Share

DUA EKSISTENSI LAIN

"Mungkin sedang menuju ke sini. Aku sendirian kemari. Tadi melihat sinyal dari Kakak," jawab Sabit Kematian. Lalu dia menoleh ke arah Panca. "Siapa orang itu, Kakak Kapak Tengkorak?"

"Huh. Sebelum aku memberi tahu namanya. Lihatlah wajahnya baik-baik."

Sabit Kematian pun memfokuskan tatapannya pada Panca.

Sebelum turun gunung Blikar, tentunya Panca sudah mempelajari beberapa hal soal desa yang menjadi tempat misinya ini. Mendengar julukan mereka, di sini Panca menyadari bahwa orang yang ada di hadapannya adalah sekelompok bandit yang memang sering membuat onar.

"Apa? Benarkah dia orangnya?" celetuk Sabit Kematian, setelah dia tahu siapa yang dimaksud Kapak Tengkorak.

"Iya. Dia Panca. Yang kini menggemparkan dunia persilatan."

Mendengarnya, Sabit Kematian pun langsung mengambil beberapa langkah sedikit di depan Kapak Tengkorak, lalu menghadapkan tubuhnya lurus ke arah Panca.

"Panca! Sangat bagus kau berada di sini. Kau tidak perlu repot-repot lagi melarikan diri, karena aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!" tandas Sabit Kematian, sambil mengarahkan sabit di tangan kanannya pada Panca.

Panca yang mendengarnya, jelas saja dibuat penasaran mengapa mereka mengetahui namanya dan begitu berniat menyudutkan, yang padahal dia tidak pernah berurusan dengan mereka.

"Jangan banyak bacot! Katakan saja, sebenarnya apa yang kalian inginkan?"

"Huha. Hahahaha! Hahahaha! Berpura-pura naif. Dasar munafik!" hardik Sabit Kematian.

Kemudian Kapak Tengkorak mengambil beberapa langkah, menyejajarkan posisinya dengan Sabit Kematian. "Tikus kecil kita ini tidak takut mati, Sabit. Jangan menahan diri saat bertarung dengannya."

Sabit Kematian pun tersenyum miring, dengan sorotan mata yang sinis. Hanya dengan melihatnya, Panca dapat mengetahui kapabilitas Sabit Kematian ini lebih tinggi dari si Kapak Tengkorak. Keagresifan serangannya juga cukup mumpuni dari si Kapak Tengkorak, dilihat dari serangan tiba-tibanya kepada Panca beberapa saat tadi.

Lalu setelahnya, Sabit Kematian langsung berlari ke arah Panca. Dan benar saja, ayunan demi ayunan serangan sabitnya, cukup membuat Panca langsung meningkatkan kecepatannya untuk menghindar.

TINGTING TING TINGTING

Sesaat terjadi pertukaran kekuatan antara mereka berdua. Dua pusaka tak ayal diayunkan, yang memperdengarkan bunyi bentrokan seiring percikan api terlihat jelas.

Kilau keperakan pedang guntur naga langit Panca sesekali melintas, sementara dua sabit milik Sabit Kematian berwarna hitam, tidak kalah juga menampakkan eksistensinya sehingga menarik perhatian. Terlihat pada satu kesempatan ketika Sabit Kematian menebaskan dua sabitnya secara melintang berlawanan dan Panca menghindar dengan langsung melompat ke udara. Kekuatan tebasan dua sabit itu melesat dan langsung menghantam beberapa batang pohon di sekitar situ hingga terpotong dan tumbang seiring terdengar ledakan.

Sementara itu, Panca yang tampak sedikit di atas Sabit Kematian, langsung mengayungkan ke bawah pedang miliknya untuk sebuah serangan. Namun dengan cepat Sabit Kematian memutar tubuhnya beberapa kali dan seketika berhenti sambil menebaskan sabit di tangan kanannya ke atas.

Dalam sekejap energi cahaya kekuatan sabit Sabit Kematian terhempas menyapu udara.

SLING TING

Karena Panca yang perhatiannya sedikit terkecoh dengan adanya eksistensi lain di sekitar situ selain mereka. Sehingganya Panca agak lengah dan membuatnya terhempas ke belakang setelah pedangnya yang diayunkan ke bawah itu bentrokan dengan tekanan energi kekuatan sabit barusan.

BUGBUG

Panca terhempas dengan beberapa kali bersalto. Namun, benar saja. Eksistensi lain yang dimaksud Panca tadi berupa dua sosok misterius, dengan cepat melesat mendatangi tubuh Panca yang masih di udara, dan menghantamkan serangan tangan telak ke dada Panca. Atas hal tersebut, Panca pun terpental begitu jauh dan tergeletak di tanah.

"Kakak Kapak? Kakak Sabit? Apa yang terjadi? Siapa pria itu?"

Satu dari dua eksistensi yang barusan datang dan menyerang Panca, segera bertanya pada Kapak Tengkorak dan Sabit Kematian, ketika pijakan mereka menyentuh tanah.

"Kalian? Mana yang lain?" tanya Kapak Tengkorak.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Irian Bilatu
panjangin dikit babnya. nanggung tuu.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status