“Hei, Jerry kenapa kau mematung di tengah jalan?” Tanya Ellia pada Jerry yang tetiba berhenti melangkah di jalan setapak yang naik, yang dilapisi serpihan batu-batu datar.
Jerry malah tak bersuara, tak meringkik-ringkik. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya melangkahkan kaki ke depan dan ke belakang. Elliamulai cemas, lantaran hari bertambah terik. Pertanda memasuki jam istirahat pekerja.“Ayolah Jerry... tinggal sedikit lagi kita sampai di rumahmu,” kata Ellia. Namun tetap saja Jerry tak meringkik, tak menimpali perkataan Ellia. Ellia lekas turun, lalu menatap kedua mata Jerry. Seraya mengelus-elus kepala Jerry si kuda putih, dengan lembut Ellia kembali berkata, “Hei, ada apa denganmu? Kau tak pernah seperti ini.”Jerry tetap tak bicara. Namun, ia menggerak-gerakkan kepalanya ke atas. Ellia pun ikut memandang ke atas. Tak ada apapun di atas, selain daun-daun runcing pohon pinuJam 4 kurang 5 menit sore, Manajer baru kembali ke ruangannya. Ia duduk santai, menyandarkan tubuh pada punggung kursi yang empuk. Seraya melepas senyum, Manajer memainkan kesepuluh jari-jarinya yang dirapatkan. Sementara pikirannya sibuk menimang-nimang sebuah ide yang baru tercetus.Tak sampai 2 menit, Manajer Robert telah membulatkan tekad. Ia pun lekas meraih telepon di meja, bersamaan dengan dering telepon. Tak ada pilihan, selain lebih dahulu menjawab telepon itu.“Halo.” Manajer mengawali.“Saya Vaeolin, Mr. Robert. Saya ingin menyampaikan bahwa sebanyak 6 Staf terpilih sudah siap menghadap.”“6 Staf? Untuk apa?” tanya Manajer. Ia pura-pura lupa telah memerintahkan Mrs. Vaeolin untuk mendata Staf-Staf yang kompeten dan layak untuk dipilih sebagai Asisten Manajer.Mrs. Vaeolin pun menarik nafas dan menghembuskannya kuat-kuat. “Mr. Robert. Apa perlu saya mengulangi apa yan
“Wooow!” Seru Ellia dengan mata berbinar begitu melihat sebuah tower yang menopang tandon air di sebelah Barat kandang sapi. Ellia tergesa melangkah, bahkan berlari menuju proyek sumur yang semalaman telah digarap tiga pekerja laki-laki.“Om Mike, Om Mike....” Ellia memanggil keras Mike. Pagi itu juga ia tak sabar ingin mengungkapkan kebahagiaannya dan mengucapkan terima kasih pada Mike dan tiga pekerja.“Ellia, jangan teriak-teriak. Ini masih pagi. Kau bisa membangunkan mereka,” kata Kakek Jack begitu membuka pintu samping dari rumahnya.Seketika Ellia menggulungkan kening seraya merapatkan kedua bibirnya. Lalu ia bertanya, “Jadi, mereka membuat sumur semalaman? Dan mereka tidak tidur?”Seraya melepas senyum, Kakek Jack hanya mengangguk-angguk, sebagai jawaban “benar.”“Lalu....”“Mike juga bekerja keras membantu mem
Jam istirahat pekerja Staf kantor Planet Zoo pun tiba pada pukul 2 siang. Waktu yang sangat lama bagi Ellia. Hari itu, ia baru mengetahui bila istirahat pekerja Staf kantor berbeda dengan pekerja lapangan. Bahkan selisihnya sampai satu setengah jam.“Sangat melelahkan seharian bekerja di balik meja. Ini benar-benar keputusan yang tidak adil,” lirih Ellia dengan wajah datar.“Nona Ellia, apa anda....”“Oh, maaf Tuan Boffelt, saya harus segera pergi. Mmm saya ada janji dengan seseorang di jam istirahat ini.” Ellia memotong sambil bangkit berdiri. Kemudian ia melangkah tergesa keluar ruangan.Sejujurnya, terpaksa ia berbohong pada Boffelt. Bosan ia rasa bila menghabiskan jam istirahat dengan orang yang sama saat bekerja. Boffelt memang sangat baik dan ramah. Ia juga begitu sabar dalam mengajari dirinya. Namun, di wajah Boffelt tak pernah tampak senyum. Ia bahkan lebih mirip robot daripada manusia. P
Malam pukul 7, sebuah mobil bercat hitam berhenti di dekat gerbang masuk Selatan, Planet Zoo. Tak sampai 3 menit, 3 laki-laki turun dari dalam mobil. Mereka bertiga memakai seragam yang sama, sepatu bot, topi dan masker. Layaknya para intelijen yang mengemban sebuah misi dalam mengungkap sebuah kasus untuk mengamankan, maka Lindhan, Bomba dan Holdan datang ke Planet Zoo dengan semangat membara.“Hei kalian bertiga cepat sini,” seru seseorang dari depan pintu masuk khusus pegawai, yang tak lain adalah Mark si Security.Sontak Lindhan, Bomba dan Holdan terhenyak. Mereka pun meneliti seorang laki-laki berseragam Security di depan pintu masuk. Buru-buru mereka mengambil peralatan dari dalam mobil jeep bertulis “Servis Toilet, Sumur dan AC”Atas saran Mike, mereka bertiga menambahkan tulisan yang cukup besar di bagian kaca belakang dan body samping kanan dan kiri dari jeep milik sang Bos. Semua mereka lakukan demi memuluskan
Hari-hari Ellia di Planet Zoo dihabiskan di sebuah ruangan kecil Asisten Manajer, sesuai dengan jabatan yang kini diemban. Di sana ia sibuk menyusun data kelompok satwa seperti yang diminta Manajer. Beruntung selama beberapa hari sebelumnya, ia mendapat bantuan dari Merry si beruang dan sahabat-sahabatnya yang lain dalam mendapatkan data mengenai diri mereka. Mulai dari usia, jenis kelamin, rekam kesehatan, hingga blok kandang yang ditempati saat ini saat ini.“Tapi sepertinya... tidak akan selesai hari ini. Hmm mungkin kulanjutkan besok bila tak selesai,” lirih Ellia sambil menyalin data-data satwa yang tertulis di kertas pada di kompter.Tetiba Ellia melepas tawa ketika membaca tulisan pada kertas yang menyebutkan nama-nama satwa dari kelompok harimau. “Ouuuhh apa-apaan ini? Berry, Mark, Giant, Adam, Lucy?”Kemudian Ellia menepuk keningnya sendiri, lantaran terheran-heran pada tingkah mereka, harimau-harimau keci
Menjelang jam pulang pekerja, Ellia masih betah duduk di hadapan layar komputer. Ia bahkan tak mengambil jatah istirahat, karena berharap dapat sesegera mungkin menyelesaikan tugasnya. Untung saja Manajer mengerti keadaan dirinya. Sehingga Manajer tak mempermasalahkan menerima data yang baru selesai setengahnya tadi siang. Ketika jam pulang pekerja tiba, Boffelt memilih pulang lebih dulu. Ia tak mengatakan apapun, selain ada sesuatu yang mendesak yang masih harus dikerjakan. Sementara itu, diam-diam Ellia mengambil jatah lembur demi menyelesaikan tugasnya. Sehingga besok pagi ia tak membuat Manajer menyesali ucapannya, menjatuhkan kepercayaan pada dirinya. Sore hari bertambah gelap, Ellia memutus konsentrasinya dengan menyalakan semua lampu di ruangan itu. Ia mengunci pintu, setelah menutupnya rapat-rapat. Kemudian, ia kembali duduk di depan layar komputer. Lantaran kantuk yang hebat sangat memberatkan Ellia, maka ia pun pergi ke kantin Paman
“Sepertinya aku harus memberi tahu Mrs. Vaeolin lebih dulu. Karena Mrs. Vaeolin ada di depan mata,” lirih Ellia, kemudian ia tergesa melangkah, bahkan berlari menghampiri Mrs. Vaeolin.“Mrs. Vaeolin, Mrs. Vaeolin...,” panggil Ellia keras.Namun, hanya John yang menoleh pada asal suara yang sangat ia kenal. Sementara Mrs. Vaeolin tak sekalipun menoleh. Untungnya, John berbisik pada Mrs. Vaeolin yang melangkah di depannya. Ia mengatakan bahwa Ellia memanggil dirinya.“Biarkan saja, kita harus secepatnya ke ruang rapat.”“Baik, Mrs. Vaeolin.”Malam itu Mrs. Vaeolin sengaja datang karena mendapat laporan bahwa esok pagi pukul 8 para pengawas kebun binatang yang tak lain adalah anggota Parlemen akan mengadakan inspeksi mendadak ke bebun binatang ini. Mereka akan memeriksa data-data jumlah satwa secara keseluruhan dan berdasarkan kelompok.Karena itulah
“Jack, cepat putar balik truk ini! Kita harus secepatnya pergi,” seru Bomba yang ikut menemani malam itu. “Tidak, kita harus bisa menangkap beberapa hewan sesuai perintah Bos Edhi,” kata Holdan yang juga ikut menemani Jack. “Kalau begitu kau saja yang mati dimakan hewan buas itu!” Bomba melotot. “Hei hei, memangnya ada apa? Ini hanya mati lampu biasa,” sahut Jack. “Kita tidak akan mati. Tidak ada yang boleh mati diantara kita.” Kemudian Holdan membuka box memanjang tempat kasur di belakang kursi berasa di bagian kabin. Ia mengeluarkan beberapa senjata yang disembunyikan. Bomba tercengang melihat apa yang dibawa Holdan. “Darimana kau....” “Bos Edhi telah mempersiapkan ini semua.” Holdan memotong sambil memasang beberapa peluru pada senapan bius. Lalu memasukkan persediaan peluru bius pada wadah bening berbentuk persegi. Kemudian Holdan memberi senapan laras pendek pada Bomba dan Jack. “Selipkan senapa