Share

4. Shafa cemburu

Berdiam diri dikamar seharian dengan makanan dan juga laptop tidak pernah membuat Acha bosan tapi hari ini berbeda, cewek malas itu terlihat tidak bergairah untuk makan dan nonton badannya seperti jelly yang dimasak kebanyakan air, lembek tidak bertenaga.

Acha sama sekali tidak turun dari tempat tidur nya, badannya tertutup selimut tebal hingga leher, bibir pucat nya merintih lirih dengan badannya yang menggigil pelan.

Hari ini Reno juga tidak kerumah nya padahal ini jadwalnya dia libur biasa nya sudah ke kamar Acha dan mengomel karna Acha yang masih tidur atau bermalas-malasan diatas kasurnya.

Manik matanya berair kepalanya pusing, dengan sisa-sisa tenaga tangannya meraba sekitar mencari handphone nya.

Orang pertama yang Acha cari adalah Reno. Bibir pucat nya berucap lirih mengirimkan pesan suara kepada Reno.

Acha butuh Reno.

"Reno, gue mau mati." Kira-kira ini yang diucapkan Acha.

Tidak perlu menunggu lama pesannya langsung dibaca oleh Reno namun tidak kunjung dibalas.

Reno sepertinya sedang sibuk bersama Shafa, Acha hanya bisa menghela nafasnya panjang lalu matanya perlahan terpejam.

Hampir setengah jam dari Acha mengirimkan pesan pada Reno, suara pintu kamar terbuka membuat Acha sayup-sayup membuka matanya kembali.

Reno datang bersama Shafa, wajah Reno terlihat sangat khawatir.

"Lo sakit?"

Acha tidak menjawab manik layu nya yang berair menjelaskannya kepada Reno, tanpa babibu lagi Reno langsung menggendong badan Acha, berjalan terlebih dahulu keluar membiarkan Shafa mengikutinya dari belakang.

"Biar aku aja yang bawa." Ucap Shafa mengambil alih kunci mobil nya. "Kamu fokus sama Acha aja." Sakit sekali Shafa mengucapkan ini tapi dirinya juga kasian melihat keadaan Acha.

Reno mengelus pelipis Acha yang berkeringat, Acha sangat jarang sekali sakit tapi jika sudah sekali nya begini Reno sangat khawatir.

Melihat kekhawatiran Reno kepada Acha lagi-lagi membuat Shafa iri dan cemburu. Kapan Reno akan seperti itu kepada nya, cincin dijari manisnya yang diberikan Reno kemarin seperti tidak ada makna dan spesialnya.

"No, kayanya gue sekarat." Lirihan Acha membuat Reno mendengus kesal.

"Jangan aneh-aneh, bentar lagi sampe rumah sakit."

Acha mengeleng tidak berdaya. "Gue gak mau kerumah sakit."

"Kalo gak kerumah sakit lo bisa sekarat beneran."

Acha bungkam, wajah pucat pasi nya menujukan seolah-oleh dirinya memang sedang sekarat.

"No." Panggil Acha melirik Reno lewat ekor matanya.

"Di surga ada mochi gak ya?"

ALLAHUAKBAR!!!

*****

Setelah diperiksa dokter kini Acha tidur, Shafa dan Reno saling diam menatap Acha. Canggung, Reno kehabisan kata nya untuk berbicara dengan Shafa dipikirkannya saat ini hanya Acha.

Shafa mendekat pada Reno menyentuh lembut lengan cowok itu sambil tersenyum tipis. "Aku pulang aja ya."

"Mau gue anterin?"

Sebuah tawaran bukan ajakan.

"Gak usah aku pesan grabcar aja. Kamu jagain Acha aja disini kasian dia."

"Oke, hati-hati. Kabarin kalo udah dirumah nanti." Ucap Reno membuat Shafa hanya bisa tersenyum miris.

Berharap apa dirinya?

Shafa segera pergi dari sana, berlama-lama disana hanya membuatnya sakit hati lebih baik Shafa pulang dan menenangkan hati nya.

"Shafa." Seseorang memanggil Shafa saat berjalan di koridor rumah sakit. Shafa menoleh melihat Bara teman kerja Reno yang berjalan menghampirinya.

"Lama gak ketemu."

Shafa membalas uluran tangan Bara dengan senyumannya, selain Reno dulu Shafa juga pernah menyukai Bara waktu masih jadi seniornya di kampus.

"Agak sibuk sama kerjaan jadi jarang kesini." Balas Shafa, biasanya memang dirinya selalu berkunjung kerumah sakit untuk mengantarkan bekal makan siang Reno.

Bara mengangguk mengerti, dilihatnya kesekeliling lalu kembali bertanya. "Gak sama Reno, dia hari ini gak masuk."

Shafa tersenyum kecil. "Acha sakit, Reno lagi nemenin dia."

"Lo gak ikut nemenin?"

"Gak sanggup gue, Bar."

Bara mengangguk mengerti, sudah menjadi rahasia umum hubungan antara Acha dan Reno.

"Sorry ya, gue duluan gojek gue kayanya udah sampe."

"Oh iya, hati-hati."

Bara merasa kasihan kepada Shafa. Mau-mau nya cewek itu bertahan pada Reno yang dihati nya hanya ada sahabat nya.

Semua orang juga jika melihat bagaimana Acha dan Reno pasti sudah bisa menyimpulan sendiri ada apa diantara keduanya. hanya Acha dan Reno saja yang terus berlari dari kenyataan dan tetap bersembunyi di balik kata sahabat.

Kadang Bara merasa sangat geram bagi Bara hubungan Reno dan Acha sudah bukan lagi friendship tapi FRIENDSHIT!

Sekarang Bara ingin lihat akan bertahan sampai mana hubungan sahabat itu.

*****

"Gue denger dari Shafa, Acha sakit?" Ucap Bara basa-basi pada Reno yang baru datang keruangannya setelah memeriksa pasien nya.

"Iya, demam."

"Repot banget ya pasti ngurusin orang kaya Acha." Ujar Bara memainkan rubik ditangannya melirik Reno ingin melihat respon cowok itu.

"Gue gak pernah ngerasa direpotin."

Bara berdiri dari duduknya mendekat pada Reno lalu menyandarkan badannya pada ujung meja. "Shafa keliatan sedih banget kemaren, pasti karna liat lo yang segitu khawatirnya sama Acha."

Reno tidak menggubris omongan Bara.

"Gue jadi penasaran deh, kok lo bisa pacaran lama sama Shafa setau gue hubungan lo gak pernah bisa awet karna Acha."

"Apa jangan-jangan." Reno melirik Bara dengan ekor matanya. "Sering ngasih lo jatah ya?."

Didiemin malah ngelunjak, Reno melempar Bara dengan rubik yang sempat dimainkannya.

"Sembarangan lo, sekali pun gue gak pernah macem-macem sama dia." Reno berkata apa adanya karna memang selama ini dirinya tidak pernah berbuat macam-macam kepada Shafa, Reno sangat menghargai Shafa sebagai seorang perempuan.

"Terus lo pacaran ngapain aja, yakali cewek se cakep Shafa lo anggurin gitu aja. Seenggaknya ciuman gitu?."

"Kepo banget lo sama hubungan gue, naksir lo sama dia?." Tanya Reno dengan entengnya.

Bara terdiam kemudian berucap. "Gue naksirnya Acha." Ucapan Bara berhasil membuat Reno terdiam.

Berhasil.

Bara coba memancing Reno lagi.

"Lo gak bakalan kuat ngurusin dia." Ujar Reno duduk disofa memainkan handphone nya.

Bara ikut duduk di sebelah Reno melihat apa yang cowok itu lakukan. "Gue bisa coba dulu." Reno menatap Bara lalu menoyor jidat Bara agar menjauh dari nya.

"Gak usah macem-macem gak bakalan gue izinin."

"Kenapa?"

Reno tidak menjawab.

"Emang lo siapa ngelarang gue buat deketin Acha?"

Gerakan tangan Reno yang sedang mengetik pesan berhenti, ditatapnya dengan datar wajah Bara lalu berucap. "Gue sahabatnya."

"Tapi Acha sebagai sahabat lo gak ngelarang lo pacaran sama shafa."

Reno menggeram, Bara sengaja memancingnya harusnya tadi tidak usah dirinya ladeni pertanyaan nya.

Bara terkekeh geli Reno sepertinya sudah sadar dengan jebakannya, ditepuk nya pundak Reno kemudian berdiri dan melenggar pergi dari ruangan itu.

"Sial." Umpat Reno merasa kesal sendiri padahal apa yang diucapkan Bara memang benar kenyataannya tapi kenapa dirinya tidak terima?

To be continude

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status