"Kalian pulangnya hati-hati, kabarin aku kalo udah sampai rumah." Ucap Shafa sebelum keluar dari mobil.
"Bersih-bersih terus istirahat, ya?" Shafa tersenyum mengangguk kemudian mencium sekilas pipi Reno setelah itu keluar dari mobil.Reno termenung mendapatkan ciuman mendadak dari Shafa. Aneh, kenapa Reno sama sekali tidak merasakan perasaan deg-deg an atau senang."Bekas lipstiknya nempel tuh." Ucapan Acha berhasil membuat Reno tersadar dan menoleh kearah Acha yang menatapnya datar.Reno segera melihat kearah kaca tapi ternyata Acha hanya membohonginya. Tanpa berbicara lagi Reno langsung menjalankan mobilnya untuk segera pulang karna sekarang sudah cukup larut dan Acha pun sudah terlihat sangat lelah.Jalanan kota yang cukup sepi membuat Reno dengan cepat mengemudikan mobilnya untuk sampai dirumah, lebih tepatnya rumah Acha.Setelah memarkirkan mobilnya Reno segera turun, sedangkan Acha? Cewek itu sudah kebiasaan ketiduran dimobil membuat Reno mau tidak mau harus menggendongnya.Kadang Reno sangat aneh pada Acha, walaupun hobi nya makan tapi badannya tidak pernah mau gemuk. Sudah tidak terhitung dirinya menggendong Acha tapi rasanya tidak pernah berubah proporsi badannya, hanya di area tertentu saja mungkin yang berubah.Reno mendorong pintu menggunakan kaki nya untuk masuk kedalam kamar Acha. Dibaringkannya dengan perlahan badan kecil itu lalu diselimutinya.Reno menatap sejenak wajah damai itu lalu tersenyum tanpa dirinya sadari. "Lo emang lucu kalo tidur gini." Gumam nya mengelus halus pelipis Acha.Dikecupnya dengan singkat kening Acha lalu keluar dari kamar itu, hari ini cukup melelahkan bagi Reno dimana dirinya harus membagi waktu antara pekerjaan, Acha dan juga Shafa.Reno keluar dari rumah Acha lalu berjalan menyeberangi jalanan untuk kerumah nya, mobilnya dibiarkan terparkir didepan rumah Acha karna rumah Reno memang hanya berseberangan saja.Dirumahnya Reno langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih lalu pergi ketempat tidurnya mengistirahatkan badannya. Reno tidak langsung tidur, dirinya termenung memikirkan sesuatu yang selalu mengganjal di otaknya."Shafa emang cantik, baik dan juga pengertian. Tapi kenapa gue gak pernah ngerasain perasaan apapun kalo sama dia?"Reno berbaring dengan kedua tangan yang dilipat kebelakang lehernya. Pandangannya menoleh kearah nakas dimana terdapat satu bingkai poto dirinya dan juga Acha dua tahun yang lalu.Dua tahun yang lalu dimana dirinya yang baru mulai magang di salah satu rumah sakit dan Acha yang baru kelas 2 SMA. Reno tersenyum mengingat kala masa itu, masa-masa dimana Acha yang selalu merengek kepadanya untuk ikut dirinya magang."Sekarang lo mana mau gue ajak kerumah sakit." Gumam Reno terkekeh pelan mengingat Acha yang paling anti rumah sakit sekarang.Tanpa Reno sadari yang dipikirkannya sekarang bukan lah pacarnya melainkan Acha sahabat malas nya.*****Seperti biasa jika pagi-pagi Reno tidak pernah absen untuk berkunjung kerumah Acha sebelum pergi ke rumah sakit. Reno yang sudah terbiasa bangun pagi, selalu datang membawa sarapan untuk Acha yang pasti nya masih pulas tidur.Hari ini Reno membawakan sarapan nasi goreng buatannya, dibawanya sepiring nasi goreng itu ke kamar Acha karna Reno tau jika cewek itu tidak akan sudi keluar kamar selain ada bencana alam dan kehabisan mochi-mochi nya.Terkadang Reno sampai tidak habis pikir dengan Acha saking malasnya dia bahkan pernah minta untuk dibawakan kursi roda rumah sakit, saat Reno tanya untuk apa jawaban nya. "Biar gak cape jalan." Benar-benar diluar akal sehat Reno.Untung saja sampai saat ini Reno masih memiliki kewarasan untuk mengurus dan meladeni Acha.Entah akan sampai kapan Acha seperti ini, tidak memikirkan masa depan bahkan kepikiran pun tidak sepertinya.Reno menghela nafasnya berat, tidak terasa sebentar lagi jam tujuh lebih baik Reno segera pergi karna dirinya juga harus mengantarkan Shafa bekerja terlebih dahulu.Beberapa jam berlalu setelah kepergian Reno dari kamar itu, Acha mulai melenguh dari tidurnya perutnya berbunyi minta diisi membuat tidurnya pun tidak tenang.Manik layu itu mengerjab tanpa gairah menatap lelangitan kamarnya, perlahan tapi pasti badannya bangun dan bersandar pada kepala ranjang.Melihat sepiring nasi goreng dikamarnya Acha sudah tau siapa pelukannya, dengan rasa malas dan ngantuk Acha memakan nasi goreng yang sudah dingin itu dengan mata yang setengah tertutup.Setelah menghabiskan nasi goreng dan minum badan Acha kembali merosot ke kasur, sayup-sayup matanya kembali tertutup jika saja suara deringan telpon tidak mengganggunya."Ya Tuhan."Acha mendumel karna terganggu.Diambilnya handphone yang berdering itu lalu menjawabnya sembarangan."Cari siapa?.""Lo."Acha menaikan satu alisnya kala mendengar suara yang tidak asing di pendengarannya. Melihat jam dinding yang baru menunjukkan pukul sepuluh siang Acha semakin bingung, tumben sekali Reno menelpon nya di jam operasional nya."Lo gak kerja?""Ada perlu, siap-siap bentar lagi gue jemput."Tidak memberikan Acha kesempatan berbicara Reno langsung memutuskan telponnya secara sepihak membuat Acha mendecak sebal.Bukannya bersiap-siap Acha malah memejamkan matanya kembali. Masa bodo jika Reno datang dan mengoceh, siapa suruh tidak berbicara dengan jelas.Baru beberapa menit memejamkan matanya Acha merasa badannya seperti melayang di udara."Reno." Lirih Acha saat melihat wajah tegas Reno yang sedang menggendongnya keluar dari kamar."Lo emang susah dikasih tau."*****"Ngapain kita disini?" Tanya Acha."Shafa hari ini ulang tahun, tadi dia marah ke gue karna gue gak inget sama ulang tahun dia." Ujar Reno melihat-lihat perhiasan yang terpajang rapih di hadapannya."Hubungannya sama gue?""Gue gak tau ukuran jari Shafa berapa, jadi pake jari lo aja.""Tau gitu mending gue tidur.""Udah gak usah banyak omong, nurut aja nanti gue beliin mochi sesuka lo." Mendengar tawaran itu Acha langsung tergiur."Pake jari gue sepuas lo." Ucap Acha dengan suka rela memberikan tangannya kedepan Reno."Ada yang bisa saya bantu? Mau cincin, kalung atau gelang?" Tanya salah satu pegawai disana menghampiri mereka."Cincin.""Cincin nya mau di size berapa?"Reno menarik badan Acha agar mendekat kepadanya. "Size jari lo berapa?" Bisik Reno."Gak tau gue kan gak pernah pakai cincin." Balas AchaPegawai itu tersenyum melihat tingkah Reno dan Acha. "Size untuk jari pacarnya?" Tanya pegawai itu.Pacar?"Saya bukan pacarnya." Tukas Acha seraya menyikut pinggang Reno agar ikut mengklarifikasi supaya pegawai itu tidak salah paham."Kami cuman temen.""Begitu, saya pikir pacar nya soalnya kalian keliatan serasi.""Bukan."Pegawai itu tersenyum tidak enak, kemudian menujukan beberapa cincin kepada Acha. "Silahkan dilihat, mau coba yang mana?""Yang ini aja." Acha asal tunjuk saja, dirinya ingin segera pulang dan mendapatkan mochi nya."Cocok sekali dijari manis mbak nya, mau ambil yang ini saja?" Reno melihat cincin yang melingkar dijari manis Acha lalu mengangguk setuju memang sangat indah.Setelah merasa cocok dengan cincin pilihan Acha, Reno langsung membayarnya.Acha hanya memperhatikan saja, setelah kenal bertahun-tahun dengan Reno baru kali ini Acha melihat Reno mau memberikan sesuatu kepada pacarnya.Shafa sepertinya sudah berhasil menaklukan hati baja Reno.Syukurlah kalo begitu berarti Acha tidak perlu curiga lagi kalo Reno gay.To be continudeBerdiam diri dikamar seharian dengan makanan dan juga laptop tidak pernah membuat Acha bosan tapi hari ini berbeda, cewek malas itu terlihat tidak bergairah untuk makan dan nonton badannya seperti jelly yang dimasak kebanyakan air, lembek tidak bertenaga.Acha sama sekali tidak turun dari tempat tidur nya, badannya tertutup selimut tebal hingga leher, bibir pucat nya merintih lirih dengan badannya yang menggigil pelan.Hari ini Reno juga tidak kerumah nya padahal ini jadwalnya dia libur biasa nya sudah ke kamar Acha dan mengomel karna Acha yang masih tidur atau bermalas-malasan diatas kasurnya.Manik matanya berair kepalanya pusing, dengan sisa-sisa tenaga tangannya meraba sekitar mencari handphone nya.Orang pertama yang Acha cari adalah Reno. Bibir pucat nya berucap lirih mengirimkan pesan suara kepada Reno.Acha butuh Reno."Reno, gue mau mati." Kira-kira ini yang diucapkan Acha.Tidak perlu menunggu lama pesannya langsung dibaca oleh Reno namun tidak kunjung dibalas.Reno sepertin
Dua hari Acha sakit, sekarang Acha sudah kembali beraktivitas seperti biasa yaitu tiduran makan dan nonton drama seperti biasa dikamarnya."Wajar aja lo sakit, lo gak pernah mau gerak."Acha hanya melirik tanpa peduli omongan Reno."Mangkanya kamu ajakin olahraga, Ren." Timpal Bagas, Papah Acha yang sedang melihat-lihat kondisi kamar putri nya.Bagas pulang kemarin malam karna mendengar kabar putri nya sakit, Reno pikir dengan kepulangan papahnya Acha akan berubah ternyata tidak berpengaruh sama sekali.Hubungan antara Acha dan Bagas tidak terlalu dekat, Mamah Acha meninggal saat Acha masih SMP sedangkan Bagas lebih fokus bekerja membiarkan Acha sendirian dirumah. Selain Reno Bagas tidak bisa mempercayakan Acha kepada siapapun. "Acha kalo gak dipaksa mana mau, liat aja badannya itu." Ucap Bagas."Susah om, dia gak pernah mau olahraga walaupun saya paksa." Bagas geleng-geleng putri nya memang susah diatur, dirinya sudah sangat pasrah pada Acha. Bersyukur nya Bagas memiliki harta yan
Malam."Mochi buat lo." "Tengsuuuu." Manik mata yang bersinar seperti kucing menyambut suka cita box mochi varian rasa dari Reno yang baru saja pulang dari Bandung.Cowok itu langsung kerumah Acha setelah tiba di Jakarta. Beberapa hari meninggalkan sahabatnya membuat perasaan Reno bercampur aduk, dirinya selalu ingin segera melihat Acha.Kangen?Reno tidak pernah menemukan titik terang perasaannya yang dirinya tau hanya dia ingin segera melihat Acha itu saja."Kerjaan lo gini terus?" Tanya Reno pada Acha yang tidur bersandar memakan mochi yang dibawakannya sambil menonton drakor dilaptopnya."Ngerjain apa lagi emang?." Acha balik tanya tanpa mengalihkan perhatiannya.Reno geleng-geleng salah memang dirinya bertanya seperti itu. Melihat Acha yang begitu fokus menonton Reno jadi kepo dengan apa yang sahabat nya itu tonton. Reno ikut berbaring disebelah Acha matanya ikut menonton tapi baru beberapa menit dirinya nebeng tiba-tiba Acha berbisik di kupingnya. "Ini drakor 18 plessss." Ren
"Aku deg-deg an.""Santai aja."Shafa berusaha menenangkan diri, malam ini Reno mengajaknya kerumah untuk makan malam sekalian syukuran ulang tahun Fara.Acaranya tidak terlalu banyak orang karna hanya teman dan tetangga dekat saja yang datang diundang.Fara yang melihat putra nya datang dengan Shafa berusaha untuk tetap tersenyum menyambut kedatangan mereka.Shafa mencium tangan Fara menyapanya dengan sopan. "Hallo tante, apa kabar?." "Alhamdulillah baik. Tante kira kamu udah ngga sama Reno." Ucap Fara dengan tawa renyah nya membuat Shafa tersenyum paksa."Oh iya, ini tante aku ada beli sesuatu buat tante semoga suka.""Repot-repot makasih ya." Fara tetap menghargai pemberian Shafa."Sama-sama tante."Canggung. Shafa mengeratkan rangkulan nya pada tangan Reno. Reno dengan peka langsung mengajak Shafa untuk menghindar dari mamahnya. "Mah, aku kesana ya sama Shafa." "Iya sana, kasih coba kue buatan mamah. Ini mamah lagi nunggu Acha kok gak dateng-dateng ya sama papahnya." Ucap Fara.
"Lo putus sama Shafa?" Reno mengangguk semuanya dia ceritakan pada Acha setelah pulang bekerja beberapa saat yang lalu."Keren, ini rekor terlama lo pacaran." Acha bertepuk tangan salut pada Reno, mulutnya mengunyah buah mangga yang telah dipotong oleh Reno.Acha duduk bersila berhadapan dengan Reno, dagunya ia tompangkan ditangan menatap wajah Reno dengan lekat lalu geleng-geleng."Tapi wajar juga Shafa putusin lo, muka lo dibawah rata-rata soalnya.""Enak banget tuh mulut kalo ngomong."Reno menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya. "Dulu gue bintang kampus, jangan salah." Bangganya.Acha berdecih. "Bintang laut lo." Ledeknya."Serius.""Gak percaya, mana buktinya."Memang harus dikasih paham. Reno memberikan handphone nya pada Acha membiarkan cewek itu melihat isi nya sendiri.Acha cukup terkejut melihat arsipan nomor-nomor tidak dikenal yang berusaha mengajak kenalan Reno, hanya ada dua pesan yang tidak di arsip kontak miliknya dan juga Shafa."Cukup bisa dipercaya." Ac
Pagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan."Acha, mancing yuk." Teriak Reno."Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu."Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?.""Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu. Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur. "Lo suka baca komik sekarang?"Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga."Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."Reno geleng-geleng, panasaran dengan
Fara menatap wajah lesuh Reno dengan aneh. Tumben sekali wajah putra nya lesuh tidak bersemangat begitu, apa sedang berkonflik dengan Acha?"Ada apa, Ren, kok tumben lesuh begitu?" Tanya Fara mengikuti Reno ke kamar."Gapapa, lagi capek aja.""Sama Acha?.""Kerjaan.""Mau mamah buatin teh anget?.""Gak usah.""Mau makan aja? Mamah ambilin ya."Reno mengeleng menolak. "Nanti aku ambil sendiri kalo mau." Reno bukan Acha yang apa-apa harus diambilkan."Mamah siapin air anget aja ya buat kamu mandi.""Mah aku capek, mau istirahat." Ucap Reno menegaskan nada bicaranya berharap mamah nya bisa mengerti.Fara mengangguk mengerti. "Yaudah kamu istirahat, mamah tutup pintu nya ya." "Makasih."Reno langsung merebahan diri di kasur mengistirahatkan punggungnya yang sudah sangat pegal setelah seharian bekerja.Beberapa hari ini Reno cukup sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang, hari ini Reno bisa pulang lebih awal lebih baik dirinya gunakan untuk beristirahat.Baru lima menit Reno memejamkan
Reno melamun menatap hamparan air pantai di hadapannya yang terhampar luas begitu indah di sore hari.Pantai menjadi salah satu tempat favorit bagi Reno saat banyak beban pikiran yang menghajarnya habis-habisan seperti sekarang ini.Hidup lagi berat-beratnya masalah keluarga malah datang di waktu yang tidak tepat.Perdebatan orang tua nya selalu menghantui otak Reno, keluarga Reno sangat berkecukupan bahkan bisa dibilang lebih dari cukup tapi dibalik kelebihan itu ada kekurangan yang dimana hubungan antara mamah dan papah nya tidak pernah akur dan harmonis seperti pasangan suami istri lainnya.Meskipun sudah menikah puluhan tahun tapi orang tua nya masih saja hobi bertengkar.Seperti siang tadi contohnya Papah Reno yang baru saja pulang dari Surabaya kumat dengan penyakitan nya, membawa wanita simpanan dengan tidak tau malu kerumah mereka untuk kesekian kalinya.Fara tentu saja marah dan mengamuk melihat kelakuan suami nya yang tidak pernah berubah walau dirinya selalu mengancam akan