaren suaminya hanya mengajaknya jalan-jalan keliling kota, dan sekarang suaminya itu akan ke Bali. "Ngapain? Aku ikut ya? " ujar Naya merengek. "Saya kerja, bukan liburan." jawab Dewa membuat Naya semakin cemberut. "Aku nggak akan ganggu kamu," ujar Naya serius. Dirinya akan jalan-jalan sendirian tanpa mengajak suaminya dan membayangkan jalan-jalan menginjak pasir pantai rasanya menyenangk
Sudah tiga hari suaminya berada di Bali, hubungan mereka juga tidak seperti kemarin-kamarin biasanya Naya selalu mengirim pesan kepada suaminya hanya untuk bertanya sudah makan atau belum, sedang apa dan banyak hal yang tidak perlu di tanyakan. Namun kali ini Naya tidak membalas ataupun mengirim pesan ke suaminya.Entahlah dirinya ingin menenangkan diri dulu, semakin hari perutnya juga semakin membuncit. Naya menonton banyak sekali video-video tentang kehamilan dan melahirkan, yang awalnya tidak memiliki ketakutan apapun justru sekarang merasa takut.Hingga akhirnya hari ini Naya memutuskan untuk berkunjung ke rumah bundanya untuk mencari tips dan trik agar tidak membuatnya takut. Dan karena sejak masalahnya dengan Rian, dirinya belum berkunjung kerumah orang tuanya."Tambah cantik anak bunda," Suara bunda menyambut kedatangan Naya yang baru memasuki rumah."Tumben muji Naya, ada maunya pasti?"Bundanya terkekeh, "Mau dong di kasih cucu yang ganteng dan cantik.""Duh, bunda udah minta
Siang hari ini rumah Naya terasa ramai. Dirinya kedatangan adik iparnya dengan dua anak yang sudah sangat ramai saat mereka datang."Qila jangan lari-lari. Astaga," terlihat Anita sedang memarahi putri pertama mereka, yang sedari tadi berlarian kesana kemari."Mbak, maaf ya Qilla emang super aktif banget sekarang," ujarnya membuat Naya terkekeh."Nggak papa, justru rumah jadi rame." ujar Naya menaruh cemilan dan beberapa minuman ke meja ruang tamu mereka.Karena bik Rosma sedang ke pasar, jadi Naya sendiri yang menyiapkannya. Apalagi adik iparnya itu tidak mengabarinya dulu jadi Naya tidak menyiapkan apa-apa hanya seadanya saja.Melihat adik iparnya yang sibuk mengganti pokok anak keduanya, anak pertama mereka justru kembali dengan dengan baju basahnya, karena ketumpahan air minum. Hal itu membuat ayahnya geram, bagaimana tidak gadis kecil itu terlihat tidak bisa diam, bahkan selalu berdebat dengan mamanya.Naya hanya bisa terkekeh, rumah yang biasanya sepi ini jadi begitu ramai hany