Bagas menangis haru setelah mendengar ucapan putri nya yang selalu dirinya tunggu-tunggu, dipeluknya erat badan Acha sambil mengucapkan alhamdulillah."Ini bukan papah yang salah denger kan?." Bagas berusaha memastikan sekali lagi.Acha menghela nafas pendek. "Aku serius mau kuliah, dipikir-pikir bete juga dirumah terus." Ucap Acha menyebutkan alasannya."Berarti kamu beneran mau kuliah ini.""Iya, papah." Acha mulai jengkel."Alhamdulillah." "Reno harus tau kabar gembira ini." "Reno udah tau tadi aku udah bilang dia, mungkin bentar lag—." Ucapan Acha berhenti."ALHAMDULILLAH YAALLAH AKHIRNYA SAHABAT SAYA MAU KULIAH UNTUK MASA DEPANNYA." Reno teriak dari pintu sambil mengangkat kedua tangannya bersyukur.Seperti dugaan Acha cowok itu pasti langsung datang kerumah nya setelah dirinya telpon.Badan kecil Acha diangkat hingga kaki nya tidak menyentuh lantai oleh Reno. "Bego turunin." Kesal Acha meronta-ronta."Gue seneng banget akhirnya lo mau dengerin omongan gue." Ucap Reno setelah m
Setelah memutuskan untuk membiarkan Shafa ikut bergabung bersama mereka, Fara dibuat tidak tenang dan nyaman berbanding terbalik dengan Acha yang begitu santai dan tidak peduli.Padahal yang harusnya seperti itu Acha bukan Fara, jelas-jelas Shafa sedang berusaha mendekati Fara untuk mengambil perhatiannya."Tante suka koleksi jam tangan ya?.""Buat gaya-gaya aja sih ngabisin uang." Jawab Fara seperti biasa dengan senyuman palsunya.Ngobrol dengan Fara Shafa selalu dibuat mati kutu untuk menlanjutkan topik obrolannya tapi Shafa tidak menyerah begitu saja, demi Reno Shafa akan terus berusaha memenangkan hati Fara."Oh iya, Cha, tumben banget lo belanja di Sephora beli make up?." Tanya Shafa tidak sengaja melihat salah satu paper bag dari Sephora milik Acha."Biasanya kan lo paling gak peduli tentang penampilan, lo kan cewek natural." Acha menatap Shafa untuk beberapa detik lalu tersenyum membuka paper bag itu menujukan isi nya tanpa ragu pada Shafa. "Iya, cewek natural juga tetap butuh
Momentum yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, setelah mendaftarkan diri sebagai maba di periode ke 2 hari ini Acha resmi menjadi maba di salah satu Universitas Jakarta.Diantarkan oleh Reno dan juga papah nya untuk pertama kali menjadi seorang maba sebenarnya cukup memalukan untuk Acha."Udah kalian balik sana."Bagas menyeka ujung matanya yang berair. "Papah terharu liat kamu bisa dititik ini, papah bangga dan mamah kamu pun disana pasti bangga, papah yakin." Ucap Bagas memeluk Acha mencium keningnya bangga."Pah.""Kamu harus sungguh-sungguh ya buktikan keseriusan kamu."Acha menghela nafas pelan. "Ren anterin papah pulang." Suruh Acha, melihat papah nya seperti itu hanya membuat Acha menjadi tidak tega."Baik ndoro.... Lo jaga diri baik-baik."Padahal dirinya hanya pergi ke kampus yang jaraknya pun hanya ditempuh sekitar satu jam an saja tapi kenapa mereka berlagak seperti Acha pergi keluar negeri.Setelah mobil Reno pergi dari sana Acha menghirup udara sebanyak mungkin lalu membua
Seminggu sudah Acha menjadi mahasiswa, walaupun sedikit berat tapi Acha tetap berusaha menjalani nya dengan tenang dan santai.Setiap hari Acha diantar jemput oleh Reno, cowok itu selalu meluangkan waktunya untuk menjemput Acha walau sesibuk apapun. Padahal Acha bisa naik grabcar atau gojek untuk sekedar pulang saja tapi Reno tidak membiarkannya selagi dirinya masih sanggup.Kegiatan Acha selama di kampus hanya datang, belajar, istirahat lalu pulang begitu terus setiap harinya. Di kampus Acha tidak mengikuti kegiatan apapun dirinya benar-benar hanya menjadi mahasiswa Kupu-Kupu seperti ucapannya.Seperti hari ini setelah kelas pertamanya selesai Acha hanya berdiam diri di dalam kelas meletakan kepalanya pada tumpuan tangan sambil melamun mendengarkan musik lewat AirPods nya."Acha, gue panggil-panggil juga." Siska tiba-tiba datang menggebrak kursi sambil berteriak membuat Acha tersadar dari lamunannya.Acha melepas AirPods nya menatap Siska dengan tatapan bertanya."Ada yang nyariin l
Kecanggungan terjadi diantara Acha dan Reno setelah mengantarkan Bagas ke bandara untuk kembali ke pekerjaannya. Acha kembali ditinggal sendiri untuk ke sekian kalinya, bukan hal besar untuk Acha cuman sekarang keadaannya kurang pas.Sejak kejadian tadi malam Acha tidak banyak mengobrol dengan Reno, dirinya bukan marah tapi justru merasa bersalah takut jika Reno masih kesal padanya."Semalem gue beliin mochi, udah dimakan?."Acha melihat pada Reno yang tiba-tiba mengajaknya bicara. "Udah." Balas nya, matanya menatap potongan buah yang dikupaskan oleh Reno."Tentang yang semalem, maaf.""Maaf." Keduanya secara kebetulan mengucapkan kata maaf dengan bersamaan membuat pandangan keduanya bertemu untuk beberapa saat."Sahabat gue emang udah berubah, sekarang dia udah mau minta maaf." "Bukan karna gue salah.""Iya, minta maaf gak harus yang salah." Reno mengelus rambut Acha.Acha menggeser duduk lebih dekat pada Reno. "Tapi gue juga salah dikit sih, karna gak ngabarin lo, gue gak tau kalo
PagiHari ini Acha libur waktu yang selalu Acha tunggu-tunggu untuk bisa tiduran sepuasnya, belum ada sebulan Acha kuliah tapi rasa nya sudah lama sekali, apa karna Acha tidak menikmati waktunya?Meski sudah jam 10 pagi Acha nyatanya belum memakan apapun selain meneguk air mineral sisa semalam. Reno hari ini bekerja tapi tumben sekali cowok itu tidak memberikannya sarapan padahal tau jika sudah tidak ada papah nya yang memasak.Belakangan ini Acha juga merasa sikap Reno agak sedikit sensitif kepadanya, kadang Acha tidak habis pikir padahal sebelumnya Reno orang paling depan yang selalu menyuruhnya untuk kuliah dan bersosialisasi dengan orang lain tapi setelah Acha berusaha melakukan hal itu respon Reno malah aneh.Acha mengusap perut nya yang berbunyi, helaan nafas dibuangnya perlahan lalu turun dari kasurnya berjalan keluar kamar menuju dapur."Makan apa gue?." Bingung Acha melihat isi kulkas yang hanya ada ayam dan daging beku.Acha berusaha mencari sesuatu yang bisa dirinya makan n
Beberapa hari hubungan Acha dan Reno lumayan renggang, hal itu sedikit membuat Acha uring-uringan karna dirinya tidak biasa tanpa Reno.Kebiasaan Reno mengantarkan makanan untuknya berhenti begitu pun dengan kebersihan kamarnya, semuanya harus Acha lakukan sendiri.Tidak enak merasakan hal itu secara terus menerus Acha memutuskan untuk mendatangi Reno kerumah sakit setelah kelas terakhirnya selasai.Acha berangkat naik gojek untuk kerumah sakit, sebelum nya Acha sempat mampir ke toko roti untuk Reno. Sampai dirumah sakit niatnya Acha akan langsung mendatangi Reno tapi keruangannya tapi tiba-tiba Acha mengurungkan niatnya itu saat melihat Reno yang lebih dahulu keluar dari salah satu ruangan rumah sakit menggandeng seorang cewek yang Acha yakini itu adalah pasiennya.Bukan masalah cewek itu pasiennya Reno tapi bagaimana cara mereka menatap, mengobrol bahkan berpegangan ketangan Reno, Acha rasa ada lebih diantara keduanya.Dengan memberanikan diri Acha coba memanggil Reno. "Ren.""Ada
"Dokter Reno.""Iya?.""Aku suka sama dokter."Reno mendadak tidak bergeming mendengar pengakuan yang begitu mendadak itu, matanya berkedip pelan menatap cewek dengan piyama rumah sakit tertunduk malu didepan nya."Lo suka gue?." Cewek itu mengangguk.Arita, dengan malu cewek itu memberikan selembar kertas pada Reno. "Dokter gak harus jawab sekarang, aku bakalan tunggu balasan dokter lewat surat itu." Ucap nya.Tidak nyaman dengan kondisi canggung Reno tertawa pelan merilekskan dirinya. "Makasih. Gue simpen ya." Reno memasukkan lipatan kertas itu ke kantong snelli yang dipakai nya lalu menepuk-nepuk pelan puncak kepala Arita.Reno menatap jam tangannya lalu berucap. "Waktu nya istirahat, gue masih ada urusan." Arita dengan memberanikan diri berusaha menatap Reno. "Aku balik dulu, ya." Reno mengangguk membiarkan cewek itu berlalu meninggalkannya disana.Helaan nafas pelan keluar dari mulut Reno, entah bagimana cewek itu bisa menyimpan perasaan kepada dirinya padahal selama ini Reno ti