Share

PENDEKAR KAPAK TENGKORAK

"Huh. Bedebah. Kita lihat, seberapa tinggi kekuatan bajingan sepertimu. Lalu aku akan memberi tahu namaku di detik-detik kematianmu. Hiaaaa!"

Si pria kekar pun tanpa ragu segera berlari ke arah Panca. Meski tidak mengerti maksud dari si pria kekar ini. Panca tetap meladeninya tanpa takut sedikitpun.

FIUUF FIUFFIUF FIUF

Ayunan kapaknya yang besar dan tebal itu sontak terdengar jelas, seiring Panca bergerak ke kiri dan kanan untuk menghindari kapak tersebut.

Berlangsung beberapa kali pria tinggi kekar itu mengayunkan kapaknya. Namun, masih belum menggertak Panca yang bahkan belum mengambil serangan.

"Cih! Kau meremehkanku?"

Si pria itu melontarkan ucapan yang terdengar kesal, ketika tercipta jarak beberapa meter antara dia dan Panca. Lalu dengan sigap dia menghempaskan kapak besarnya ke samping, yang sesaat memperlihatkan kilau keperakan pada mata kapak.

TAKTAKTAK

Kemudian dia berlari dengan cepat. Namun, kali ini energi yang dirembeskannya cukup agresif, yang dapat dirasakan jelas oleh Panca.

Menghadapi hal tersebut. Panca juga langsung berlari dan segera melakukan perlawanan dengan memberikan tarian tipis-tipis dari jurus-jurus yang dikuasainya.

Dan terlihat Panca masih dapat mengimbangi gerakan si pria itu. Beberapa ayunan tinju, bergerak menghindar, perputar melintang di udara, sapuan telapak, bahkan dapat membuat si pria tersebut menjadi kelimpungan atas potensi yang dimiliki oleh Panca. Apalagi kegesitan Panca yang di atas rata-rata.

BUKBUK ... DUAGH

Dan tidak berlangsung lama. Ketika posisi Panca sedikit berada di udara setelah menghindari ayunan kapak melintang. Panca berhasil melancarkan serangan telapak yang telak mengenai wajah si pria kekar tersebut. Bukan hanya itu. Serangan tersebut dengan cepat disusul oleh sapuan tendangan berputar Panca, yang langsung menghantam rahang kiri yang dipenuhi bewok itu hingga membuat si pria tersebut terpental ke kanan sambil darah segar memuncrat.

TAKTAK

Panca berpijak di tanah, dengan raut wajah yang masih tenang. Sangat menunjukkan sisi kekarismatikannya serta wajah pendekar berpengalaman.

"Sudah berapa jurus?" tanya Panca, mengejek. "Sekarang katakan siapa kau dan apa alasanmu menyerangku!"

Si pria kekar yang rahangnya terasa keram juga wajahnya yang nyut-nyutan itu pun lekas berdiri. Di sekitar bibirnya masih terlihat bekas darah yang dimuntahkan tadi.

"Cuiih! Dasar keparat! Beraninya orang lemah sepertimu menyentuhku?"

Si pria kekar itu memaki dan tidak terima atas serangan Panca barusan.

"Katakan siapa kau!" Panca bertanya kembali. Namun, kali ini dengan nada dan tatapan serius, hingga membuat aura penindasannya merembes keluar tubuh dan sedikit menyentil mental si pria itu.

"Cih! Pendekar sepertimu tidak pantas tahu siapa aku. Karena hari ini kau akan tamat!"

Begitu percaya dirinya dia, yang lalu lekas merogoh sela bajunya untuk mengambil sesuatu. Lalu setelah dia berhasil mengambilnya, dengan cepat dia melemparnya jauh ke atas, melewati tingginya ujung pepohonan.

BUM

Suara ledakan terdengar. Benda yang dilemparkan tadi pecah dan menunjukkan serbuk-serbuk hitam yang sesaat disebarkan oleh angin.

Panca yang menyaksikan itu, terlihat sesaat mendongak dan lalu menurunkan wajahnya yang langsung tersorot pada si pria tersebut.

"Huh. Pengecut."

Panca langsung mengumpat ringan. Menyadari bahwa ledakan yang baru saja terdengar itu adalah sebuah kode. Panca pun perlahan mengangkat tangannya dan menghunuskan pedang guntur naga langitnya yang bertengger di punggung.

SLING

Panca menghempaskan pedangnya ke samping dan menujukkan kilauan cahaya keperakan pedangnya. Namun di sini si pria yang hanya bermodal badan kekar dan bacotan itu, tidak menyadari bahwa pedang tersebut termasuk dari sepuluh pedang kuno legenda yang eksistensi kekuatannya cukup luar biasa.

"Cih. Mengapa? Kau takut?" Si pria itu dengan wajah yang sok keras. "Sebentar lagi, pedangmu itu akan kupatahkan bersamaan dengan tulangmu! Dasar sampah!"

Panca tidak membalas bacotannya. Dia dengan wajah dingin langsung berlari lurus ke arah si pria tersebut, tetapi belum jauh berlari, sontak saja Panca menyadari ada pergerakan kekuatan yang cukup cepat dari belakang, menuju ke arahnya.

SLIRRRT SLING

Dan benar saja. Panca langsung menekan pijakannya hingga dirinya terhempas ke atas dan dengan sekejap memutar tubuh.

Ketika tubuhnya berputar selayaknya putaran angin puting beliung. Dua buah sabit tersambung rantai melintas mengapit tubuhnya dan beberapa sentimeter lagi menyentuh pinggang.

SLAK

Sabit tersebut pun menancap tanah, sedangkan Panca langsung menghentikan putaran tubuhnya dan menghempaskan serangan telapak tangan pada tanah untuk mendorong tubuhnya lebih jauh lagi. Lalu ketika tubuhnya terdorong, Panca langsung melakukan gerakan salto belakang berkali-kali, sehingga ketika sabit yang terancap tadi ditarik, tubuh Panca telah menjauh dari jalur tarikan rantai sabit tersebut.

FUK FUK

Pijakan Panca menyentuh tanah, sedangkan sabit berantai itu kembali kepada pemiliknya yang jauh di atas sana. Setelahnya, pemilik sabit itu mengambil gerakan turun dengan beberapa kali bersalto dan mendarat tepat di dekat si pria kekar.

"Kakak Kapak Tengkorak? Apa yang terjadi?" tanya si pemilik sabit berantai, kemudian menatap ke arah Panca yang berjarak beberapa meter dengan mereka berdua. Dan tentu saja, terlihat dia menggenggam dua sabit seperti sabit malaikat maut, yang miliknya tersambung rantai besi.

Si pria tadi ternyata kerap disapa Pendekar Kapak Tengkorak. Sedang si pria pemilik sabit itu adalah Pendekar Sabit Kematian. Keduanya tergabung dalam kelompok yang bernama Tengkorak Ireng, yang beranggotakan tujuh praktisi kanuragan kuat.

"Di mana yang lain?" tanya Kapak Tengkorak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status