“Aduh! Kenapa, sih, lo keterlaluan banget, hah?! Gue udah bilang sama lo buat nggak anu malam ini!”
Mungkin aku memang sudah gila mengomeli seorang perempuan yang bahkan tidak mengerti bahasa yang kugunakan.
Sayang. Kekesalan ini sudah mencapai tingkat paling tinggi sehingga sulit sekali untuk bersikap lembut pada Sakura.
Aku langsung duduk di sofa sambil memijat pelipis. Sedangkan Sakura berdiri di depanku dengan mode hanya mengenakan dalaman.
Dia meraih tanganku perlahan dan menuntunnya ke gundukan miliknya.
“Mau apa lo?”
Dia tersenyum tipis dan begitu manis, lalu menggeleng pelan. Sakura seperti orang bisu karena tidak bisa berbicara dalam bahasa lokal. Walau begitu, kuyakin dia mengerti hanya dengan melihat ekspresi wajahku.
Keadaan tidak memungkinkan dan dia paham betul sehingga kemudian duduk di sebelahku. Kami hanya diam setelah itu tanpa kata apa pun bisa diucapkan.
Dalam keheningan itu, seketika
“Kiana, gue boleh tanya sesuatu sama lo?”Gadis yang saat ini kacamatanya tengah berembun itu mengangguk dengan senyuman yang terlihat masih sama.“Boleh. Tanya hal yang gampang aja, ya. Jangan yang sulit-sulit.” Dia terkikik pelan.Keramahannya tidak pernah habis. Bahkan meski dilucuti dingin yang menusuk, dia tetap bersikap seperti tak terjadi apa-apa.Andai aku membawa sweater atau jaket, akan kuselimuti tubuhnya yang menggigil. Namun, seperti yang kuduga, ini tak seperti cerita dalam drama atau novel yang selalu berputar di situ-situ saja.Kemesraan yang terjalin antara dua insan, lalu saling memendam perasaan. Lebih dari itu, aku merasa hidup dalam negeri dongeng dan hanya bersamanya.“Cinta”-Aku menatapnya kali ini-”Menurut lo cinta itu apa?”Dia tampak berpikir sejenak. Memiringkan kepala sehingga dagu lancipnya terlihat tepat di mataku.“Sebentar, ya.”S
Sakura sepertinya telah lama menungguku pulang sehingga tertidur di sofa dengan masih hanya menggunakan dalaman.Memang dasar gadis Jepang lancang!Walau begitu, mengapa aku jadi tersentuh oleh tindakannya, ya?Dia benar-benar gadis yang sangat baik dan polos. Namun, tetap saja Sakura seorang artis film dewasa. Jadi, aku juga tidak boleh lengah pada sikap pantang menyerahnya.Setelah mengambil selimut di kamar, kututupi tubuh gadis itu. Perlahan, matanya terbuka dan menggapai tanganku dengan spontan.Dia hanya memberikan sebuah senyuman, lalu menarikku untuk duduk di sebelahnya.“Tidur aja. Gue nggak akan gangguin lo. Atau lo pindah aja ke kamar biar nyenyak.”Ini, sih, aneh sebenarnya. Dia mungkin memahami kata-kataku dari semacam kontak batin, begitu. Jadi, tidak salah juga jika aku berasumsi bahwa si gadis polos berhidung mungil ini punya semacam kekuatan supranatural.Atau jangan-jangan dia seorang peri yang dat
Ada satu hal yang membuat hati resah dan selalu dikelilingi pertanyaan begitu sulit. Kehadiran Kiana yang kerap kali ada di saat-saat aku sedang dilanda kegalauan.Oleh pemikiran itu, aku berusaha mencari tahu alasan. Dan jika memungkinkan, ingin kubawa ia ke rumahku.Ide yang sangat bagus. Aku perlu mencoba ketulusan yang ia miliki. Seperti yang kutahu, Kiana ialah seorang penulis yang begitu idealis.Seperti apa kira-kira respons yang akan dia tunjukkan ketika mengetahui bahwa diriku berprofesi sebagai aktor bintang panas?Maka, dengan sengajalah aku pergi ke sebuah taman, berharap bisa menemukannya. Di hari-hari tertentu, taman ini memang akan sangat sepi.Hanya saja, bukan hal yang tidak mungkin jika seseorang seperti Kiana menyukai sebuah kesendirian. Walau kemungkinan kami bisa bertemu tidaklah banyak, setidaknya aku telah berusaha.Aku tidak berharap dugaanku benar tentang Kiana. Atau mengharapkan dirinya untuk tetap menghormati laki-
Kiana berlama-lama mereguk heran dalam diam. Mungkin pertanyaanku masih diproses otaknya. Atau mungkin juga tidak mengerti tujuanku bertanya seperti itu.Jika dia seseorang yang peka, seharusnya pertanyaan ini secara tidak langsung diketahuinya sebagai curahan hatiku.Dan di saat itu juga, secara sadar aku telah membongkar jati diriku yang sebenarnya.“Seorang aktor film dewasa?” Kiana tampak berpikir kembali, memiringkan kepala dilakukan berulang-ulang kali sambil membawa jemarinya ke dagu yang lancip.“Iya, gimana kalau kamu kenal sama orang yang jadi aktor film dewasa?”Tidak ada yang perlu disiapkan, karena aku telah betul-betul siap menerima kenyataan yang ada di dalam jawabannya nanti.Sekarang, dia terlihat menatapku begitu lurus. Tidak lagi terlihat berpikir karena mungkin sudah menemukan jawaban yang pas atas pertanyaanku.“Menurutku unik.”Hanya dua kata dan itu mampu membuat mataku
“Jadi, kamu berikan pelet apa si Sakura, Adrian?”Dengan tatapan tajam membunuhnya, Elaine bertanya sambil membawa sebuah tongkat yang dipukul-pukulkan ke telapak tangan.Seketika itu, aku mengernyit karena tidak begitu mengerti yang dikatakan wanita itu. Memangnya apa yang dia maksud dengan pelet?Mungkin dia mengira aku seorang paranormal, apa?Bergantian aku menoleh pada Sakura yang duduk di sebelahku dengan senyuman manis dan lugu seperti biasa.“Pelet? Maksud lo pelet apa, sih? Nggak paham gue.”“Jangan mengelak, Adrian! Lihat! Sakura tidak mau pulang ke negaranya dan mau menetap di rumahmu.”“Apa?!”Tentu, hal yang wajar jika aku terkejut mengetahui fakta tersebut. Tinggal di rumahku dan tidak ingin pulang ke negaranya?Ini benar-benar sesuatu yang akan merepotkan diriku. Bukan hanya itu, memangnya apa yang dia inginkan dariku?Lagi pula, memangnya si Elaine be
Kiana bilang, jika aku ingin bercerita dan tidak bertemu dirinya dalam jangka waktu yang lama, aku harus menulisnya di buku menggunakan pena yang ia berikan.Aku benar-benar melakukannya. Sekian bulan lamanya kami tidak bertemu, telah setengah dari buku bersampul cokelat ini kuhabiskan. Semuanya adalah ungkapan hati dan perasaan.Segala keresahan di dalam diri aku tulis beserta beberapa cerita kelam di dalamnya.Kembali kukatakan, dia benar. Dengan bercerita pada pena dan kertas, aku cukup merasa lega. Beban-beban itu seolah-olah berkurang, terbuang pada berlembar-lembar kertas.Walau demikian, aku tetap merasa rindu pada Kiana. Aku merasa ingin masuk ke dalam hidupnya. Mengetahui apa yang dia lakukan setiap hari. Apa yang dia lewati. Kisah apa yang ia miliki.Semua itu, aku ingin mengetahuinya.Hingga kemudian, aku terdampar di perpustakaan kota. Setidaknya, aku ingin menikmati kesunyian di tengah-tengah buku yang menumpuk di rak.Me
“Ada apa, Adrian?Dan Kiana telah selesai dengan urusannya bersama para penggemar. Sedangkan, gadis berambut sebahu yang ternyata mengenalku sebagai aktor film dewasa ini, masih berdiri di hadapanku.“Eh, nggak ada.”“Dia kenalanmu, ya?”Kiana menatap gadis yang lebih pendek darinya ini.“Hmm, iya. Iya, dia kenalan gue.”Terpaksa aku berbohong pada Kiana. Dan kalau kalian ingin tahu, aku sebenarnya tidak ingin membohongi gadis yang merupakan temanku satu-satunya.Ada rasa yang mengganjal di hati kala mulut ini mengambil keputusan yang tak semestinya.“Bentar, ya. Gue tinggal dulu.”Begitu panik diriku sehingga pada akhirnya secara spontan menarik tangan gadis berambut sebahu, kemudian berjalan menjauh dari Kiana ke tempat yang tidak dapat ia jangkau.Kubawa gadis itu keluar dari ruang baca. Dia pun mengikutiku dengan pasrah. Untungnya tak ada perlawanan yang bi
Kiana bilang, tidak perlu menjemput dirinya. Jadi, aku menuruti keinginan itu. Yang penting, bisa menikmati malam dengan suasana yang berbeda dari biasanya.Tak menutup kemungkinan ada yang gadis itu sembunyikan. Sebab, dia tak pernah mau menunjukkan jalan ke tempat tinggalnya. Atau sekadar setuju aku mengantarnya pulang.Dengan begitu, dia akan tetap menjadi mutiara yang berharga.Pukul 07.00 malam, aku berangkat ke sebuah kafe yang cukup unik. Ada yang berbeda dariku, yaitu penampilanku.Meski memang diriku begitu jarang berpenampilan resmi ala-ala orang kantoran super kaya raya. Demi malam ini, aku rela mengenakan setelan hitam yang sangat cocok dan fit di tubuhku.Kafe Alexandria merupakan sebuah tempat unik karena menyediakan pemandangan alam terbuka.Para pengunjung akan bisa menikmati betapa sejuknya bukit yang membentang, pohon-pohon yang menjulang tinggi, serta tak lupa kemerlip lampu di kota juga ikut terlihat di satu sisi lainnya.