Short
Hari Aku Keguguran, Suami Pamer Anak Haram

Hari Aku Keguguran, Suami Pamer Anak Haram

By:  Nori ManisCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Chapters
7views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Hari ketika aku keguguran dan mengalami pendarahan hebat, suamiku justru memamerkan foto telapak kaki bayi yang baru lahir di media sosialnya. Teks yang dia tulis berbunyi, "Selamat datang malaikat kecil, Ayah akan selalu menjagamu." Dengan tangan bergetar, aku menelponnya. "Anak kita sudah nggak ada, kamu bisa datang ke rumah sakit nggak?" Dari seberang terdengar tangisan bayi. Suaranya terdengar malas. "Kalau sudah begitu, kamu jaga kesehatanmu baik-baik. Yessy baru saja melahirkan, dia butuh aku. Aku nggak bisa pergi." "Dan yang sudah mati jangan rebut kasih sayang dengan yang masih hidup, ngerti nggak?" Dia langsung menutup telepon. Aku hancur di ranjang rumah sakit, akhirnya menghapus air mata, lalu menekan nomor musuh bebuyutannya, Lukas. "Nikahi aku, seluruh Grup Largi aku bawa jadi mas kawin. Aku cuma mau kamu jatuhin Fandi, kamu mau nggak?"

View More

Chapter 1

Bab 1

Telepon di seberang sana sunyi cukup lama sebelum suara seorang pria terdengar.

"Yuli, pewaris Keluarga Sagito cuma boleh menjanda, nggak boleh cerai."

"Kalau kamu memutuskan menikah sama aku, kamu nggak punya hak buat menyesal."

Aku menundukkan kepala. "Ya, nggak akan menyesal."

Aku dan Lukas tumbuh bersama sejak kecil. Kami bahkan sudah dijodohkan sejak masih anak-anak, hubungan kami selalu baik.

Sampai aku bertemu Fandi, jatuh cinta, lalu makin menjauh dari Lukas.

Dia terdiam sejenak, suaranya terdengar serius.

"Aku kasih kamu waktu sebulan buat menyelesaikan urusan sama mantan, setelah itu kita menikah."

Telepon terputus, aku menggenggam ponsel dengan hati gelisah.

Aku mengalami plasenta lepas dini dan harus dirawat di rumah sakit.

Lukas tidak datang menemuiku, tetapi dia mengatur seorang perawat untuk menjagaku, bahkan membantuku mencari pengacara, menyusun perjanjian cerai, dan berusaha semaksimal mungkin memperjuangkan hakku dalam pembagian harta.

Aku sibuk dengan semua itu selama setengah bulan penuh.

Sementara suamiku, Fandi, bahkan tidak menelpon sekali pun.

Dia sama sekali tidak sibuk. Dalam dua minggu ini, dia justru terus-menerus mengunggah foto bayi di media sosialnya.

Wajah mungil bayi yang masih keriput, tangan kecil, kaki kecil….

Teks yang menyertai semuanya selalu berbunyi, Ayah akan selalu menjagamu.

Aku menggigit bibir bawahku begitu keras hingga hampir berdarah. Ujung jariku bergetar, hampir tidak mampu lagi memegang ponsel.

Anakku dalam perutku, hilang begitu saja, pergi sebelum sempat melihat dunia.

Sementara ayahnya malah menggendong anak lain, memamerkannya kepada seluruh dunia seperti sebuah harta berharga.

Dua perawat masuk, sambil mengganti perban mereka bercakap-cakap penuh rasa iri.

"Kamu lihat tadi nggak, waktu aku ganti perban ibu itu, si bos dingin Fandi sampai gemetaran pas gendong bayi. Dia terus berkali-kali nyuruh kita hati-hati, soalnya istrinya takut sakit."

"Dia tinggal di kamar VIP, pakai dokter terbaik, obat terbaik, suaminya jagain terus. Melahirkan mana bisa sakit, dia terlalu khawatir."

Ternyata, mereka juga ada di rumah sakit ini, bahkan di lantai yang sama.

Tapi Fandi bahkan nggak mau datang menemuiku satu kali pun.

Aku memejamkan mata dalam-dalam, menutupi kesedihan yang tersisa di mataku.

Tidak lama kemudian, ponselku berbunyi.

Nama Fandi tertera di layar.

Aku mengangkatnya, suaranya terdengar dingin tanpa perasaan.

"Cuma keguguran, kamu kenapa harus di rumah sakit selama itu?"

Aku melirik perawat yang sedang membantuku mengganti perban, lalu berkata pelan.

"Fandi, kita cerai saja. Surat perjanjian sudah aku siapkan, kamu tinggal tanda tangan."

Telepon di seberang sunyi beberapa detik, lalu terdengar tawa enteng Fandi.

"Yuli, Yessy baru melahirkan. Dia lebih butuh aku daripada kamu, jadi aku nggak sempat nengokin kamu."

"Lagi pula aku sudah bilang, aku sama dia cuma kecelakaan. Kamu tetap istriku, anakku juga bisa jadi anakmu. Soal cerai mending kamu tarik lagi, aku anggap nggak pernah dengar."

Kata-katanya terdengar begitu wajar, seolah perasaanku sama sekali nggak penting.

Semua rasa sakit hati yang kutahan lebih dari setengah bulan akhirnya pecah, air mataku tidak terbendung lagi.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status