LOGINYovan sudah tidak sombong seperti barusan lagi. Pria itu kini tampak menggosok-gosok tangannya dengan gugup dan takut. Dia ingin menjelaskan, tetapi tidak tahu harus caranya."Kiana, aku mencintaimu.""Menjijikkan!"Kiana berbalik dan berjalan keluar. Yovan buru-buru mengejarnya dan menghalangi jalannya."Kiana, aku nggak bermaksud menyakitimu. Aku hanya…""Minggir!"Kiana menendang lutut Yovan. Lantaran Kiana mengenakan sepatu hak tinggi, tendangannya cukup keras.Yovan menjerit kesakitan, tetapi melihat Kiana masih mau pergi, pria itu langsung berlutut di depannya."Aku mencintaimu. Hanya kamu yang kucintai, tapi aku juga menginginkan seorang anak. Kamu nggak bisa punya anak, jadi apa yang bisa aku lakukan? Aku terpaksa pinjam rahim orang lain untuk punya anak."Bisa-bisanya Yovan mengucapkan kata-kata tidak tahu malu seperti itu.Kiana menatapnya lagi. Benarkah ini pria yang dicintainya selama enam tahun?Dia sungguh merasa… memalukan sekali!"Jadi pada akhirnya, ini semua salahku.
Kiana tak kuasa menahan tawa. Kemarahan mereka makin memuncak saat melihatnya tertawa."Kalian bilang aku bunuh orang, 'kan?" Kiana mengangkat alisnya. "Terus, kenapa kalian nggak lapor polisi?"Saat mendengar itu, anggota Keluarga Sumargo, Rachel beserta ibunya, langsung merasa gelisah."Kamu berani suruh kami lapor polisi?" Ibunya Yovan mencibir. "Hanya karena memandang dari hubungan kita di masa lalu, kami baru nggak memenjarakanmu!""Aku sudah hampir bunuh cucu kalian, kalian masih begitu berlapang dada?""Kamu itu menantu Keluarga Sumargo, makanya kami…"Kiana mendengus dingin. "Rupanya takut aib keluarga kalian terbongkar.""Kamu!""Kalau Keluarga Sumargo nggak mau lapor polisi, kalian kan bisa lapor polisi." Dia kemudian menatap Rachel dan ibunya. "Aku begitu kejam, keji, sampai hampir membunuhmu dan anak yang ada di dalam kandunganmu.""Kiana, kamu itu teman terbaikku…""Benarkah?" Kiana mengangkat alisnya.Di bawah tatapan mengejek Kiana, Rachel tak kuasa menahan diri untuk ti
Ibunya Yovan benar-benar panik dan cemas. Itu cucu kesayangannya!"Kamu masih sempat bilang begitu? Cepat bawa Rachel ke rumah sakit!"Saat Kiana melihat ada perban di jari ibunya Rachel, dia langsung paham. Dia mengerutkan bibirnya. "Benar juga. Ayo kita ke rumah sakit dulu.""Sebenarnya, aku juga... Ehem, ehem... Perutku sudah nggak terlalu sakit lagi…" Mendengar mau dibawa ke rumah sakit, Rachel takut kebohongannya akan terbongkar."Iya, Rachel hanya mengalami pendarahan ringan. Dia hanya perlu istirahat saja."Ibunya Rachel juga takut. Lantaran fakta anak itu adalah anaknya Yovan telah terungkap dari mulutnya ibunya Yovan, tujuan mereka telah tercapai. Jadi, mereka tidak ingin membuat masalah lagi.Kiana mendengus dalam hati, lalu menoleh ke ibunya Yovan dan berkata, "Kamu dengar itu? Bukannya aku nggak mau bawa ke rumah sakit, tapi dia yang nggak mau. Jadi, kalau sampai cucu kesayanganmu nggak ada…""Amit-amit! Jangan asal omong lagi!""Pokoknya, ini nggak ada hubungannya denganku
"Kamu picik dan iri hati, jadi kamu balas dendam sama kami. Kamu ingin kami semua merendahkan diri dan memohon padamu. Dengan begitu, kamu bakal puas!""Rachel, bagaimana kamu bisa bilang aku seperti itu?""Kiana, jangan pura-pura lagi. Aku sudah mengenalimu dengan jelas!""Mengenaliku dengan jelas?""Kamu bilang kamu anggap aku sebagai sahabatmu, tapi kamu sebenarnya nggak pernah menghormatiku! Dulu di sekolah, setiap kompetisi yang aku ikuti, kamu juga ikut. Terakhir, kamu selalu mengalahkanku! Saat kamu masuk Thevas, kamu bertindak seolah kamu yang merekomendasikanku, tapi kamu malah menjadikanku asisten di departemen desain. Sementara, kamu jadi manajer proyek. Gajiku hanya enam sampai sepuluh juta. Sementara kamu bisa dengan mudah mendapatkan puluhan juta komisi dari satu proyek!"Kiana tertawa. "Jadi, aku nggak seharusnya membantumu?""Pas kita belanja bareng, kamu bisa beli apa pun yang kamu mau dengan mudah. Sebaliknya, aku bahkan nggak berani lihat label harga! Pas kita makan
Menarik sekali!Ibunya Rachel mau minjam uang padanya?Bisa-bisanya dia mengajukan permintaan seperti itu?Kiana tentu tidak akan meminjamkannya, tetapi sebelum dia sempat berbicara, Rachel sudah bergegas masuk."Bu, siapa suruh kamu minjam uang sama dia?"Rachel marah sekaligus panik. Air mata mengalir di wajahnya."Apa yang kamu panikkan? Apa yang kamu tangiskan? Keluarga Sumargo nggak mau menyerah begitu saja, 'kan? Aku sudah tahu. Makanya aku minjam uang sama Kiana! Kalau nggak, siapa lagi yang bisa kamu pinjami? Lagian hanya Kiana satu-satunya temanmu di Kota Yasel yang bisa bantu kamu!""Ibu!"Ibunya Yovan bilang dia tidak sehebat Kiana dan sekarang ibunya sendiri juga mengatakan hal yang sama!Kenapa mereka semua mengatakan dia tidak bisa dibandingkan dengan Kiana? Apa mereka semua buta?Dia tidak menerima pernyataan itu. Dia tidak puas!"Aku bisa kumpulkan uang sendiri. Lagian, jumlahnya juga nggak banyak, jadi tolong jangan permalukan aku lagi!""Kamu benar-benar nggak tahu di
"Ibu... Ibu sudah bikin aku kehilangan muka!"Sembari berbicara, air mata tampak menggenang di mata Rachel. Bukannya merasa bersalah, ibunya Rachel malah marah mendengar itu. "Semua ini karena kamu nggak berguna. Lihat Kiana. Dia bisa beli apa pun yang dia mau. Dia habiskan uang seperti air. Terus lihat dirimu. Kamu sama sekali nggak punya ambisi. Kamu bahkan bikin ibumu ikut kehilangan muka bersamamu.""Ibu!" Rachel kesal setengah mati."Apa yang kamu teriakkan!" kata ibunya Rachel sambil merebut barang-barang yang belum dikembalikan dari tangan Rachel. "Aku suka semua ini. Kamu nggak boleh kembalikan lagi!""Yovan suruh aku melunasi semuanya, kamu kira aku punya uang?""Kamu biarkan dia menidurimu selama bertahun-tahun, tapi kamu bahkan nggak berhasil memeras sepeser pun darinya?""Aku menikah dengannya, bukan menjual diriku kepadanya!""Mendingan jual diri saja!""Ke… kenapa aku bisa punya ibu sepertimu?""Kamu berani meremehkanku? Sama, aku juga meremehkanmu! Andai saja Kiana itu







