Share

Cita-Cita Terlewatkan

Author: Joane
last update Last Updated: 2022-09-16 01:30:04

“Kapan kamu pergi?” 

Aisha melotot malu menatap pria itu berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Karena kali ini dilihatnya kalau Devan terlihat sangat tidak terima dengan kelakuannya Aisha meninggalkan pada tadi pagi. 

Sedangkan dia masih belum bisa berhadapan dengan Devan. 

“Jawab aku, kapan kamu pergi?” 

Aisha dengan malu-malu bertemu dengan pria itu. “Saya pergi tadi pagi. Karena harus segera ke rumah sakit. Hendra harus berangkat sekolah. Jadi saya harus segera ke sana untuk setor biaya operasi.” 

“Siapkan aku makanan! Jangan banyak bicara.” 

Pria itu pergi meninggalkan Aisha sendirian setelah menjawab demikian. Memang sudah benar-benar di luar dugaan kalau akan ditinggalkan seperti itu. 

Harusnya dia tidak ada kesibukan lagi hari ini. Tapi justru diminta untuk siapkan makan malam pria itu. 

Di dapur dia membuka kulkas dan lihat bahan-bahan persediaan terbatas. “Mas Devan mau dimasakin apa?” 

Pria itu menatapnya sebentar. “Terserah.” 

Jawaban itu tidak diinginkan olehnya Aisha. Tapi dia harus berpikir keras untuk sediakan makanan seadanya. Ingat kalau makan untuk malam harinya Devan tidak suka makan yang berat. Jadi dia harus perbanyak sayur. 

Devan membawa tabletnya pergi. “Bangunkan aku kalau sudah selesai.” 

Dia memasak sendirian ketika Devan sudah pergi dari dapur. 

Cukup lama dia berada di dapur sampai akhirnya hidangan selesai. Tapi tidak lupa juga mengupas buah dan memotongnya. 

Semua selera Devan sampai dia hafal. 

Aisha bangunkan Devan yang rebahan di sofa. Perlahan dia mengguncang tubuh pria itu dan Devan bangun dari tidurnya. 

“Mas, udah selesai. Mas mau makan, kan.” 

Devan bangun dari sofa dan merenggangkan ototnya. 

Pria itu berjalan ke meja makan dan juga sudah ada potongan buah juga. “Buatkan aku infused water, Aisha. Buat besok pagi. Aku harus olahraga juga.” 

“Oh oke.” 

Aisha mengambil dan mencuci buah. Menyiapkan yang diminta oleh pria itu. Terdengar suara sendok dan garpu saling beradu di atas piring itu. Cukup lama dia membuatkan minuman untuk besok. Lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Dia berbalik dan sudah dihabiskan oleh Devan. 

“Kamu nggak makan?” 

“Sudah di rumah sakit.” 

“Kapan ibumu dioperasi?” 

“Secepatnya.” 

Devan bersandar di kursi itu dan mengangguk. “Semoga lekas sembuh. Nanti kalau ada waktu, aku ke sana.” 

“Terima kasih, Mas.” 

Dia membereskan sisa makanan itu. Di sini hanya ada mereka berdua. Sudah lama sekali Devan menjadi orang yang kesepian sejak ditinggalkan oleh orangtuanya untuk dinas di luar negeri. Mereka pergi ke luar negeri sudah sangat sering sekali. Adiknya Devan juga ada di Inggris. 

Jadi, yang ada di rumah ini hanyalah mereka berdua. Tidak heran kalau ternyata mereka bisa tidur satu ranjang malam itu di rumah ini. Bahkan ini juga rumah pribadinya Devan. 

Pertanyaan kapan nikah? Sudah sering sekali di dengar oleh Aisha selama tinggal di sini. 

Akan tetapi Devan pada pendiriannya bahwa dia tidak akan pernah menikah karena orangtuanya tidak pernah ada waktu bicara sama sekali. 

Jujur saja kalau sebenarnya ini sangat membuat kepalanya Aisha juga berpikir keras mengenai penolakan dari Devan yang sangar keras. 

Tapi sekarang Aisha yang mencuci piring itu hanya terdiam. 

Dirinya sendiri bagaimana? 

Dia adalah wanita kotor, hina bahkan murahan telah tidur dengan Devan. 

Dia telah kehilangan kehormatannya menjadi seorang gadis yang belum menikah tapi sudah pernah tersentuh. Dia mengusap air matanya dengan punggung lengannya. 

Berusaha untuk kuatkan diri untuk sekarang ini. 

Ia yakin kalau sekarang hidupnya sudah berantakan. Aisha tidak perlu lagi berpikir bahwa dia akan menikah. Usai mencuci piring dan sudah rapi di dapur. Aisha kembali ke kamarnya. 

Dia punya pendidikan bagus. Wisuda baru beberapa bulan lalu tapi ternyata ibunya sakit dan menahan diri waktu itu. Biaya operasi juga diberikan oleh Devan tapi ternyata kurang. Akhirnya dia terpaksa menerima tawaran itu dengan memberikan tubuhnya kepada anak tertua dari majikannya. 

Waktu dia sedang ingin tidur dan istirahat waktu itu. 

Terdengar pintu kamarnya diketuk oleh pria itu sambil memanggil namanya. 

Devan menyodorkan lembaran dan juga kartu untuknya. “Ini apa, Mas?” 

“Belanja bulanan mulai besok. Keperluan aku di dalam kamar. Termasuk juga parfum, sabun cuci muka, untuk minyak rambut, segalanya. Termasuk apa yang ada di dalam kamar mandi. Kamu harus tetap perhatikan. Ini daftar yang harus kamu beli. Dan untuk ruang kerjaku juga. Isi dapur, juga termasuk segala kepentingan. Kamu boleh beli peralatan mandi kamu, juga keperluan kamu sebagai perempuan untuk beli pembalut misal.” 

Tidak ada uang cash, dia diberikan kartu oleh Devan. “Itu uangnya tidak ada batas. Kamu bisa beli apa pun. Sandinya tanggal kita melakukan hubungan itu.” 

Dia mengangguk. Menerima kartu itu dan juga daftar belanja yang sudah diberikan oleh Devan barusan. 

Tapi sebelum Devan pergi. Pria itu berdiri di depannya Aisha dan berkata. “Jangan menyesali kejadian kemarin. Aku tidak mau melihat ekspresi sedihmu karena kejadian itu sudah terlanjur terjadi.” 

Dia mengurungkan niatnya untuk menyesali itu. “Katakan padaku jika terjadi sesuatu padamu. Salah satunya hamil. Aku lupa aku tidak pakai pengaman semalam. Aku pertama kali melakukannya, Aisha.” 

Tubuhnya Aisha membeku mendengar itu. “Lalu apa?” 

“Kita aborsi, Aisha. Nggak mungkin kalau kita menikah. Aku tidak ada niat menikah.” Aisha mengiyakan. “Aku pergi dulu.” 

Jadi mereka terpisah ketika pria itu kembali ke kamarnya. Aisha telah diingatkan mengenai kalau terjadi apa-apa. Salah satunya adalah tentang kehamilan. 

Mengingatkan lagi kalau Devan tidak pakai pengaman semalam. 

Aisha merebahkan diri di atas kasur ingat ucapan Devan kalau dia tidak menginginkan jika Aisha hamil. 

Dia juga harusnya sadar diri kalau di sini hanyalah seorang pembantu. 

Awalnya Aisha pikir hanya jadi teman tidur dan itu sudah cukup. Tapi beban kedua membuat dia kepikiran laig soal kehamilan. Kepalanya baru saja terguncang. Jadi, bisa jadi penglihatan juga kabur. Tidak bisa fokus dengan apa yang dilakukan. 

Jujur saja ini juga merupakan hal yang sangat membuat Aisha merasa menyesal. 

Tapi apa boleh buat? 

Pria yang disebut dengan Ayah hanya menikahi, tidak menafkahi bahkan ketika itu Aisha juga hidup di tempat orangtuanya Devan sudah lama sekali. 

Biaya pendidikan juga ditanggung oleh orangtuanya Devan. Bahkan Aisha juga kuliah waktu itu. Tapi ditanggung oleh Devan dan mendapatkan gelar dengan nilai yang baik. Tapi di sini dia tetap jadi pembantu di rumah Devan secara pribadi. 

Aisha berharap tidak ada yang terjadi setelah ini. Jangan sampai beban baru muncul di dalam hidupnya saat dia tidak siap mendapatkan beban berat itu. 

Segera dia memejamkan matanya untuk tidur karena besok harus kembali lagi ke rumah sakit setelah dia siapkan semua keperluan Devan. Juga membeli semua yang dibutuhkan oleh pria itu. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Tak Dilirik Lagi

    Devan seperti kehilangan arah ketika mendapati Aisha pergi meninggalkannya karena tidak bisa bertahan di sisinya. Sudah empat bulan ini Aisha pergi setelah pengakuannya Devan kalau dia lebih jatuh cinta kepada wanita itu dibandingkan dengan istrinya. Kalau sekarang, Aisha memang belum ada di hatinya. Tapi Devan memasukkan Bianca ke dalam rumah tangganya. Menganggap kalau ini akan baik-baik saja. Tapi semua itu justru menjebak dia untuk masuk ke dalam kubangan bencana besar di dalam rumah tangganya.Terdapat beberapa hal yang juga membuat Devan merasa kesepian sekali pada kehidupannya. Tidak ada tangisan Thania di rumah ini. Tidak ada yang merangkak ketika Devan sedang menonton televisi. Tidak ada yang tidur di lengannya setiap malam.Baru dia menyadari semua itu saat Thania menjadi alasannya untuk bertahan.Di kantor tempatnya bekerja. Tidak ada gairah sama sekali untuk mengerjakan semuanya. Rasa kosong itu terasa sekali. menurut informasi yang Devan dapatkan juga kalau istrinya sekar

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Tertangkap Basah Perselingkuhan

    “Aisha, Mama mertua kamu mau jemput ke sini. Katanya mau ajak kamu jalan-jalan sama Thania.” Aisha juga sudah siap-siap. Mendapatkan telepon dari mama mertuanya cukup menyenangkan. Hari ini mertuanya menyempatkan waktu untuk jalan-jalan. Kebetulan juga besok Devan akan menjemputnya bersama dengan Thania di rumah ini. Besok juga dia akan pulang bersama anaknya. Aisha sudah memasang gendongan untuk anaknya. “Aku mau berangkat sebentar lagi, Bu.” Ujarnya ketika disapa oleh Nita. “Kalau begitu Ibu pergi bentar ke supermarket, ya. Takut Ayah kamu pulang nanti marah-marah kalau nggak ada makanan.”Kemudian tidak lama mertuanya datang waktu Aisha menunggu di luar. Linda keluar dari mobil dan mengedarkan pandangannya. “Ya ampun, sekarang rumah kamu bagus banget.” “Iya, Ma. Ayah aku ada rezeki, jadi di renovasi.” “Ini bukan biaya sedikit, Aisha. Ayah kamu keren juga.” Aisha menganggukkan kepalanya dan kemudian dia tersenyum. “Kalau begitu, Mama mau masuk dulu atau gimana?” “Ibu kamu ada

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Takut Karma Berulang

    Selama berada di rumahnya Juan, kehidupan Aisha memang terpenuhi oleh orangtuanya. Tidak ada kekurangan apa pun selama ada di sana. Ayahnya yang sudah punya segalanya. Ibunya juga beberapa kali dia dengar diminta untuk berhenti bekerja di rumah orangtuanya Devan. Memang kalau untuk urusan itu Juan agak keras.Juan juga memberikan pengertian kepada Aisha untuk masalah rumah tangga. Memang benar kalau Aisha sendiri tidak bisa membayangkan dirinya kalau menjadi janda nanti. Karena Devan yang berubah-ubah sikap.Selama ini Aisha menganggap kalau rumah tangganya dengan pria itu tidak ada masalah sama sekali. Tapi justru membuat Aisha bisa sadar kalau konflik waktu itu masih membekas di kepalanya Aisha.Juan juga memberikan pandangan yang baik untuk Aisha. Bahwa tidak semua pernikahan itu berjalan dengan mulus. Aisha juga tidak pernah cerita kepada ayahnya jika masalahnya dengan suaminya sampai sekarang tidak ada titik terangnya. Tapi sikapnya Devan yang kadang membuat luluh, tapi juga memb

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Mulai Khawatir Dengan Rumah Tangga

    “Kamu kenapa?” Aisha hendak diantar ke rumah orangtuanya karena Devan hari ini akan pergi ke Bali. “Nggak apa-apa, Mas.” Pria itu sudah selesai packing barangnya sebelum berangkat ke bandara hari ini. Sedangkan Aisha akan menginap di rumah orangtuanya bersama dengan Thania. Anaknya sudah berusia tujuh bulan. Apa saja yang dibutuhkan Aisha untuk kebutuhan si kecil tidak pernah dibatasi oleh Devan. Pria itu juga menambah uang kebutuhannya Aisha selama di rumah. Aisha juga sudah selesai siapkan barangnya untuk pergi ke rumah orangtuanya. Tapi dia menatap Devan dengan intens. Tidak lama setelah itu Devan mengambil Thania dari gendongannya Aisha. “Baik-baik di rumah, ya. Papa mau kerja.” Kata pria itu sambil mencium anaknya. Hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya. Thania juga begitu bahagia dihampiri oleh Devan. Apalagi sampai digendong seperti itu. Dia bisa tersenyum melihat anaknya yang mencium Devan. “Aisha, kamu kenapa melihatku seperti itu?” dengan buru-buru Aisha menga

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Membangun Kepercayaan Kembali

    Suara gelak tawa Thania pagi-pagi ketika Aisha keluar dari kamar mandi. Anaknya asyik bersama dengan Devan. Memang kalau soal menemani Thania, dia sendiri akui kalau Devan itu sangat bisa menjadi ayah untuk anaknya. tapi masih gagal menjadi suami untuk Aisha.Suara anaknya yang tertawa seketika membuat Aisha tertawa dengan perlakuan Devan yang mencium anaknya tapi justru dibalas dengan tawa. Hari ini Devan menyempatkan lagi untuk pergi jalan-jalan. Suaminya sering di rumah beberapa waktu belakangan ini dan menjaga bayinya.Menurut Aisha, itu memang sangat disukai oleh Devan. Seharian penuh Devan bisa menjaga anaknya. istirahat hanya saat si kecil disusui saja. Devan mencium telapak tangan anaknya yang membuat si kecil tertawa terbahak lagi.Aisha pergi dari sana untuk memakai bajunya sebelum mereka berangkat. Devan hanya menolehkan kepalanya tadi.Aisha mengambil gendongan bayi setelah bersiap-siap. Anaknya digendong oleh Devan. Dia yang memasang gendongan itu kemudian Devan menaruh

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Membingungkan

    Aisha hanya berdua dengan Thania di rumah. Dia menyusui anaknya sambil menggendong anak perempuannya. Devan pulang atau tidak sudah bukan lagi urusannya Aisha. Yang penting anaknya bisa tumbuh dengan baik. Sejak pria itu mengatakan cintanya tidak ada di Aisha dua bulan lalu. Aisha juga hanya bisa fokus mengurus bayinya. Cinta pria itu tidak ada sama sekali untuknya. Hanya berlandaskan nafsu semata. Thania sedang dia pangku setelah anaknya menyusu. “Papa nggak pulang malam ini.” Kata Aisha mencoba menghibur dirinya sendiri dan bicara pada Thania. Anak itu pun terdiam dengan ucapan sederhana Aisha. Meskipun suaminya tidak pulang, Aisha tetap bertahan di rumah ini. Karena meskipun Devan selingkuh, anaknya tetap diurus dengan baik. Jadi, ini yang dirasakan oleh ibunya dulu ketika Juan selingkuh. Ini yang membuat Nita bertahan demi anak. Aisha bisa tersenyum meratapi masa mudanya hanya untuk mengurus anak.“Mama akan bertahan sampai kamu berusia satu tahun, Thania. Kalau Papa nggak be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status