Sekarang, aku bisa merasakan sebuah kesendirian dalam rasa sakit. Tanpa orang yang bisa kuandalkan. Tanpa perhatian dari seseorang. Aku terkapar lemah di atas ranjang dengan napas yang tak beraturan.
Hidup sendiri memang adalah pilihanku sendiri. Namun, dalam keadaan-keadaan tertentu seperti ini, aku butuh bantuan orang lain.
Manusia tak pernah bisa hidup dalam kesendirian. Sebab, sepi adalah musuh terbesar paling sengit yang harus dikalahkan.
Untungnya, aku telah menghubungi Gladis beberapa waktu lalu. Dia akan datang melihat keadaanku. Dan jika memungkinkan, kuminta dia untuk merawatku dalam beberapa waktu kedepan.
Terdengar suara pintu terbuka. Aku tahu itu pasti Gladis yang telah tiba dengan langkah tergesa.
Beberapa waktu lalu, aku berusaha bangkit untuk membuka gembok yang terpasang pada gerbang dan membuka kunci pintu agar gadis itu dapat masuk dengan mudah.
“Adrian! Ya, ampun, Adrian.”
Dia datang dengan kepanikan t
Kasihan Gladis. Sepertinya dia bergadang tadi malam sehingga pagi ini belum bangun. Kurasa, dia bukan gadis yang sering terlambat bangun.Jadi, sudah semestinya kesimpulan itu yang bisa aku pikirkan.Maka, dengan ketulusan hati yang sama seperti yang ia berikan, kuselimuti dirinya.“Tidur yang nyenyak, Glad. Berkat lo, gue jadi sembuh sekarang.”Dengan begitu, aku berangkat ke agensi untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Meskipun sebenarnya senjata kelelakianku belum bisa digunakan dengan benar. Untungnya, tidak ada jadwal syuting.Paling-paling hanya sesi pemotretan biasa untuk majalah mingguan.“Jadi, kamu sudah sehat hari ini?”Elaine bertanya, lalu menyesap kopi yang masih terlihat hangat karena asap mengepul dari mug.“Ya, tapi gue belum bisa anu. Ya, lo ngertilah.”Lantas, Elaine terkikik. “Anu apa maksudmu, Adrian?”“Anu, ya, anu. Emang apa lagi selai
Gladis menatap lamat kehadiran Sakura di rumahku. Dia terlihat seolah-olah sangat terganggu dan merasa tak nyaman.“Dia siapa, Adrian?”Sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal sama sekali, aku menjawab, “Sorry, Glad. Dia partner gue. Atasan gue di agensi minta untuk menampungnya.”“Orang asing, ya?” Gladis memicingkan bola mata.Kali ini, dia terlihat sangat tak ramah. Sepertinya aku memang harus memaklumi hal itu. Sebab, bagaimanapun Gladis menerimaku sebagai seorang kakak, dia tetaplah masih memiliki perasaan lebih dari hubungan seperti itu.Sakura menyunggingkan senyuman manis pada Gladis, lalu membungkuk.“Hajimemashite! Sakura desu!”Semangat yang berapi-api. Kurasa orang Jepang memang seperti itu. Ketegasan adalah ciri khas mereka.Dengan ekspresi malas dan terbilang tak bergairah sama sekali, Gladis menyambut perkenalan diri Sakura.“Gladis.”Sekar
“Aduh! Kenapa, sih, lo keterlaluan banget, hah?! Gue udah bilang sama lo buat nggak anu malam ini!”Mungkin aku memang sudah gila mengomeli seorang perempuan yang bahkan tidak mengerti bahasa yang kugunakan.Sayang. Kekesalan ini sudah mencapai tingkat paling tinggi sehingga sulit sekali untuk bersikap lembut pada Sakura.Aku langsung duduk di sofa sambil memijat pelipis. Sedangkan Sakura berdiri di depanku dengan mode hanya mengenakan dalaman.Dia meraih tanganku perlahan dan menuntunnya ke gundukan miliknya.“Mau apa lo?”Dia tersenyum tipis dan begitu manis, lalu menggeleng pelan. Sakura seperti orang bisu karena tidak bisa berbicara dalam bahasa lokal. Walau begitu, kuyakin dia mengerti hanya dengan melihat ekspresi wajahku.Keadaan tidak memungkinkan dan dia paham betul sehingga kemudian duduk di sebelahku. Kami hanya diam setelah itu tanpa kata apa pun bisa diucapkan.Dalam keheningan itu, seketika
“Kiana, gue boleh tanya sesuatu sama lo?”Gadis yang saat ini kacamatanya tengah berembun itu mengangguk dengan senyuman yang terlihat masih sama.“Boleh. Tanya hal yang gampang aja, ya. Jangan yang sulit-sulit.” Dia terkikik pelan.Keramahannya tidak pernah habis. Bahkan meski dilucuti dingin yang menusuk, dia tetap bersikap seperti tak terjadi apa-apa.Andai aku membawa sweater atau jaket, akan kuselimuti tubuhnya yang menggigil. Namun, seperti yang kuduga, ini tak seperti cerita dalam drama atau novel yang selalu berputar di situ-situ saja.Kemesraan yang terjalin antara dua insan, lalu saling memendam perasaan. Lebih dari itu, aku merasa hidup dalam negeri dongeng dan hanya bersamanya.“Cinta”-Aku menatapnya kali ini-”Menurut lo cinta itu apa?”Dia tampak berpikir sejenak. Memiringkan kepala sehingga dagu lancipnya terlihat tepat di mataku.“Sebentar, ya.”S
Sakura sepertinya telah lama menungguku pulang sehingga tertidur di sofa dengan masih hanya menggunakan dalaman.Memang dasar gadis Jepang lancang!Walau begitu, mengapa aku jadi tersentuh oleh tindakannya, ya?Dia benar-benar gadis yang sangat baik dan polos. Namun, tetap saja Sakura seorang artis film dewasa. Jadi, aku juga tidak boleh lengah pada sikap pantang menyerahnya.Setelah mengambil selimut di kamar, kututupi tubuh gadis itu. Perlahan, matanya terbuka dan menggapai tanganku dengan spontan.Dia hanya memberikan sebuah senyuman, lalu menarikku untuk duduk di sebelahnya.“Tidur aja. Gue nggak akan gangguin lo. Atau lo pindah aja ke kamar biar nyenyak.”Ini, sih, aneh sebenarnya. Dia mungkin memahami kata-kataku dari semacam kontak batin, begitu. Jadi, tidak salah juga jika aku berasumsi bahwa si gadis polos berhidung mungil ini punya semacam kekuatan supranatural.Atau jangan-jangan dia seorang peri yang dat
Ada satu hal yang membuat hati resah dan selalu dikelilingi pertanyaan begitu sulit. Kehadiran Kiana yang kerap kali ada di saat-saat aku sedang dilanda kegalauan.Oleh pemikiran itu, aku berusaha mencari tahu alasan. Dan jika memungkinkan, ingin kubawa ia ke rumahku.Ide yang sangat bagus. Aku perlu mencoba ketulusan yang ia miliki. Seperti yang kutahu, Kiana ialah seorang penulis yang begitu idealis.Seperti apa kira-kira respons yang akan dia tunjukkan ketika mengetahui bahwa diriku berprofesi sebagai aktor bintang panas?Maka, dengan sengajalah aku pergi ke sebuah taman, berharap bisa menemukannya. Di hari-hari tertentu, taman ini memang akan sangat sepi.Hanya saja, bukan hal yang tidak mungkin jika seseorang seperti Kiana menyukai sebuah kesendirian. Walau kemungkinan kami bisa bertemu tidaklah banyak, setidaknya aku telah berusaha.Aku tidak berharap dugaanku benar tentang Kiana. Atau mengharapkan dirinya untuk tetap menghormati laki-
Kiana berlama-lama mereguk heran dalam diam. Mungkin pertanyaanku masih diproses otaknya. Atau mungkin juga tidak mengerti tujuanku bertanya seperti itu.Jika dia seseorang yang peka, seharusnya pertanyaan ini secara tidak langsung diketahuinya sebagai curahan hatiku.Dan di saat itu juga, secara sadar aku telah membongkar jati diriku yang sebenarnya.“Seorang aktor film dewasa?” Kiana tampak berpikir kembali, memiringkan kepala dilakukan berulang-ulang kali sambil membawa jemarinya ke dagu yang lancip.“Iya, gimana kalau kamu kenal sama orang yang jadi aktor film dewasa?”Tidak ada yang perlu disiapkan, karena aku telah betul-betul siap menerima kenyataan yang ada di dalam jawabannya nanti.Sekarang, dia terlihat menatapku begitu lurus. Tidak lagi terlihat berpikir karena mungkin sudah menemukan jawaban yang pas atas pertanyaanku.“Menurutku unik.”Hanya dua kata dan itu mampu membuat mataku
“Jadi, kamu berikan pelet apa si Sakura, Adrian?”Dengan tatapan tajam membunuhnya, Elaine bertanya sambil membawa sebuah tongkat yang dipukul-pukulkan ke telapak tangan.Seketika itu, aku mengernyit karena tidak begitu mengerti yang dikatakan wanita itu. Memangnya apa yang dia maksud dengan pelet?Mungkin dia mengira aku seorang paranormal, apa?Bergantian aku menoleh pada Sakura yang duduk di sebelahku dengan senyuman manis dan lugu seperti biasa.“Pelet? Maksud lo pelet apa, sih? Nggak paham gue.”“Jangan mengelak, Adrian! Lihat! Sakura tidak mau pulang ke negaranya dan mau menetap di rumahmu.”“Apa?!”Tentu, hal yang wajar jika aku terkejut mengetahui fakta tersebut. Tinggal di rumahku dan tidak ingin pulang ke negaranya?Ini benar-benar sesuatu yang akan merepotkan diriku. Bukan hanya itu, memangnya apa yang dia inginkan dariku?Lagi pula, memangnya si Elaine be