Chapter 59Orang yang TepatDua hari kemudian Bianca dan Evander telah kembali ke Barcelona, Bianca langsung pergi ke tokonya sementara Evander pergi ke gedung parlemen ibukota untuk menemui ayahnya. “Kudengar kau ke Barcelona kemarin,” kata Raul setelah Evander duduk di kursi di depan meja kerjanya. “Ya,” jawab Evander. Pengurus pesawat pribadi pasti memberitahu ayahnya dan menurutnya hal yang wajar. “Aku melamar Bianca kemarin,” lanjutnya dengan sangat tenang lalu menunggu reaksi ayahnya. Raul yang sedang membaca dokumen sembari berdiri mengalihkan pandangannya kepada Evander, alisnya terangkat. “Oh, ya?” Evander mengangguk pelan, meskipun ayah Bianca awalnya bersikap dingin dan acuh, bahkan terkesan tidak menyukainya pada awalnya ternyata calon mertuanya itu bukanlah pria yang sulit diajak mengobrol. Mr. Stanton terkesan kaku dan dingin sebagai guru matematika, hal itu memang diperlukan untuk menjaga wibawanya, seperti halnya ia menjaga wibawa di depan karyawannya. Di rumahnya,
Chapter 58Memahami Anak Muda “Karena Isabel bilang, pria kaya seperti kalian memberikan apa saja pada wanita sebagai imbalan telah....” Bianca tidak melanjutkan ucapannya dan menggigit bibirnya. Evander tersenyum, berpikir betapa bodohnya Isabel mengatakan hal-hal seperti itu pada Bianca. Jika ia memberikan apa pun pada Bianca, itu karena ingin menyenangkan Bianca juga sekaligus sebagai bentuk cinta dan sayangnya pada Bianca. Bukan karena Bianca tidur dengannya. Isabel berkata seperti itu bukannya sangat tidak pantas? Menurut Evander seolah secara tidak langsung mengatai Bianca wanita bayaran. Lalu, apa bedanya dirinya? Pria yang tidur dengan wanita bayaran sama saja tercelanya. Evander menghela napasnya. Merasa sangat muak pada isabel dan ingin sekali membuat perhitungan dengan wanita itu, tetapi menurutnya meladeni orang seperti Isabel hanya membuang waktu saja.“Mulai sekarang, bisakah kau tidak mendengarkan Isabel lagi atau siapa pun yang tidak menyukai hubungan kita?” kata Ev
Chapter 57 Wanita Materialistis Bianca keluar dari dapur dengan membawa mangkuk berisi macadamia, ayahnya yang semula duduk di sofa ruang keluarga tidak terlihat lagi. Bianca meletakkan mangkuk ke atas meja lalu mengambil sebutir macadamia dan alat pengupasnya, alisnya berkerut karena mendengar ayahnya berbicara dengan seseorang, tetapi suaranya tidak begitu jelas. Bianca bangkit dari duduknya, penasaran dengan siapa ayahnya berbicara karena ibunya berada di dapur. Jadi, Bianca menuju ruang tamu dan saat melihat siapa lawan bicara ayahnya, Bianca tertegun sejenak lalu cepat-cepat melangkah mendekat. “Sayang,” ucap Evander seraya tersenyum ke arahnya. “Kenapa kau di sini?” tanya Bianca kebingungan. “Aku ingin melihatmu,” jawab Evander dan Mr. Stanton berdehem membuat Evander menyeringai sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “Mr. Stanton... aku harus bicara dengan putrimu. Maksudku, aku ingin mengajaknya keluar....” Ayah Bianca mengalihkan pandanganny
Chapter 56Bertemu Ayah MertuaBianca menekan tuts piano, memainkannya secara acak dengan gerakan malas. Ia telah menangis sepanjang perjalanan dari Madrid ke Barcelona menggunakan kereta, kata-kata Isabel sangat memukulnya dan membuatnya berpikir keras. Evander pernah meyakinkannya jika restu Raul Torrado bukan hal penting, tetapi dengan semua upaya yang dilakukan ayah Evander untuk memisahkannya dari putranya, Bianca yakin jika Raul tidak akan berhenti sampai di sana. Di masa depan hubungannya dengan Evander pasti tidak akan dibiarkan tenang oleh Raul selama Raul masih menolak kehadirannya. Juga merasa sangat kecewa kepada Evander karena merahasiakan alasan Raul memberikan mobil padanya. Kenapa Evander tidak jujur saja? Bianca merasa harga dirinya terluka karena terlihat seperti seorang penggali emas.“Kau bilang akan pulang bersama Evander beberapa hari lagi dan sekarang kau justru datang sendirian,” kata Estella seraya meletakkan secangkir teh dan piring berisi biskuit ke atas m
Chapter 55Akan Dibuang Seperti sampahSatu minggu kemudian La Luna Florist telah menempati toko di distrik Salamanca, letak toko barunya berada di persimpangan jalan sehingga pajangan di dalam toko bisa dilihat dari luar melalui dua sisi yaitu sisi depan dan sisik kanan. Selain keuntungan dari tampilan, pencahayaan di dalam toko sangat sempurna karena cahaya matahari yang masuk melalui etalase kaca toko sehingga Bianca memilih tempat itu. Hari pertama tokonya beroperasi, Bianca bersama semua pegawainya berdiri di sekitar jalanan pertokoan untuk membagikan seratus tangkai mawar dan kartu nama toko kepada para pejalan kaki. Di hari kedua barulah beberapa orang datang untuk membeli bunga, memang hanya beberapa orang tetapi Bianca percaya pada proses.Saat pertama kali membuka toko juga tokonya tidak langsung memiliki pelanggan, sekarang di tempat baru tentu saja harus memulainya lagi dari awal dan untungnya bukan memulai dari nol karena sebelum pindah Bianca telah menginformasikan ke p
Chapter 54Memarahi Evander“Apa aku masih bisa memesan bunga?” tanya seorang pria yang berdiri di ambang pintu dengan canggung.Bianca menjauhkan lengannya yang melingkar di leher Evander dan melemparkan senyumnya pada pelanggan yang datang dan orang itu adalah Ryan. “Bunga apa yang kau inginkan? Aku bisa menyiapkan jika bunganya tersedia.”“Kalian kan segera tutup, ya?” tanya Ryan seraya mendekati meja konter dan meletakkan siku kirinya di atas meja.“Bukan masalah, kau pelanggan terakhir,” sahut Bianca. “Aku ingin bunga yang melambangkan penyesalan dan permintaan maaf.” Setelah pertemuannya dengan Delina di salon, Bianca belum bertemu Delina lagi. Mereka beberapa kali berkirim pesan, tetapi hanya bertukar kabar tanpa membicarakan hal pribadi. Bahkan kelanjutan hubungan Delina dengan Ryan tidak terdengar ceritanya. Bianca bukan tidak peduli, Delina mengatakan jika bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga berasumsi jika Delina sudah menyelesaikannya dengan baik dan tidak memerlu