Dua hari Acha sakit, sekarang Acha sudah kembali beraktivitas seperti biasa yaitu tiduran makan dan nonton drama seperti biasa dikamarnya.
"Wajar aja lo sakit, lo gak pernah mau gerak."Acha hanya melirik tanpa peduli omongan Reno."Mangkanya kamu ajakin olahraga, Ren." Timpal Bagas, Papah Acha yang sedang melihat-lihat kondisi kamar putri nya.Bagas pulang kemarin malam karna mendengar kabar putri nya sakit, Reno pikir dengan kepulangan papahnya Acha akan berubah ternyata tidak berpengaruh sama sekali.Hubungan antara Acha dan Bagas tidak terlalu dekat, Mamah Acha meninggal saat Acha masih SMP sedangkan Bagas lebih fokus bekerja membiarkan Acha sendirian dirumah.Selain Reno Bagas tidak bisa mempercayakan Acha kepada siapapun. "Acha kalo gak dipaksa mana mau, liat aja badannya itu." Ucap Bagas."Susah om, dia gak pernah mau olahraga walaupun saya paksa."Bagas geleng-geleng putri nya memang susah diatur, dirinya sudah sangat pasrah pada Acha. Bersyukur nya Bagas memiliki harta yang cukup jadi masa depan Acha masih bisa dilihat.Walaupun namanya dipergunjingkan Acha tetap tidak peduli, orang-orang terlalu ribet memikirkan hidupnya padahal dirinya sendiri saja santai.Bagas menarik tangan Reno mengajaknya keluar kamar Acha. "Reno, kamu mau tolong in om?""Tolong apa ya om?."Bagas berbisik pada Reno membuat Reno melotot mendengar bisikan Bagas. "Serius om?" Reno ragu sekali pada ide Bagas."Om, saya rasa gak perlu kaya gitu, Acha masih muda." Reno kurang setuju.Bagas ingin menjodohkan Acha dengan rekan kerjanya yang masih muda agar hidup Acha lebih terurus dan Reno diminta untuk membujuk Acha agar mau menerima perjodohan itu."Om udah capek, Ren. Om udah tua, Acha makin kesini malah makin-makin malasnya."Bahkan orang tua nya saja sudah se pasrah itu?"Acha gak mungkin mau om.""Kamu bilang saja calon suaminya mirip seperti siapa itu yang suka dia tonton, mmmm.... heyo seop itu om lupa namanya."Reno memijat pangkat hidungnya pusing. "Om tenang aja, Acha gak perlu dijodohin kaya gitu saya yakin pasti ada cowok yang mau nerima dan ngurus Acha dengan tulus."Bagas melihat Reno dengan tatapan yang tidak bisa ditebak, Bagas seperti sedang menyusun sesuatu dipikirkannya."Selama ini apa kamu tulus?" Reno spontan mengangguk."Kenapa tidak kamu saja kalo begitu yang menikahi Acha."Reno berkedip. "Bukan saya juga, om. Maksud saya orang lain." Jelas Reno agar Bagas tidak salah paham."Kenapa memangnya, kalo sama kamu Om udah pasti restuin dan bawa kalian ke KUA langsung.""Saya gak mau."Bagas menghela nafasnya sedih. "Entah gimana nasib Acha nanti Reno. Dia gak mau kuliah, gak mau ngurus dirinya sendiri, mau jadi apa dia nanti.""Kasihan sekali putri ku."Reno meringis. "Om gak perlu khawatir selagi saya belum menikah saya masih mau ngurusin Acha." Ucap Reno menepuk-nepuk pundak Bagas.Dibalik raut sedih Bagas tanpa Reno ketahui Bagas diam-diam tersenyum puas dalam hati nya.*****Nafas Acha memburu, keringat membasahi sekujur badannya detak jantungnya tidak karuan rasanya Acha ingin pingsan saja. Sore ini dirinya dipaksa untuk lari mengelilingi komplek perumahannya, jika Acha tidak menurut maka Reno tidak akan mau mengurusnya lagi.Acha takut?Tentu saja, jika Reno tidak mengurusnya maka hidupnya akan berantakan dan tidak ada yang memberi makan padanya bisa-bisa dirinya mati."Cepetan." Perintah Reno yang berada beberapa meter didepan nya.Acha mengangkat tangannya menyerah dirinya tidak sanggup lagi, badannya sempoyongan menyingkir dari jalanan.Reno menghela nafas pelan menghampiri Acha yang duduk lesuh dipinggiran jalan menyelonjorkan kaki nya."Bangun, tanggung bentar lagi sampe."Acha menepis tangan Reno, cowok itu benar-benar tidak merasa kasihan pada nya."Kaki gue berasa mau copot dari sendi-sendi nya.""Itu karna lo gak pernah olahraga, coba kalo lo sering olahraga pasti gak bakalan gitu."Lima menit Reno biarkan Acha beristirahat. Reno harus belajar tega kepada Acha jika Reno terus memanjakannya maka Acha tidak akan pernah berubah dari kebiasaannya."Cukup istirahatnya, ayo lanjut." Reno berlari meninggalkan Acha yang masih duduk.Acha membuang nafasnya kesal, Mau tidak mau Acha bangun dan berlari menyusul Reno. "Tungguin."Reno memelankan langkah kaki nya membiarkan Acha mengimbangi lari nya. "Bentar lagi sampe, semangat." Reno tersenyum mengambil tangan Acha dan menggenggamnya.Keduanya berlari sampai kedepan rumah Acha, Reno membiarkan Acha yang langsung tiduran di sofa dengan keringat yang bercucuran.Reno mengambil segelas air putih didapur memberikannya pada Acha. "Minum." Lalu berjongkok, tangannya bergerak melepaskan sepatu yang digunakan Acha."Lusa gue ke Bandung." Reno memulai pembicaraan."Gue ikut.""Gue kerja bukan liburan."Acha mengangkat bahu nya tidak peduli. "Gue bisa nunggu di hotel."Reno mengambil gelas kosong ditangan Acha menaruhnya di meja. "Sekarang ada papah lo, gak ada alasan buat gue gak tega ninggalin lo dirumah." Ujar Reno duduk di sebelah Acha menyandarkan punggungnya.Acha mengangkat kedua kaki nya menaruhnya keatas paha Reno lalu dirinya tiduran menyamping disofa. "Pijitin, baru gue izinin lo pergi tanpa gue." Songong tapi Reno tetap melakukannya."Atasnya dikit." Reno menurut sesuai perintah Acha."Pelan-pelan, sakit.""Kepelanan Reno.""Bawel."Bagas datang menghampiri dari dapur masih dengan celemek yang digunakannya. "Ayo makan dulu, makanannya udah mateng." Ajak Bagas."Bawain kesini aja."Reno mencubit kaki Acha hingga si empunya meringis kesakitan."Sakit tau." Ringis Acha mengelus bekas cubitan Reno."Papah lo udah masak, lo seeenaknya nyuruh-nyuruh.""Apa sih, orang papah juga gapapa." Ucap Acha membela diri.Bagas benar-benar membawakan makanannya kesana untuk Acha, Reno geleng-geleng Acha terlalu dimanjakan oleh papah nya.Padahal dirinya sendiri juga sama saja, tidak sadar diri memang."Om jangan manjain Acha terus, dia kebiasaan jadinya." Ucap Reno, Bagas hanya tersenyum."Kasian dia habis lari pasti capek.""Denger tuh." Acha menimpali.Reno menghela nafas penjang sudahlah tidak ada guna nya dirinya berbicara Acha yang cuek tidak peduli dan Bagas yang pasrah saja pada putrinya.******"Kamu mau makan apa?." Bagas bertanya pada Acha yang berbaring dengan laptop diatas perutnya.Acha melihat sekilas Bagas. "Terserah.""Soto mau?""Mau." Bagas keluar dari kamar Acha pergi ke dapur untuk segera memasak.Sudah dua hari Reno dibandung dan hari ini cowok itu belum menelpon Acha, mungkin sibuk Acha tetap berpikir positif.Acha mengembuskan nafas bosan untuk kesekian kalinya. Drama yang dilihatnya pun sudah sangat membosankan, disingkirkannya laptop diatas perutnya kemudian beringsut duduk.Matanya melihat kanan dan kiri. "Gak ada Reno bosen juga." Gumam Acha padahal jika ada Reno pun dirinya tidak berbuat apa-apa selain makan dan nonton.Acha turun dari kasurnya berjalan keluar kamar dengan modal handphone saja. Melewati papahnya yang sedang sibuk memotong sayuran didapur."Mau kemana?.""Keluar."Mendengar jawaban Acha Bagas langsung menaruh pisau nya menghampiri Acha. "Jangan aneh-aneh diem dikamar nonton oppa Korea mu saja."Acha memutar bola matanya. "Aku bosen, Pah."Bagas memutar otaknya agar Acha tidak pergi keluar, bukan apa-apa terakhir Acha nekat pergi keluar sendiri dia hampir tertabrak gojek online yang sedang membawa penumpang."Bantuin papah masak kalo begitu.""Gak mau." Tolak Acha.Bagas berdecak. "Kamu harus bisa masak supaya Reno mau nikahin kamu." Ujar Bagas menarik Acha ke dapur."Buktiin ke Reno kalo kamu gak males." Bagas memberikan sayuran mentah yang harus dipotong pada Acha."Siapa yang mau nikah sama Reno sih, Pah.""Kamu masa papah.""Reno udah punya pacar."Bagas terdiam, gawat jika Reno memiliki pacar rencananya bisa berantakan kalo begitu, otak nya berpikir keras memikirkan strategi apa yang harus dilakukannya.Acha mendengus entah apa yang sedang papahnya pikirkan, mending dirinya kembali ke kamarnya saja meninggalkan papahnya yang masih berpikir keras didapur.To be continudeMalam."Mochi buat lo." "Tengsuuuu." Manik mata yang bersinar seperti kucing menyambut suka cita box mochi varian rasa dari Reno yang baru saja pulang dari Bandung.Cowok itu langsung kerumah Acha setelah tiba di Jakarta. Beberapa hari meninggalkan sahabatnya membuat perasaan Reno bercampur aduk, dirinya selalu ingin segera melihat Acha.Kangen?Reno tidak pernah menemukan titik terang perasaannya yang dirinya tau hanya dia ingin segera melihat Acha itu saja."Kerjaan lo gini terus?" Tanya Reno pada Acha yang tidur bersandar memakan mochi yang dibawakannya sambil menonton drakor dilaptopnya."Ngerjain apa lagi emang?." Acha balik tanya tanpa mengalihkan perhatiannya.Reno geleng-geleng salah memang dirinya bertanya seperti itu. Melihat Acha yang begitu fokus menonton Reno jadi kepo dengan apa yang sahabat nya itu tonton. Reno ikut berbaring disebelah Acha matanya ikut menonton tapi baru beberapa menit dirinya nebeng tiba-tiba Acha berbisik di kupingnya. "Ini drakor 18 plessss." Ren
"Aku deg-deg an.""Santai aja."Shafa berusaha menenangkan diri, malam ini Reno mengajaknya kerumah untuk makan malam sekalian syukuran ulang tahun Fara.Acaranya tidak terlalu banyak orang karna hanya teman dan tetangga dekat saja yang datang diundang.Fara yang melihat putra nya datang dengan Shafa berusaha untuk tetap tersenyum menyambut kedatangan mereka.Shafa mencium tangan Fara menyapanya dengan sopan. "Hallo tante, apa kabar?." "Alhamdulillah baik. Tante kira kamu udah ngga sama Reno." Ucap Fara dengan tawa renyah nya membuat Shafa tersenyum paksa."Oh iya, ini tante aku ada beli sesuatu buat tante semoga suka.""Repot-repot makasih ya." Fara tetap menghargai pemberian Shafa."Sama-sama tante."Canggung. Shafa mengeratkan rangkulan nya pada tangan Reno. Reno dengan peka langsung mengajak Shafa untuk menghindar dari mamahnya. "Mah, aku kesana ya sama Shafa." "Iya sana, kasih coba kue buatan mamah. Ini mamah lagi nunggu Acha kok gak dateng-dateng ya sama papahnya." Ucap Fara.
"Lo putus sama Shafa?" Reno mengangguk semuanya dia ceritakan pada Acha setelah pulang bekerja beberapa saat yang lalu."Keren, ini rekor terlama lo pacaran." Acha bertepuk tangan salut pada Reno, mulutnya mengunyah buah mangga yang telah dipotong oleh Reno.Acha duduk bersila berhadapan dengan Reno, dagunya ia tompangkan ditangan menatap wajah Reno dengan lekat lalu geleng-geleng."Tapi wajar juga Shafa putusin lo, muka lo dibawah rata-rata soalnya.""Enak banget tuh mulut kalo ngomong."Reno menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya. "Dulu gue bintang kampus, jangan salah." Bangganya.Acha berdecih. "Bintang laut lo." Ledeknya."Serius.""Gak percaya, mana buktinya."Memang harus dikasih paham. Reno memberikan handphone nya pada Acha membiarkan cewek itu melihat isi nya sendiri.Acha cukup terkejut melihat arsipan nomor-nomor tidak dikenal yang berusaha mengajak kenalan Reno, hanya ada dua pesan yang tidak di arsip kontak miliknya dan juga Shafa."Cukup bisa dipercaya." Ac
Pagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan."Acha, mancing yuk." Teriak Reno."Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu."Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?.""Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu. Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur. "Lo suka baca komik sekarang?"Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga."Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."Reno geleng-geleng, panasaran dengan
Fara menatap wajah lesuh Reno dengan aneh. Tumben sekali wajah putra nya lesuh tidak bersemangat begitu, apa sedang berkonflik dengan Acha?"Ada apa, Ren, kok tumben lesuh begitu?" Tanya Fara mengikuti Reno ke kamar."Gapapa, lagi capek aja.""Sama Acha?.""Kerjaan.""Mau mamah buatin teh anget?.""Gak usah.""Mau makan aja? Mamah ambilin ya."Reno mengeleng menolak. "Nanti aku ambil sendiri kalo mau." Reno bukan Acha yang apa-apa harus diambilkan."Mamah siapin air anget aja ya buat kamu mandi.""Mah aku capek, mau istirahat." Ucap Reno menegaskan nada bicaranya berharap mamah nya bisa mengerti.Fara mengangguk mengerti. "Yaudah kamu istirahat, mamah tutup pintu nya ya." "Makasih."Reno langsung merebahan diri di kasur mengistirahatkan punggungnya yang sudah sangat pegal setelah seharian bekerja.Beberapa hari ini Reno cukup sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang, hari ini Reno bisa pulang lebih awal lebih baik dirinya gunakan untuk beristirahat.Baru lima menit Reno memejamkan
Reno melamun menatap hamparan air pantai di hadapannya yang terhampar luas begitu indah di sore hari.Pantai menjadi salah satu tempat favorit bagi Reno saat banyak beban pikiran yang menghajarnya habis-habisan seperti sekarang ini.Hidup lagi berat-beratnya masalah keluarga malah datang di waktu yang tidak tepat.Perdebatan orang tua nya selalu menghantui otak Reno, keluarga Reno sangat berkecukupan bahkan bisa dibilang lebih dari cukup tapi dibalik kelebihan itu ada kekurangan yang dimana hubungan antara mamah dan papah nya tidak pernah akur dan harmonis seperti pasangan suami istri lainnya.Meskipun sudah menikah puluhan tahun tapi orang tua nya masih saja hobi bertengkar.Seperti siang tadi contohnya Papah Reno yang baru saja pulang dari Surabaya kumat dengan penyakitan nya, membawa wanita simpanan dengan tidak tau malu kerumah mereka untuk kesekian kalinya.Fara tentu saja marah dan mengamuk melihat kelakuan suami nya yang tidak pernah berubah walau dirinya selalu mengancam akan
"Makasih ya sayang udah mau nemenin tante ke pengadilan." Fara menggenggam tangan Acha diatas pangkuannya, mereka sedang duduk diruang keluarga sambil menonton drama di tv setelah beberapa saat yang lalu pulang dari pengadilan agama."Sama-sama." Acha balas tersenyum manis. Fara adalah wanita kuat seperti almarhum mamah nya, dititik terendahnya seperti ini saja Fara tidak mengeluarkan air mata sama sekali."Besok temenin tante belanja, bisa kan?""Kalo pusing kaya gini bawaannya pengen shopping ngabisin uang." "Bisa tante, nanti kabarin aja jam berapa nya."Fara mencubit gemas pipi Acha. "Kamu emang paling bisa ngertiin tante. Jadi gak sabar buat jadian mantu." Ucapnya.Acha tidak memikirkan ucapan Fara, mata nya melihat jam sebentar lalu berpamitan pada Fara untuk pulang."Kamu gak nunggu Reno pulang dulu?.""Aku ngantuk tante.""Tiduran di kamar Reno aja loh."Sebenarnya tawaran Fara boleh juga tapi Acha tetap memilih untuk pulang. "Aku pulang aja tante." Acha mencium punggung tang
Bagas menangis haru setelah mendengar ucapan putri nya yang selalu dirinya tunggu-tunggu, dipeluknya erat badan Acha sambil mengucapkan alhamdulillah."Ini bukan papah yang salah denger kan?." Bagas berusaha memastikan sekali lagi.Acha menghela nafas pendek. "Aku serius mau kuliah, dipikir-pikir bete juga dirumah terus." Ucap Acha menyebutkan alasannya."Berarti kamu beneran mau kuliah ini.""Iya, papah." Acha mulai jengkel."Alhamdulillah." "Reno harus tau kabar gembira ini." "Reno udah tau tadi aku udah bilang dia, mungkin bentar lag—." Ucapan Acha berhenti."ALHAMDULILLAH YAALLAH AKHIRNYA SAHABAT SAYA MAU KULIAH UNTUK MASA DEPANNYA." Reno teriak dari pintu sambil mengangkat kedua tangannya bersyukur.Seperti dugaan Acha cowok itu pasti langsung datang kerumah nya setelah dirinya telpon.Badan kecil Acha diangkat hingga kaki nya tidak menyentuh lantai oleh Reno. "Bego turunin." Kesal Acha meronta-ronta."Gue seneng banget akhirnya lo mau dengerin omongan gue." Ucap Reno setelah m