"No, gue mau buka usaha.""GAK USAH NGACO!."Hidup lagi capek-capek nya perkara motor gak ketemu-ketemu malah denger Acha pengen buka usaha yang kemungkinannya itu sangat minimalis banget.Sekelas orang mager kaya Acha mau buka usaha? Mau jualan apa coba, gerak dikit aja ngos-ngos an ngeluh mulu ini malah berlaga mau buka usaha ujungnya nanti malah Reno yang repot.Acha merengut pelan. "Minggu depan udah libur semester pertama, gue pengen buka usaha biar ada aktivitas." Ucap Acha bergelayut manja di lengan Reno yang sibuk berkutat dengan laptop nya. Reno menggeleng. "Buka usaha banyak pertimbangannya bukan main asal buka aja, lagian mau buka usaha apa? ternak curut?." Ujar nya."Apa aja, jual pop ice atau seblak didepan rumah juga gue mau." "Prettt. Siapa yang mau beli." "Ih, biar kaya orang-orang, No.""Tapi lo gak kaya orang-orang, Cha." Timpal Reno tetap fokus pada layar laptopnya meskipun Acha menggelayuti tangannya dengan segala gaya.Acha mendengus kasar merebahkan kepalanya
"Pagi dokter Airin." Sapa Bara tidak sengaja berpapasan dengan Airin di parkiran rumah sakit.Airin tersenyum tipis pandangan matanya tertuju pada sosok yang ada disebelah Bara, Reno tampak acuh dengan hp nya jika dilihat dari gerakan tangannya sepertinya sedang berkirim pesan dengan seseorang."Pagi juga dokter Bara, dokter Reno." Sapa balik Airin dengan manis. Reno mendongak menatap Airin mendengar namanya ikut disebut, dengan sopan Reno mengangguk membalas sapaan Airin.Usut punya usut ternyata Airin ini umurnya sama seperti bara dan Reno, meskipun wajah nya terlihat sangat muda tapi umur nya sudah sangat matang wajar saja banyak yang langsung menyukai nya."Gak dianterin?." Tanya Bara basi-basi mereka berjalan bersamaan menyusuri koridor rumah sakit."Iya, biasa kemana-mana sendiri." Balas Airin lembut."Calon suami atau pacar nya kemana emang?." Mulai. Reno sudah sangat jengah Bara yang sengaja sekali pertanyaannya itu."Saya belum punya, masih mau fokus karir." Ucap Airin malu-
"Cara gini lo yakin berhasil?." Tanya Reno ragu kepada dua temannya."Kalo gak dicoba kan gak bakalan tau." Ujar Dristan memakai topeng pencuri bersama dengan Bara, kedua nya sudah kompak akan cosplay menjadi seorang penjahat malam hari ini demi sang teman.Reno semakin ragu dengan rencana yang akan mereka lakukan karna ini cukup berbahaya, resiko nya lumayan besar kalo ketauan warga sekitar bisa digebukin mereka."Tenang aja, aman." Ujar Bara."Kalo ketauan gimana?." Tanya Reno cemas terlalu memikirkan resiko-resiko kegagalan mereka."Gak bakalan, aman dah. Serahin sama kita berdua lo cukup dateng dan jadi pahlawan buat Acha." Timpal Dristan bersiap menyelinap masuk ke rumah Acha yang tampak sepi.Reno menatap was-was ke sekitar takut ada yang melihat mereka, agak gila sebenarnya rencana yang diusulkan Dristan tapi lebih gila lagi dirinya yang mau saja mengikuti akal bulus itu.Ya gimana? Untuk dirinya juga.Reno menunggu dengan hati yang gusar, Dristan dan Bara sudah masuk kedalam r
Dibawah teriknya matahari, cewek dengan rambut sebahu terduduk dipinggiran jalanan ditemani beberapa kantong plastik yang berisikan box-box mochi yang baru dibelinya. Lesu, itu yang dirasakannya. Bahkan saking lesu dan malasnya dirinya enggan untuk melanjutkan jalan yang menurutnya akan menghabiskan banyak tenaganya. Jika saja dirumahnya tidak kehabisan stok makanan kesukaannya yaitu mochi dan Reno tidak sedang bekerja mungkin dirinya tidak akan terpaksa keluar dan memilih untuk tetap tidur dikasur empuknya menikmati mochi-mochi kesukaannya sambil menonton drama dilaptopnya. "Dunia macam apa ini?" Dia Acha, cewek yang baru lulus dari sekolah menengah atas memilih menjadi pengangguran menikmati masa kejayaannya untuk rebahan sepuasnya.Nasibnya begitu buruk di hari minggu yang cerah, tangan yang semula menutupi kepalanya dari sinar matahari turun saat merasa sesuatu telah menghalangi cahaya terik itu."Ah, akhirnya penyelamat hidup gue telah tiba." Lega cewek itu lalu menjulurkan ked
Malam minggu orang-orang berlalu-lalang dengan semangat diluar an sana, tapi Acha justru bergelung dengan selimut tebalnya diatas kasur. Bekas bungkusan makanan berserakan dimana-mana baju bahkan sampai daleman pun tergeletak sembarangan, kondisi kamar Acha benar-benar seperti kapal pecah namun tidak diperdulikan oleh sang pemilik yang masih pulas tidur dengan nyaman.Bunyi ketukan pintu terdengar beberapa kali tapi tidak digubris, Reno yang berada dibalik pintu menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam kamar yang lebih tepatnya biasa dirinya sebut sebagai sarang."Astagfirallah, Acha." Reno mengelus dada nya berusaha sabar melihat kondisi kamar Acha, padahal belum seharian dirinya tinggal.Reno menarik selimut yang menutupi badan Acha lalu melemparnya kesamping membuat Acha mengerang pelan karna terganggu. "Bangun."Acha mengangkat tangannya ke udara lalu mengibaskannya. "Gue ngantuk, jangan ganggu." Lirihnya berusaha menarik kembali selimut tebalnya."Gue buka
"Kalian pulangnya hati-hati, kabarin aku kalo udah sampai rumah." Ucap Shafa sebelum keluar dari mobil. "Bersih-bersih terus istirahat, ya?" Shafa tersenyum mengangguk kemudian mencium sekilas pipi Reno setelah itu keluar dari mobil. Reno termenung mendapatkan ciuman mendadak dari Shafa. Aneh, kenapa Reno sama sekali tidak merasakan perasaan deg-deg an atau senang."Bekas lipstiknya nempel tuh." Ucapan Acha berhasil membuat Reno tersadar dan menoleh kearah Acha yang menatapnya datar.Reno segera melihat kearah kaca tapi ternyata Acha hanya membohonginya. Tanpa berbicara lagi Reno langsung menjalankan mobilnya untuk segera pulang karna sekarang sudah cukup larut dan Acha pun sudah terlihat sangat lelah.Jalanan kota yang cukup sepi membuat Reno dengan cepat mengemudikan mobilnya untuk sampai dirumah, lebih tepatnya rumah Acha.Setelah memarkirkan mobilnya Reno segera turun, sedangkan Acha? Cewek itu sudah kebiasaan ketiduran dimobil membuat Reno mau tidak mau harus menggendongnya.Ka
Berdiam diri dikamar seharian dengan makanan dan juga laptop tidak pernah membuat Acha bosan tapi hari ini berbeda, cewek malas itu terlihat tidak bergairah untuk makan dan nonton badannya seperti jelly yang dimasak kebanyakan air, lembek tidak bertenaga.Acha sama sekali tidak turun dari tempat tidur nya, badannya tertutup selimut tebal hingga leher, bibir pucat nya merintih lirih dengan badannya yang menggigil pelan.Hari ini Reno juga tidak kerumah nya padahal ini jadwalnya dia libur biasa nya sudah ke kamar Acha dan mengomel karna Acha yang masih tidur atau bermalas-malasan diatas kasurnya.Manik matanya berair kepalanya pusing, dengan sisa-sisa tenaga tangannya meraba sekitar mencari handphone nya.Orang pertama yang Acha cari adalah Reno. Bibir pucat nya berucap lirih mengirimkan pesan suara kepada Reno.Acha butuh Reno."Reno, gue mau mati." Kira-kira ini yang diucapkan Acha.Tidak perlu menunggu lama pesannya langsung dibaca oleh Reno namun tidak kunjung dibalas.Reno sepertin
Dua hari Acha sakit, sekarang Acha sudah kembali beraktivitas seperti biasa yaitu tiduran makan dan nonton drama seperti biasa dikamarnya."Wajar aja lo sakit, lo gak pernah mau gerak."Acha hanya melirik tanpa peduli omongan Reno."Mangkanya kamu ajakin olahraga, Ren." Timpal Bagas, Papah Acha yang sedang melihat-lihat kondisi kamar putri nya.Bagas pulang kemarin malam karna mendengar kabar putri nya sakit, Reno pikir dengan kepulangan papahnya Acha akan berubah ternyata tidak berpengaruh sama sekali.Hubungan antara Acha dan Bagas tidak terlalu dekat, Mamah Acha meninggal saat Acha masih SMP sedangkan Bagas lebih fokus bekerja membiarkan Acha sendirian dirumah. Selain Reno Bagas tidak bisa mempercayakan Acha kepada siapapun. "Acha kalo gak dipaksa mana mau, liat aja badannya itu." Ucap Bagas."Susah om, dia gak pernah mau olahraga walaupun saya paksa." Bagas geleng-geleng putri nya memang susah diatur, dirinya sudah sangat pasrah pada Acha. Bersyukur nya Bagas memiliki harta yan