Home / Pendekar / Eksistensi Putra Guntur / DUA EKSISTENSI LAIN

Share

DUA EKSISTENSI LAIN

Author: kazuhiro
last update Last Updated: 2023-01-07 17:24:47

"Mungkin sedang menuju ke sini. Aku sendirian kemari. Tadi melihat sinyal dari Kakak," jawab Sabit Kematian. Lalu dia menoleh ke arah Panca. "Siapa orang itu, Kakak Kapak Tengkorak?"

"Huh. Sebelum aku memberi tahu namanya. Lihatlah wajahnya baik-baik."

Sabit Kematian pun memfokuskan tatapannya pada Panca.

Sebelum turun gunung Blikar, tentunya Panca sudah mempelajari beberapa hal soal desa yang menjadi tempat misinya ini. Mendengar julukan mereka, di sini Panca menyadari bahwa orang yang ada di hadapannya adalah sekelompok bandit yang memang sering membuat onar.

"Apa? Benarkah dia orangnya?" celetuk Sabit Kematian, setelah dia tahu siapa yang dimaksud Kapak Tengkorak.

"Iya. Dia Panca. Yang kini menggemparkan dunia persilatan."

Mendengarnya, Sabit Kematian pun langsung mengambil beberapa langkah sedikit di depan Kapak Tengkorak, lalu menghadapkan tubuhnya lurus ke arah Panca.

"Panca! Sangat bagus kau berada di sini. Kau tidak perlu repot-repot lagi melarikan diri, karena aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!" tandas Sabit Kematian, sambil mengarahkan sabit di tangan kanannya pada Panca.

Panca yang mendengarnya, jelas saja dibuat penasaran mengapa mereka mengetahui namanya dan begitu berniat menyudutkan, yang padahal dia tidak pernah berurusan dengan mereka.

"Jangan banyak bacot! Katakan saja, sebenarnya apa yang kalian inginkan?"

"Huha. Hahahaha! Hahahaha! Berpura-pura naif. Dasar munafik!" hardik Sabit Kematian.

Kemudian Kapak Tengkorak mengambil beberapa langkah, menyejajarkan posisinya dengan Sabit Kematian. "Tikus kecil kita ini tidak takut mati, Sabit. Jangan menahan diri saat bertarung dengannya."

Sabit Kematian pun tersenyum miring, dengan sorotan mata yang sinis. Hanya dengan melihatnya, Panca dapat mengetahui kapabilitas Sabit Kematian ini lebih tinggi dari si Kapak Tengkorak. Keagresifan serangannya juga cukup mumpuni dari si Kapak Tengkorak, dilihat dari serangan tiba-tibanya kepada Panca beberapa saat tadi.

Lalu setelahnya, Sabit Kematian langsung berlari ke arah Panca. Dan benar saja, ayunan demi ayunan serangan sabitnya, cukup membuat Panca langsung meningkatkan kecepatannya untuk menghindar.

TINGTING TING TINGTING

Sesaat terjadi pertukaran kekuatan antara mereka berdua. Dua pusaka tak ayal diayunkan, yang memperdengarkan bunyi bentrokan seiring percikan api terlihat jelas.

Kilau keperakan pedang guntur naga langit Panca sesekali melintas, sementara dua sabit milik Sabit Kematian berwarna hitam, tidak kalah juga menampakkan eksistensinya sehingga menarik perhatian. Terlihat pada satu kesempatan ketika Sabit Kematian menebaskan dua sabitnya secara melintang berlawanan dan Panca menghindar dengan langsung melompat ke udara. Kekuatan tebasan dua sabit itu melesat dan langsung menghantam beberapa batang pohon di sekitar situ hingga terpotong dan tumbang seiring terdengar ledakan.

Sementara itu, Panca yang tampak sedikit di atas Sabit Kematian, langsung mengayungkan ke bawah pedang miliknya untuk sebuah serangan. Namun dengan cepat Sabit Kematian memutar tubuhnya beberapa kali dan seketika berhenti sambil menebaskan sabit di tangan kanannya ke atas.

Dalam sekejap energi cahaya kekuatan sabit Sabit Kematian terhempas menyapu udara.

SLING TING

Karena Panca yang perhatiannya sedikit terkecoh dengan adanya eksistensi lain di sekitar situ selain mereka. Sehingganya Panca agak lengah dan membuatnya terhempas ke belakang setelah pedangnya yang diayunkan ke bawah itu bentrokan dengan tekanan energi kekuatan sabit barusan.

BUGBUG

Panca terhempas dengan beberapa kali bersalto. Namun, benar saja. Eksistensi lain yang dimaksud Panca tadi berupa dua sosok misterius, dengan cepat melesat mendatangi tubuh Panca yang masih di udara, dan menghantamkan serangan tangan telak ke dada Panca. Atas hal tersebut, Panca pun terpental begitu jauh dan tergeletak di tanah.

"Kakak Kapak? Kakak Sabit? Apa yang terjadi? Siapa pria itu?"

Satu dari dua eksistensi yang barusan datang dan menyerang Panca, segera bertanya pada Kapak Tengkorak dan Sabit Kematian, ketika pijakan mereka menyentuh tanah.

"Kalian? Mana yang lain?" tanya Kapak Tengkorak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Irian Bilatu
panjangin dikit babnya. nanggung tuu.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Eksistensi Putra Guntur   KEMBALINYA PANCA

    Sangat familier, hingga sontak mata Wira mendapati sebuah cahaya kebiruan memancar di udara dan jatuh bak meteor tidak jauh di depannya. Bunyi ledakan energi terdengar jelas, seiring hempasan angin yang cukup hebat meluas ke segala arah."Mustahil. Apa aku tidak salah lihat?" celetuk Wira. Kemudian dia berucap lirih, sedikit tertegun. "Tuan?"Di sisi lain, Huzen juga membulatkan matanya. "Apakah ini ...?"Siapa lagi kalau bukan Panca. Terlihat dengan raut tegas, Panca mengayunkan pedang, seiring percikan petir menyelimuti tubuhnya. Hanya butuh sekian detik, para binatang siluman di tempat itu terpental hingga tewas setelah menerima serangan Panca."Tuan? Tuan!"Wira berlari ke arah Panca dengan perasaan sangat senang. Huzen juga menyusul. Tanpa basa-basi Wira memeluk Panca, yang saat itu Panca terdiam sejenak dengan tidak membalas pelukannya."Tuan? Awalnya aku sangat mengkhawatirkanmu, kemudian percaya kau tidak akan kembali, aku pikir aku tidak akan bisa lepas dari merindukanmu. Dan

  • Eksistensi Putra Guntur   ENERGI YANG FAMILIER

    "KHI KHI KHI. Setelah tiga hari tidak bertemu, rupanya kau sudah mengumpulkan nyali untuk bersikap sombong. Huh. Tidak peduli betapa kerasnya kau melatih kemampuanmu. Pada dasarnya ini adalah alam kami dan manusia yang telah sampai di tempat ini, hanyalah daging segar yang pantas untuk dipanggang. KHI KHI KHI.""Jangan banyak omong," sela Panca."KHI KHI KHI. Hajar dia!"Atas perintah pemimpin makhluk neraka alam bawah, seluruh rekannya pun segera berlari ke arah Panca sambil menyeringai. Beberapa dari mereka kemudian melompat dan segera menggempur Panca dengan pedang besar bergerigi.Panca sedikit menyerong kakinya dan bergerak menghindar dengan sangat lihai, yang membuat para makhluk neraka alam bawah itu cukup terkejut. Bagaimana bisa seorang manusia yang tiga hari kemarin sangat lemah, sekarang memiliki kemampuan yang sangat baik.Para makhluk neraka alam bawah itu terus saja mengayunkan pedangnya. Namun, hingga beberapa detik berlangsung, belum ada yang membuat Panca merasa teran

  • Eksistensi Putra Guntur   PEDANG NAGA API

    Leluhur Siang lalu menoleh ke arah Tikus Api Ungu, yang membuat Tikus Api Ungu langsung mengerti. Tikus Api Ungu segera merapalkan beberapa gerakan tangan dan seketika sebilah pedang muncul setelah cahaya keunguan memancar di telapak tangannya."Ambilah. Itu untukmu," ucap Leluhur Siang.Panca agak mendelik, lalu sedikit ragu-ragu mengambil pedang tersebut. Saat Panca menyentuh gagang pedang, pedang tersebut lekas memancarkan cahaya kuning kemerahan."Pedang apa ini, Leluhur Siang?""Pedang Naga Api," jawab Tikus Api Ungu.Hal itu membuat Panca terkejut. Sebagaimana dia ketahui, bahwa Pedang Naga Api adalah salah satu pusaka kuno legendaris yang tidak pernah ada yang tahu keberadaannya. Hanya ada banyak cerita hebat soal pusaka kuno itu, yang bisa membuat para pendekar tergila-gila ingin mendapatkannya."Pedang Naga Api? Benarkah ini untukku?" Panca masih tidak peracaya bahwa dia adalah pewaris dari pusaka luar biasa tersebut. Kini dia memiliki dua pedang yang hebat. "Tentu saja. Na

  • Eksistensi Putra Guntur   LANGKAH MENERIMA TAKDIR

    "Huh. Dasar kalian." Siang Kumandala mengeluh, kemudian segera membuang tatapannya ke arah Panca. "Hey anak muda. Apa yang mereka katakan padamu? Apakah mereka juga bercerita tentang keburukanku?"Siang Kumandala tampak bewibawa dan bersahaja, bahkan kepada Panca yang belum saling kenal.Mendengarnya, Panca terdiam sejenak. Siang Kumandala pun sontak menghilang dari tempatnya dan tiba-tiba telah berada di depan Panca, yang membuat Panca terkejut."Apa yang mereka katakan padamu? Ha? Katakan! Katakan!"Panca tertegun, lalu menggeleng. "Ti-tidak. Tidak ada. Mereka hanya mengatakan hal aneh kepadaku. Mereka mengatakan bahwa aku akan menjadi majikan mereka saat ini dan aku akan mewarisi sesuatu dari majikan mereka sebelumnya."Siang Kumandala tersenyum lebar, yang lekas menampakkan gigi bersihnya. Dia pun segera menghilang dan kembali ke tempatnya tadi."Huh. Aku pikir mereka menceritakan keburukanku. Awas saja," ucap Siang Kumandala."Kami telah mengabdi ratusan tahun, bagaimanapun kondis

  • Eksistensi Putra Guntur   EKSISTENSI JIWA LELUHUR

    "Kita sekarang ada di Kuil Jiwa Leluhur, yang berada di Alam Bawah. Kedatanganmu ke sini, bukan tanpa alasan. Kau ditakdirkan langit untuk berada di sini dan mewarisi peninggalan majikan kami sebelumnya," jelas Tikus Api Ungu.Mendengar hal itu, Panca tampak berpikir. Apakah ini sama dengan Gundal Pama. Lagi dan lagi takdir menemukan Panca, dengan membawa sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya."Alam Bawah? Kuil Jiwa Leluhur?""Ya, Majikan. Kita sekarang berada di Alam Bawah. Jiwamu terjebak di sini atas takdir yang telah ditetapkan. Mungkin sudah bertemu dengan beberapa makhluk di luar sana, sebelum masuk ke tempat ini? Mereka adalah makhluk neraka Alam Bawah."Panca pun teringat dengan para makhluk neraka tadi, membuatnya sedikit mendelik."Aku adalah Tikus Api Ungu, dia adalah Bilah Pedang Kehampaan, dan Majikan bisa memanggil monyet ini dengan sebutan Raja Kabut Hitam. Kami bertiga adalah Prajurit Dewa Alam Bawah, yang ditugaskan untuk menjaga Kuil Jiwa Leluhur ini. Warisan di dala

  • Eksistensi Putra Guntur   KEDATANGAN MAJIKAN

    Jelas Panca tidak akan tinggal diam. Dia merembeskan aura kebiruan miliknya dan segera meladeni gempuran sejumlah makhluk neraka itu.SIUF BUG DUAKBeberapa jurus begitu lihai diperagakan oleh Panca. Menghindar dan menangkis, lalu membalikkan serangan dengan sangat baik. Namun, jumlah kekuatan dari makhluk neraka itu cukup besar, membuat Panca kewalahan menghadapinya.Pada satu kesempatan Panca lengah. Beberapa serangan telak dikirim pada Panca hingga akhirnya Panca terpental ke belakang dan menubruk batu besar di sana hingga retak.BRUK"Uhuk!"Panca terbatuk dan memuntahkan darah segar dari mulutnya."Sial. Mereka terlalu kuat. Aku tidak bisa seperti ini." Panca bergumam, dengan tatapan sinis menyorot ke arah para makhluk neraka.Menyadari perbedaan kekuatan yang cukup jauh, Panca pun segera berbalik dan melesat ke atas batu besar, untuk kemudian melarikan diri."KHI KHI KHI. Kau pikir kau akan lari ke mana?" ujar pemimpin kelompok itu. Segera dia meminta rekannya untuk mengejar Panc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status