Di Antara Dua Hati

Di Antara Dua Hati

Oleh:  Momoy  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
14Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan Rio, yang merupakan remaja penyendiri berubah seketika saat dia bertemu dengan seorang gadis bernama Kalisa di sekolahnya. Kalisa sendiri merupakan siswi cerdas yang berada di kelas khusus. Sementara itu, Rio hanya remaja yang selalu terlambat datang ke sekolah dan tidak punya banyak prestasi. Namun, pertemuan mereka begitu sempurna. Rio, menginginkan Kalisa bersamanya, tetapi muncullah gadis lain bernama Clara yang ternyata telah lama menyukainya.

Lihat lebih banyak
Di Antara Dua Hati Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Liliss354
Keren kak ceritanya, alurnya menarik dan bikin penasaran😍 Semangat kakak, jangan lupa feedback "King of Night" ya:)
2021-05-22 20:27:20
0
user avatar
Raifiza27
cieeee keren ini thor
2021-04-21 10:30:25
0
14 Bab
Benih Cinta
“Benih cinta tumbuh dari pandangan di kedua matamu. Kemudian, tersirami kebersamaan dan kedekatan. Menjadi indah ketika kita saling tersenyum. Menenangkan.” Aku berlari secepat kilat, melewati gerbang sekolah dengan selamat. Kuhentikan langkah dengan posisi setengah berdiri dan kedua tangan berada di lutut. Terengah-engah, aku mengembus dan menarik napas. Sedangkan bulir keringat juga mulai menyembul melalui pori-pori kulit di leher dan keningku.“Wah, wah! Kamu nggak pernah absen terlambat, ya. Setiap hari kamu terus yang jadi langganan.” Pak Satpam berdalih sambil menutup pintu gerbang.Tak heran. Apa yang dikatakan satpam sekolah tadi memang kenyataan. Meski berkata seperti itu, aku hanya terdiam, tak merespons apa yang dikatakannya.Ketika napas sudah mulai teratur, dengan perlahan kuhadapkan wajah ke depan. Aku melihat sepasang mata mengerikan dengan segores ker
Baca selengkapnya
Saat Kita Harus Memilih
Bel tanda pergantian jam pelajaran sudah berbunyi. Aku bergegas menuju kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.Seperti biasa, saat kaki mulai memasuki pintu kelas, semua pandangan menjijikkan, kurasa, tertuju padaku. Ini hal yang biasa. Jadi, tak terlalu kupikirkan. Aku segera duduk pada bangku kesayanganku yang berada di pojok kiri deretan paling belakang. Selain menjadi tak terlihat, aku juga bisa mendengarkan siswa-siswi di kelas ketika membicarakan hal-hal yang buruk tentang orang lain. Pun bisa tidur dengan bebas ketika sedang malas memperhatikan guru yang mengajar.Capek banget hari ini.Aku mulai dengan menyentuhkan pipi di atas meja. Dengan mata yang sayu, lelah sehabis berlari di lapangan basket, aku terlelap dan tak sadarkan diri.--xxx--Beberapa menit mungkin telah berlalu. Kubuka kedua mata dengan perlahan, kemudian menolehkan pandangan ke depan. Meja guru di depan papan tulis kudapati telah kosong.Lo
Baca selengkapnya
Keindahan
“Keindahan itu tercipta di kedua mata, kemudian menjadi puing-puing kenangan yang terabadikan.” Aku melangkah pelan dengan segores senyum yang kali pertamanya terpahat di wajah. Ketika menjejakkan langkah melewati koridor kelas, seseorang menyerukan namaku. Kutolehkan pandangan dan mencari sumber suara. Sang empunya suara ternyata Bu Yuni. Ia berdiri di depan ruang konseling di sebelah barat.“Ada apa, Bu?” aku bertanya setelah berada di hadapan sang guru sejuta pesona.“Tumben kamu datang sepagi ini?” Ia berucap seakan tak percaya. Menatap wajahku yang menggores senyum dengan lekat.“Memang salah kalau datang sepagi ini, Bu?”“Tidak. Itu malah bagus, kok.” Bu Yuni tersenyum manis kemudian. “Oh iya. Ibu bisa minta tolong?” sambungnya.“Minta tolong apa, Bu?”“Tolong kamu antarkan d
Baca selengkapnya
Keinginan yang Tumbuh
Sepulang sekolah, di dalam ruangan kosong ber-AC, aku dan seorang guru saling berhadapan. Aku berniat memenuhi janji untuk memberikan jawaban kepadanya jika sudah memikirkan dengan matang tawarannya tempo hari. Guru bernama Sri itu menawarkan padaku untuk memasuki program khusus Teknologi Informatika. Walau bisa dibilang bahwa aku menyukai dan sedikit ahli dalam bidang teknologi, tapi belum saatnya aku disibukkan dengan hal-hal semacam itu. Apalagi beban pikirannya sangat berat.“Jadi, bagaimana keputusan kamu, Nak?” Bu Sri bertanya sambil menatapku penuh harap. Aku tertunduk, tak mampu menyorotkan tatapan mengecewakanku.“Maaf, Bu. Saat ini saya belum bisa menerima tawaran Ibu. Sekali lagi maaf.”Mendengar jawabanku yang memang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, ia mendesah pelan. “Baiklah kalau begitu. Kalau kamu berubah pikiran nanti, kamu bisa langsung ngomong sama Ibu, ya.” Pandangannya sekarang mengandung sebuah ke
Baca selengkapnya
Gadis Baru
“Biarkan aku selalu di sisimu. Ketika pedih menyapa, biarkan aku mengusirnya dengan pancaran senyumku. Sandarkan jiwamu pada kasihku, maka kebahagiaan akan tercipta.” Satu minggu telah berlalu semenjak Kalisa datang ke rumah sakit untuk melihat keadaanku. Dengan waktu istirahat satu minggu penuh, keadaanku sudah benar-benar membaik. Hari ini aku sudah boleh pulang dan melakukan aktivitas sehari-hari.Lina, adikku satu-satunya, ia datang menghampiri. Bukan hanya Lina, tapi juga kedua orang tuaku. Karena kedua orang tuaku merupakan orang yang pekerja keras dan selalu sibuk, mereka sangat jarang memiliki waktu luang. Karena mungkin menurut mereka aku adalah anak yang penting plus tersayang, mereka pun bisa datang hari ini.“Kak Rio!” sapa Lina yang sedari tadi sudah ada di hadapanku. Seperti biasa, Lina selalu tampak antusias dalam melakukan hal apa pun.&ldquo
Baca selengkapnya
Kurasa, Semua Semakin Rumit
Gadis berambut sebahu yang dihiasi pita manis berwarna merah muda. Gadis yang merupakan teman sekelasku ini tampak sedang menunggu seseorang. Disedekapkan tangan sambil kedua matanya sibuk melirik ke jalan yang ramai di depan sekolah. Gadis yang aku maksud tak lain adalah Clara, yang baru saja aku kenal, walaupun nyatanya Clara memang teman sekelasku.Clara menolehkan pandangan, mata kami saling bertemu setelahnya. “Rio. Mau pulang?”“Iya. Kamu sedang nungguin siapa?” aku bertanya seraya terus berjalan.“Aku justru lagi nunggu kamu, loh!” Senyum Clara melebar. Kedua pipinya yang seperti bakpao semakin menggemaskan.“Nu-nungguin aku? Emang mau ngapain?” Aku belum mengerti maksud Clara.“Aku cuma mau jalan bareng sama kamu aja, kok. Kita, kan, teman sekelas.”“Benar juga, sih. Rumah kamu di mana?”“Rumah aku satu jalur sama rumah kamu.”Justru jaw
Baca selengkapnya
Di Antara Dua Perempuan
“Debaran rindu terus menggebu. Ketika kedua mataku tak dapat menjangkau indahnya kasihmu, biarkan dunia di dalam fantasiku menyentuh kulit terangmu, sehingga gundah tak lagi menyapa.” Pukul 6.30 pagi pada hari senin, awan hitam mulai bergerak cepat, diembuskan sang angin. Tak lama kemudian, setitik demi setitik hujan mulai mengguyur seluruh jagat raya. Hujan bertambah deras. Kucari tempat untuk berteduh, mencoba melindungi diri dari guyuran hujan.Tepat di sebuah kawasan pertokoan yang biasa aku lalui ketika berangkat ke sekolah, aku berlindung dari derasnya hujan. Padahal hari ini sedang berlangsung ujian semester dua di sekolah.“Rio!”Aku segera menoleh, mencari sumber suara. Tepat di sebelah kanan, seorang gadis berambut sebahu yang tak lain adalah Clara. Senyumnya mengembang. “Eh, Clara?! Kamu kehujanan juga?” ujarku spontan, sedikit terkejut karena baru menyadari ga
Baca selengkapnya
Dia Clara, Perempuan yang Tegar
6 hari telah berlalu, ujian telah berakhir. Kini semua siswa-siswi harus bersabar menunggu hasil ujian dibagikan. Semester dua merupakan babak untuk menentukan siapa yang berhak naik kelas selanjutnya dan siapa yang pantas untuk tinggal di kelas. Dalam arti mengulang setahun lagi. Setiap siswa-siswi sudah memiliki rencana di kelas selanjutnya seperti: keahlian apa yang harus mereka dalami dan menentukan akan jadi apa mereka di masa depan. Walau terdengar cukup enteng, tapi menggapai impian di masa depan bukan hal yang cukup mudah.Berbeda denganku, dengan hidup yang selalu santai, pikiran untuk menentukan semua itu sama sekali tidak pernah terlintas di benak. Aku tidak harus mengikuti arus. Aku mesti melihat lebih jauh lagi tentang diriku. Mengeksplorasi diri sendiri adalah hal utama untuk dapat mengetahui hal apa yang cocok dan tidak cocok bagi diri. Dengan begitu, aku dapat mengetahui apa yang sebenarnya aku inginkan. Ingin menjadi apakah aku di masa depan tidak semata-mata
Baca selengkapnya
Tak Hanya Memiliki Dia
Tepat jam 7 malam, hujan kembali turund deras, mengguyur bumi. Aku mengurung diri di dalam kamar sembari memandangi guyuran hujan dari celah-celah jendela.Musim hujan sudah tiba ....Aku segera berbaring. Kutarik selimut tebal di ranjang. Menyelimuti diri, mencoba menepis dingin yang kian menusuk. Sedangkan pikiranku masih terbayang-bayang tentang gadis anggun bersenyum elok, Kalisa.Dalam hati, aku terus memohon kepada Tuhan untuk melindunginya. Tidak menutup kemungkinan bahwa aku bisa saja berpisah dengan Kalisa. Namun, yang selama ini kupikirkan ialah, apakah gadis anggun itu akan bahagia ketika melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan hatinya? Tidak mungkin ia akan bahagia. Kalau pun suatu saat ia menampakkan wajah bahagianya, itu pasti adalah suatu cara seorang gadis untuk menutupi kepedihannya.Sungguh malang. Di saat-saat seperti ini aku tak dapat melakukan apa pun untuk dirinya yang benar-benar membutuhkan.--xxx--
Baca selengkapnya
Kenyataan Pahit yang Harus Ditelan
Di dalam sebuah kamar yang berantakan, buku yang berserakan di atas lantai, dan komputer yang masih menyala, aku terbaring lemas di atas ranjang dengan selembar selimut bercorak bunga yang tebal.Pagi ini, hujan masih turun deras. Angin berembus kencang. Kucoba meraih sebuah handphone di atas nakas tanpa merubah posisi tidur. Satu pesan belum terbaca. Dari detail pesan yang ditampilkan pada layar hanphone. Pesan tersebut dikirim 30 menit yang lalu pada pukul enam pagi.Dari: 08xxxxxxxxxxx‘Hai, Rio!Maaf, ya, kalau tiba-tiba ngilang gitu aja. Aku takut. Setelah kamu tahu kalau aku akan pindah, kamu mungkin akan sedih. Karena itu, aku lebih baik nggak bilang sama kamu. Aku nggak akan sanggup ngelihat wajah sedih kamu.Aku berterima kasih untuk setiap perjuangan kamu yang sudah berusaha ngehibur aku di kala sedih. Pertemuan kita punya arti yang sangat penting dan nggak bisa aku lupain. Karena itu, setelah aku nggak ada nanti,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status