Home / Rumah Tangga / Duka Pernikahan / 4. Penantian Bodoh

Share

4. Penantian Bodoh

Author: Queenazalea
last update Last Updated: 2024-07-08 15:09:21

Renjana menunggu ketika jam makan siang di sebuah coffee shop dekat dengan kantor tempat bekerjanya Yoga. Dia sudah berjanji bersama dengan Hanif akan pergi ke suatu tempat hari ini. Tapi mengingat pria itu ada kesibukan, jadi janjinya ditunda menjadi sore hari. Renjana tidak masalah dengan hal tersebut. Apalagi dua hari dari sekarang dia akan dipersunting oleh pria itu.

Sangat cepat dan juga prosesnya memang seperti kilat. Menjalani hubungan selama sembilan tahun tentu tidak mudah dijalani oleh Renjana. Hafal dengan apa yang disukai dan tidak disukai oleh Yoga. Tapi dengan Hanif? Dia akan memulai segalanya dari awal lagi. Ia melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul setengah satu siang dan sudah waktunya jam makan siang dan Yoga belum juga keluar dari kantor.

Semua berkas-berkas juga dikirimkan tadi pagi ke orangtuanya Hanif.

Dia menoleh beberapa kali ke arah pintu masuk di coffee shop itu. Belum ada tanda-tanda bahwa Yoga datang.

Jika Yoga mengajaknya, maka dia akan langsung membatalkan pernikahannya dengan Hanif. Renjana berani melakukan itu demi perasaannya yang begitu kuat terhadap sosok pemuda yang sudah

ditemaninya dari nol tersebut. Tapi, jika Yoga tidak mengajaknya untuk menikah sekarang juga. Dia akan melepaskan cintanya dari seorang pemuda yang teramat dicintainya dan sudah menjaganya selama mereka pacaran juga. Tidak ada perbuatan aneh-aneh selama ni. Yoga juga bukan tipe pria yang brengsek dan nakal. Dia sangat menghargai sebuah komitmen, maka dari itu dia begitu mencintainya setulus hati. Sayangnya perasaan itu tak kunjung ada jawaban.

Renjana lelah, lelah dengan pertanyaan ‘Yoga kapan nikahi kamu?’ selalu saja seperti itu setiap kali berkumpul dengan keluarga. Andai saja Yoga tahu beban pikiran Renjana, sudah pasti pria itu akan menikah dengannya. Renjana juga punya tabungan hasil bekerjanya selama ini dia tabung.

“Jana, maaf aku telat. Tadi lagi kelarin pekerjaan aku.”

Sosok pria muncul dengan seragam dinasnya. Yang pertama kali diberitahu oleh Yoga dulu adalah dirinya. Ia yang menemani Yoga ketika sedang ikut tes dan menunggu pria itu. Dia yang menunggu kabar baik tentang lulusnya Yoga. Dan dia yang pertama kali mengantar Yoga ke kantor ketika hari pertama kerja. Dan sekarang semua sia-sia. Tidak ada yang dibanggakan oleh Renjana lagi tentang perjuangannya.

Yoga menarik kursi lalu duduk di depan Renjana. “Aku baru juga kok di sini.” Jawab Renjana dengan ekspresinya yang sangat berbeda dari biasanya. Renjana tersenyum melihat penampilan pria ini yang sangat rapi setiap kali bekerja.

“Jana, ada sesuatu?”

“Yoga, ayo kita nikah hari ini.”

Jujur saja kalau harga dirinya sudah berapa kali dia injak sendiri karena mengajak Yoga menikah. “Jana, Please kamu ngertiin aku.”

“Di mana aku harus ngertiin kamu? Yang mana, Yoga? Aku cuman pengen kita nikah. Nggak perlu ribet segala.”

“Kamu tahu ... ,”

“Apanya? Yoga jujur aku capek. Aku cuman ngasih kamu waktu sampai di sini. Aku nggak bisa lagi nungguin kamu. Delapan tahun, dulu kamu bilang satu tahun lagi. Kamu janji bulan sekian, tahun sekian. Lalu mana? Kamu selalu tunda. Mama juga berharap kamu datang ke rumah bawa kedua orangtua kamu. Dan aku harus menanggung malu berapa kali waktu kamu bilang nggak jadi? Apa yang mengganjal di hati kamu? Bilang sama aku, jujur sama aku, Yoga! Aku mohon kamu bisa bilang apa yang menjadi kendala kamu,” rasanya tidak bisa lagi menahan rasa sakit selama ini yang sudah dipendam oleh Renjana. Rasanya dia sudah lelah dengan perasaan digantung oleh Yoga. “Berapa kali aku ajak kamu. Kamu bilang apa? Kamu malah jawab aku kebelet nikah.”

Dalam hati yang diselimuti rasa sakit hati dan juga emosi yang bercampur menjadi satu. Ini adalah alasan mengapa dia sangat benci dengan dirinya sendiri yang rela digantung selama sembilan tahun oleh Yoga.

Pertama kali pria itu berjanji adalah tiga tahun lalu, lalu menunda lagi dan lagi. Bahkan ada saja alasan Yoga setiap kali ditahan. “Aku bukannya kebelet, tapi lihat orang sekitar aku. Bagi kamu ini nggak masalah, tapi aku? Aku yang nggak bisa tahan sama pertanyaan orang lain. Satu lagi, aku bukannya ... ,”

“Kamu maksa aku, Renjana.” Potong Yoga disela-sela pembicaraan mereka.

“Kamu maksa aku nikahi kamu? Sedangkan aku belum siap. Aku belum punya ini itu. Aku punya rencana yang besar untuk kamu. Nikah nggak bisa soal sah doang. Tapi aku harus undang kerabat aku, undang kerabat kamu dan untuk pesta itu butuh biaya yang besar. Gaji aku? Gaji aku nggak bisa kamu andalin kalau mau cepat-cepat.”

Menikah itu bukan soal pestanya yang ribet. Hanya saja banyak yang menjadikan pesta sebagai alasan mereka untuk terus menunda. Salah satunya adalah Yoga. “Aku nggak pernah berharap bahwa nikah sama kamu itu ribet. Dan sekarang aku tanya ke kamu. Apa kamu mau nikah sama aku? Hari ini aku tunggu jawabannya di sini.”

“Aku butuh waktu berpikir, Renjana.”

“Sampai kapan? Sampai kapan kamu harus mikir? Tahun depan? Sepuluh tahun lagi? Delapan tahun itu apa kita akan berjodoh? Aku nggak bisa pastiin kita berjodoh kalau kamu seperti ini. Andai kamu diposisi aku, apa yang akan kamu lakukan ditanya kapan nikah? Jawab aku hari ini.”

Selama mereka pacaran, yang paling sering cari gara-gara adalah Renjana. Karena kesibukan Yoga yang sangat padat. Tapi makin ke sini dia makin percaya bahwa Yoga memang tidak serius padanya. Yoga mengangkat kepalanya dan memegang tangan Renjana.

Sangat besar harapan Renjana agar Yoga mengajaknya menikah. Meski dia harus mengecewakan orangtuanya, tapi sayangnya rasa cintanya yang teramat besar pada pria ini akan dia perjuangkan juga.

“Maaf kalau aku selalu bikin kamu nunggu terus. Terima kasih juga untuk waktu kamu selama ini udah nemenin aku. Dan maaf ... jawaban aku tetap nggak bisa. Aku nggak suka dipaksa, kalau kamu nggak bisa nunggu ya itu terserah kamu. Kita lebih baik sudahi hubungan ini, Renjana. Aku sudah merasa nggak sejalan lagi sama kamu sejak kamu terus tekan aku untuk nikahi kamu, sedangkan pikiran aku tentang itu sangat panjang. Aku mikirin banyak hal. Dan sekarang, aku minta maaf kalau harus akhiri ini.”

Renjana tersenyum mendengar jawaban dari Yoga mengenai dia diputuskan secara sepihak. Selama ini Yoga yang selalu mengajak balikan saat Renjana yang memutuskan hubungan. Tapi hari ini Yoga yang memutuskan hubungan saat Renjana meminta kepastian.

“Dua hari dari sekarang, datang ke rumah aku. Itu adalah jawaban dari aku atas apa yang dipertanyakan orangtua aku selama ini. Aku tunggu kamu datang. Kamu bakalan lihat aku bersanding dengan yang lain.”

Tubuh Yoga menegang mendengar jawaban Renjana. “Kamu nikah?” “Iya, itu adalah alasan aku selama ini terus kasih tekanan ke kamu. Aku

bakalan kabur dari pernikahan ini kalau kamu ajak aku.”

Yoga masih diam di depannya Renjana. “Diam artinya kamu sanggup liat aku nikah sama yang lain. Aku nggak mau digantung, Yoga. Aku capek. Setiap kali reunian semuanya sudah gendong anak. Aku sendirian yang masih lajang, aku bukannya kejar soal pernikahan. Tapi aku nunggu jawaban tentang hubungan kita. Suami Nita dia juga pegawai kayak kamu, kamu lebih dulu jadi pegawai dibandingkan dia. Mereka nggak takut nikah, rezeki sudah ada yang atur. Dan kamu khawatirkan apa yang belum terjadi. Maksud aku tentang pengeluaran kita,”

“Nita juga kerja, Renjana. Dan aku tahu itu.”

“Apa kamu lihat aku nganggur? Apa kamu tahu jumlah tabungan aku selama kita jalani pacaran? Seratus tiga puluh juta apa kurang buat bantuin kamu? Bahkan semua gaji dan juga hasil aku jualan online baju, sepatu dan juga bantu Kak Teguh. Aku bisa beli mobil pakai uang aku sendiri, aku tabung untuk bantuin kamu. Dan sekarang jawaban kamu malah mutusin aku.”

Mereka masih berseteru tapi masih dengan kepala dingin untuk mencari solusi dari semua masalah ini.

“Sekarang mau kamu apa, Renjana?”

“Nggak ada. Aku udah nggak berharap kalau ternyata kamu cuman ngasih luka buat aku. Bayangkan berapa tahun aku kerja dan jualan aku tabung demi kamu. Sembilan tahun hubungan kita berjalan begitu saja, kamu akhiri karena aku minta kepastian.”

Selama mereka pacaran, tidak pernah ada kata selingkuh dan juga pengkhianatan. Tapi baru kali ini Renjana merasa sangat sakit mendengar jawaban Yoga yang memutuskan hubungannya secara sepihak. Ia berdiri lalu mengembalikan buku tabungan yang di mana di sana adalah gaji Yoga untuk tabungan rencana pernikahan. “Andai kamu bisa nunggu lagi, Jan. Aku janji kita bakalan nikah.”

“Aku capek sama janji kamu. Mama jodohin aku sama anak temennya.” Renjana baru berjalan beberapa langkah.

Selama Renjana berada di sana, ada sebuah lagu yang diputar di tempat itu.

'Aku ngerasa lagu itu nyindir aku' batin Renjana yang tertawa pada kebodohannya yang menunggu lama. Akhirnya Yoga yang memutuskan hubungan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Duka Pernikahan    13. Berubah

    Semenjak kejadian beberapa hari lalu, sikap Renjana berubah. Mereka memang tidur sekamar. Tapi dia sering mendengar Renjana menangis tengah malam.Kadang Hanif berpikir bahwa dia akan bercerai dengan Renjana.Dibandingkan dia membuat istrinya menangis terus seperti itu. “Jana, kita bisa ngomong?”“Aku siapin sarapan apa sekarang?”Hanif terdiam ketika sikap Renjana seperti itu. Dia tahu kalau istrinya sedang menghindar. Pasalnya sudah beberapa hari ini dia tidak punya kesempatan untuk bicara dengan Renjana.Perasaan Hanif sangat nyeri karena istrinya yang masih marah. Ya ini karena keegoisannya sendiri. Mungkin nanti bisa diselesaikan baik-baik. Jika tidak, mau tidak mau Hanif menyudahi dan harus rela melepaskan Renjana meskipun dia sudah ada perasaan terhadap istrinya.Dia berangkat dengan perasaan yang cukup kacau. Dan pulang juga dengan keadaan hati yang kacau juga.Hanif memilih ke suatu tempat menenangkan hatinya, diban

  • Duka Pernikahan    12. Perasaan Kacau

    Hanif rela tidak pergi ke rumah orangtuanya karena Renjana sudah berjanji akan memberikan haknya sebagai seorang suami. Namun, kenyataan itu tidak seperti apa yang harusnya terjadi.Renjana tidur.Renjana malah meninggalkan dia tidur ketika dia sedang menyelesaikan pekerjaannya sedikit karena harus dikirim malam itu juga. Dan semakin yang membuatnya kesal lagi, dia berusaha membangunkan Renjana. Tapi istrinya semakin terlelap.Hanif marah, jelas dia marah karena dia membatalkan pergi ke rumah orangtuanya karena alasan itu. Renjana Bisa-bisanya Tidur sebelum jam sembilan malam kemarin.Alasan yang sangat tidak masuk akal kalau Renjana tidur jam delapan. Dan sudah pasti istrinya pasti sedang membohonginya karena gugup sedari awal.“Hanif, mau sarapan apa?”Dia malah pergi begitu saja setelah mengambil tasnya dan masih marah pada Renjana. Nafsunya sudah di ubun-ubun ingin menyentuh. Tapi Renjana tidur, dan paling menyakitkan lagi dia harus mena

  • Duka Pernikahan    11. Mengelak

    “Jana, kamu ikut nggak ke rumah, Mama?”Renjana baru selesai memasukkan pakaiannya ke dalam lemari yang baru saja selesai di setrika oleh asisten di sana. “Ke rumah mama kamu atau mama aku?”Di kamar yang cukup luas, mereka bisa menyaksikan seorang anak main kejar-kejaran dengan orangtua ketika sedang bercanda. Bayangan itu mulai bermunculan di dalam kepala Renjana. Namun, untuk melakukan hal selanjutnya justru rasanya agak sedikit takut. Bayangan sakit, malu dan juga tidak siap dengan malam pertama yang pernah dia dengar dari beberapa temannya tentang rasa nyeri yang sampai pagi bisa dia rasakan. Bahkan berhari-hari bisa ia rasakan juga.Baru saja dia menutup pintu lemari, Hanif malah memeluknya dari belakang. “Aku ajak kamu ke rumah mama aku. Kita belum pernah ke sana sejak menikah. Mama terus yang nyusulin ke sini.”Renjana tidak bekerja, takut jika dia mendapatkan ledekan dari orang- orang yang ada di rumahnya Hanif. Semenj

  • Duka Pernikahan    10. Resepsi

    Perasaan Hanif begitu berbunga ketika menyambut istrinya yang sangat cantik dengan gaun yang dipilih oleh Renjana sendiri. Dia ingin tersenyum dan semua orang menyaksikan pesta hari ini.Resepsinya terbilang sangat mewah, meski undangan tidak keseluruhan, tapi ini adalah hari bahagia mereka berdua.Hanif mengulurkan tangannya menyambut Renjana.Menjadi raja dan ratu dalam sehari sudah pasti membahagiakan. Apalagi Hanif yang memang ingin menikah satu kali dalam hidupnya. Memiliki istri yang cantik, dan juga meski pilihan orangtua. Tapi dia sudah berjanji akan mencintai Renjana.Ketika wanita ini masuk ke dalam hidupnya, ia sudah berjanji bukan hanya pada orangtua saja. Tapi juga berjanji pada Tuhan. Artinya dia akan hidup selamanya untuk RenjanaMenyentuh Renjana, mungkin masih belum untuk Hanif. Dia tidak ingin mengagetkan pernikahannya ini dengan keinginannya untuk haknya itu. Tetap saja dia juga canggung pada Renjana. Mereka masih menjalanitahap paca

  • Duka Pernikahan    9. Penerimaan Manis

    “Renjana, kamu beneran nikah?”Temannya histeris begitu Renjana membawa kartu undangan resepsi untuk teman-temannya.Mereka berkumpul di salah satu tempat tongkrongan anak muda. teman-temannya yang masing-masing sudah punya anak. Kadang dia sudah malas ikut reuni kalau temannya membawa suami. Sekarang Renjana tidak akan malu lagi ke reunian, dia akan membawa suami tampannya— Hanif.“Sumpah nggak nyangka kamu akhirnya nikah, Jana.”“Sebentar, kenapa ada nama Hanif? Siapa dia? Kenapa nggak sama, Yoga?”Renjana tertawa ketika salah satu temannya membuka kartu undangan yang ternyata di sana ada namanya dan juga ada nama Hanif yang jelas mereka adalah suami istri. “Aku tinggalin, Yoga. Aku pilih dijodohkan sama orangtua aku dibandingkan harapin, Yoga. Di sini Hanif itu udah sah jadi suami aku. Kami sudah menikah, dia yang serius, dia harus aku perjuangkan, bukan?”Novi—teman sekelas Renjana dulu ketika masih sekolah. Dan wanita ini juga tahu perjalanan cinta Renjana dengan Yoga. “Tapi, Jan

  • Duka Pernikahan    8. Suasana Pengantin Baru

    Renjana hanya tinggal berdua di rumah bersama dengan Mbok Yun sekarang. Sedangkan suaminya sudah kembali lagi ke kantor. Katanya ada urusan penting yang harus segera diselesaikan. Walaupun sebenarnya ia masih agak canggung dengan Hanif. Namun suaminya cukup pandai untuk mencairkan suasana.Apa yang harus dia lakukan di rumah ini? Sedangkan suaminya sendiri tidak memperbolehkan dia untuk melakukan pekerjaan rumah dan fokus pada suami. Sedangkan Renjana sudah biasa melakukan pekerjaan rumah di rumah orangtuanya. Tidak dengan di tempat ini. Dia benar-benar dianggap ratu dikediaman suaminya.Kata mamanya, mereka masih belum boleh keluar selama belum selesai acara dan masih hangat-hangatnya masa pernikahan mereka. Tapi Hanif meyakinkan ia untuk tetap percaya pada ketentuan Tuhan. Hanif juga bekerja untuk dirinya, bukan untuk mencari hal-hal tidak baik seperti ucapan orangtuanya mengenai pamali tersebut.Kali pertama merasa hidup yang sangat berbeda dari biasanya. Hidupnya dulu tertata rapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status