แชร์

4. Tato

ผู้เขียน: Zila Aicha
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-17 21:29:29

Yasa tetap mencoba untuk menjelaskan, “Tuan, saya tidak disuruh oleh siapapun."

"Saya menyelamatkan Anda karena saya membutuhkan kekuatan Anda," lanjut Yasa.

Elang menatap Yasa dengan tatapan aneh, "Menyelamatkanmu? Maksudnya?"

"Saya menderita sebuah penyakit langka yang aneh, hanya Anda yang mampu menyembuhkan saya," jelas Yasa.

Elang melirik CEO muda dengan tatapan menilai dan kemudian berkata, "Kau tidak terlihat seperti orang sakit."

Dia tidak mengada-ada. Yasa Wiraya terlihat begitu sehat dan tidak kekurangan apapun. Dia bahkan memiliki tubuh atletis yang merupakan impian para pria.

Lantas, bagaimana mungkin dia menderita sebuah penyakit? Elang tidak mempercayainya.

"Penyakit saya tidak bisa terlihat dari luar, Tuan. Ada banyak masalah di tubuh saya dan hanya dengan kekuatan energi naga yang Anda milikilah saya bisa sembuh," kata Yasa dengan sabar.

"Dan bagaimana bisa aku melakukannya? Aku bukan dokter. Aku hanya seorang pelayan biasa, Tuan," kata Elang yang semakin heran."

"Tuan, Anda-"

"Ini mumpung kita berada di rumah sakit, bagaimana kalau kau mencari dokter terbaik di sini?" usul Elang.

Yasa tersenyum samar, tidak terlihat kesal dengan perkataan Elang. Dia hanya berujar, "Saya sudah bertemu dengan ratusan dokter, Tuan. Tapi tidak ada satupun yang bisa menyembuhkan penyakit saya."

Elang menghela napas jengkel, "Kalau dokter saja tidak menyembuhkanmu, bagaimana mungkin aku bisa melakukannya?"

Yandra yang mendengar hal itu mendesah pelan tapi tetap berdiri di samping ranjang Elang meskipun anehnya saat ini dia merasa sedikit agak kesal pada pria muda itu. 

Namun, mengingat bahwa tuannya sangat membutuhkan kekuatan Elang untuk menyembuhkannya, dia tidak memiliki pilihan lain selain menahan diri menghadapi sikap menjengkelkan Elang. 

"Ini karena energi di dalam tubuh Anda baru saja mengalir, belum sempurna. Lebih baik Anda istirahat!" ucap Yasa.

Elang tidak menanggapinya dan hanya naik ke atas ranjang lalu memejamkan mata.

Yandra melirik ke arah Yasa yang ternyata tidak terpengaruh dengan sikap Elang yang menjengkelkan itu.

Yasa malah berkata lagi, “Sebenarnya ada satu cara lain yang mungkin bisa Anda lakukan untuk membuktikan bahwa perkataan saya ini benar atau tidak tentang Anda yang merupakan pewaris ilmu Raja Naga.”

Elang tidak menanggapi tapi tetap mendengarkan. 

Yasa tersenyum cerah, sebab dia tahu bahwa Elang yang terdiam itu justru sedang menyimak apa yang dia bicarakan. 

“Yang bisa melihat tato itu hanyalah Anda dan orang-orang yang memiliki ikatan darah dengan Anda. Selain itu, tidak akan ada yang bisa melihatnya.”

Penjelasan Yasa seketika membuat Elang membuka matanya lebar-lebar. 

"Maksudmu ... kau salah satu anggota keluargaku? Mana mungkin?" ucap Elang yang langsung duduk menatap Yasa.

Yasa menjawab, "Faktanya memang begitu. Saya dan Anda masih memiliki hubungan darah, meskipun sangat jauh."

Elang terdiam, pria itu memilih untuk tidak memberikan reaksi apapun dan memikirkan sesuatu. 

Yandra yang begitu lega karena Yasa mendapatkan ide yang sangat brilian untuk membuat Elang mengerti sepenuhnya itu ikut berbicara, “Jadi, Anda bisa bertanya pada semua orang yang ada di rumah sakit ini. Saya bisa menjamin seratus persen bahwa tidak akan ada satupun dari mereka yang bisa melihat tato Anda.”

“Jika pun ada yang bisa melihatnya, berarti orang itu adalah salah satu kerabat Anda,” Yandra menambahkan.

Dua pria itu memang tidak mendapatkan tanggapan dari Elang. Namun, mereka sangat yakin bahwa Elang pasti akan mencari cara untuk membuktikan bahwa dialah yang benar. 

Seolah sengaja memberikan kesempatan bagi Elang untuk melakukan apa saja yang dia inginkan, Yasa pun berujar, “Tuan, saya akan pergi selama beberapa saat bersama Yandra.”

“Ada beberapa asisten dan pengawal yang saya tempatkan di luar ruangan ini. Jika Anda membutuhkan bantuan, Anda bisa menyampaikannya pada mereka dan saya pasti akan segera datang ke sini,” kata Yasa.

Setelah mengatakan hal itu, Yasa membungkukkan badannya dengan begitu hormat pada Elang lalu kemudian pergi bersama dengan Yandra yang berharap rajanya akan segera mempercayai mereka. 

Ketika mereka sudah berada di luar ruangan Elang, Yandra pun bertanya pada Yasa, “Apakah tidak apa-apa membiarkan dia sendirian, Tuan? Dia tidak akan kabur?”

“Dia tidak akan kabur,” Yasa membalas dengan alis terangkat sebelah dan senyum di bibir.

Yandra awalnya bingung, tapi kemudian dia pun memahami sepenuhnya perkataannya Yasa.

Yasa dan Yandra dikawal oleh beberapa pengawal berjalan menuju ke arah ruangan yang tidak terlalu jauh dari kamar yang ditempati oleh Elang.

Ruangan itu adalah sebuah ruangan kendali yang khusus digunakan oleh Yasa. Dia bisa mendapatkan ruang khusus itu karena memang dialah pemilik rumah sakit tersebut. 

Rumah Sakit Hutan Hijau merupakan salah satu rumah sakit yang berada di bawah naungan yayasan yang dimiliki oleh Yasa Wiraya, Wiraya Corporation.

Maka dari itu, dengan begitu mudahnya dia memerintahkan para dokter untuk memeriksa keadaan rajanya. 

Yasa tidak memberitahu tentang kepemilikannya pada rumah sakit itu untuk menghindari ketidaknyamanan Elang.

Dia yang sudah menduga bahwa Elang tidak akan mudah mempercayai dirinya harus menggunakan berbagai macam cara, termasuk menyembunyikan beberapa hal mengenai dirinya. 

Dia berpikir bahwa jika dia mengatakan rumah sakit itu miliknya, Elang akan lebih sulit percaya kepadanya. 

Yasa duduk di sebuah kursi yang nyaman dengan berbagai monitor yang ada di depannya.

Yandra berdiri di belakangnya sambil mengawasi salah satu monitor nomor dua belas yang menunjukkan bagian keluar kamar yang ditempati oleh Elang.

Setelah hampir tiga puluh menit lamanya mereka menunggu, mereka pun melihat secercah harapan ketika mereka melihat Elang keluar dari kamar itu.

Sementara itu, Elang yang tidak tahu bahwa dirinya sedang ditonton oleh dua pria yang mengaku sebagai pelayannya di kehidupan sebelumnya itu, cukup kaget ketika melihat banyak orang yang berada di depan kamarnya. 

Begitu dia hendak melangkah menjauh dari kamar itu, seorang pria berkacamata hitam dengan setelan jas hitam berjalan mendekat ke arahnya. 

“Tuan, apakah ada yang bisa kami bantu?” 

Elang mengerutkan kening. 

Sialan, aku pikir dia sedang membuat lelucon ketika mengatakan dia menempatkan penjaga dan asisten di depan kamarku, Elang membatin.

“Tidak ada, aku hanya ingin berjalan-jalan saja,” jawab Elang.

Pria yang Elang tebak merupakan seorang pengawal itu pun kembali berbicara, “Apakah Anda ingin ditemani, Tuan?”

“Ti-tidak, terima kasih. Aku tidak akan lama, hanya melihat-lihat area rumah sakit ini sebentar saja,” kata Elang yang tentu saja menolak mentah-mentah tawaran itu. 

Jika tidak, tentu saja Elang akan kesulitan bergerak dan dua orang aneh itu akan langsung tahu bahwa dia ingin membuktikan kebenaran atas perkataan mereka. 

“Kalau begitu silakan, Tuan. Mohon beritahu kami jika Anda membutuhkan sesuatu. Kami akan tetap berada di sekitar sini.”

Elang menganggukkan kepalanya dan buru-buru meninggalkan area itu. 

Dia melihat-lihat area rumah sakit tersebut dan baru tak sadar bahwa ternyata rumah sakit itu begitu sangat mewah.

Rumah sakit itu adalah jenis rumah sakit yang tidak mungkin akan didatangi oleh Elang ketika dia sakit.

Hanya melihat dari bangunannya saja, Elang langsung tahu bahwa dia harus merogoh kantong yang begitu dalam untuk membayar biaya perawatan di rumah sakit itu. 

Dia kemudian berhenti di sebuah lorong dan mulai ragu-ragu. 

“Bagaimana caranya membuat orang mau melihat punggungku?”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Elang, Si Dewa Medis   8. Ini Bukan Salahku!

    Daiva tidak menjawab pertanyaan Elang.Sang model profesional dengan bayaran yang sangat fantastis itu hanya diam saja dan menatap punggung mantan kekasihnya tanpa melakukan gerakan apapun. Di saat tidak mendapatkan jawaban dari Daiva, Elang pun mulai tidak sabar. Pria muda itu menggelengkan kepalanya, tidak yakin akan sesuatu yang telah disampaikan oleh dua pria yang menolongnya itu. Mengingat apa yang telah dia lakukan, Elang ingin sekali menjambak rambutnya sendiri karena sudah terlalu mudah dimanipulasi oleh dua pria asing itu. Tapi, Elang tidak bisa mundur lagi lalu langsung bertanya, “Coba, Daiva. Kamu beritahu aku, apa yang kamu lihat di punggungku?”Daiva yang merasa pertanyaan Elang terdengar aneh pun balik bertanya, “Elang, apa kamu ingin mengecek mataku?” Elang hampir saja akan membalas tetapi Daiva rupanya jauh lebih cepat darinya dan buru-buru berujar lagi, “Jangan khawatir! Aku selalu rutin mengecek mataku di dokter mata dan sampai detik ini aku tidak memiliki gangg

  • Elang, Si Dewa Medis   7. Kenapa Punggungmu?

    Daiva menghela napas panjang dan kemudian bersandar pada dinding, “Elang, aku … aku ….”Melihat kegugupan Daiva, Elang langsung bisa memahami sesuatu. “Jadi, benar … orang itu mungkin kekasihmu?”Daiva menundukkan kepala. Elang mendesah pelan, “Tapi … mengapa dia melakukannya? Kau tahu betul aku tidak melakukan apapun kepadamu. Apa kau mengatakan sesuatu kepadanya hingga dia salah paham?”Daiva tidak menjawab dan hanya diam. “Daiva, tolong jangan diam saja!” desak Elang.Daiva yang lelah ditekan akhirnya mengangkat kepala dan berkata, “Aku tahu. Aku tahu, Elang. Maafkan aku. Aku hanya bingung dan sangat frustasi.”Gadis yang merupakan seorang model profesional itu pun tiba-tiba saja memasang ekspresi memelas hingga membuat Elang menjadi iba. “Memang ada apa, Daiva?” Elang bertanya pada gadis yang tidak pernah dibencinya meskipun dia telah meninggalkannya. Mendadak Daiva menangis, “Lelaki itu … aku sudah tidak tahan dengannya dan ingin lepas darinya. Dia memang sangat kaya dan sela

  • Elang, Si Dewa Medis   6. Ada Apa, Daiva?

    Dia terdiam dan kembali memutar otaknya untuk menemukan segala kemungkinan. Hanya dalam beberapa menit, Yandra telah kembali ke sisinya. Pria itu sudah membawa beberapa informasi penting tentang wanita itu. “Bagaimana hasilnya?” Yasa bertanya dengan tidak sabar.Yandra pun menjelaskan apa yang dia dapatkan, “Dia adalah Daiva Gunawan, seorang model papan atas yang saat ini menjalin hubungan dengan Cakra Buana.”Nama itu terdengar tidak asing untuk Yasa.“Cakra Buana?” Yasa mengulang nama itu dan dengan mudah dia bisa mengingat tentang pria yang juga telah malang melintang di dunia bisnis.Orang yang disebutkan oleh Yandra itu tidak lain adalah salah satu pesaing bisnisnya di bidang perhotelan. “Lantas … apa hubungan wanita ini dengan Elang, Yandra?” Yandra pun menjawab, “Wanita ini pernah menjalin hubungan dengan Tuan Elang. Dia … meninggalkannya karena uang.”Begitu mendengar cerita itu, Yasa menggertakkan giginya karena jengkel. “Uang? Astaga! Dasar wanita matrealistis!” ucap Ya

  • Elang, Si Dewa Medis   5. Siapa Dia?

    Akan tetapi, dia segera teringat bahwa dirinya adalah seorang pasien. Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepalanya. Segera saja dia berjalan ke arah beberapa perawat wanita dan berpura-pura sedang kesakitan.“Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?”“Anda dirawat di ruang mana? Biar saya bantu untuk kembali ke sana.”“Dokter Anda siapa? Saya akan segera memanggil dokter Anda.”Ketiga perawat itu tentu saja langsung menawarkan bantuan pada Elang yang memang wajahnya masih terlihat agak pucat.Elang menggelengkan kepalanya, “Saya … hanya merasa punggung saya agak sakit.”“Oh, apakah Anda mengalami patah tulang?”Elang kembali menggelengkan kepalanya dan berbicara, “Tidak, tapi saya tidak tahu mengapa punggung saya terasa begitu sakit. Apakah saya boleh meminta bantuan?”“Bantuan apa, Tuan?” tanya salah satu dari perawat itu.Elang dengan memasang ekspresi wajah terlihat kesakitan menjawab, “Bisakah Anda melihat punggung saya. Maksud saya … apakah ada hal yang aneh di punggung saya?” Ke

  • Elang, Si Dewa Medis   4. Tato

    Yasa tetap mencoba untuk menjelaskan, “Tuan, saya tidak disuruh oleh siapapun.""Saya menyelamatkan Anda karena saya membutuhkan kekuatan Anda," lanjut Yasa.Elang menatap Yasa dengan tatapan aneh, "Menyelamatkanmu? Maksudnya?""Saya menderita sebuah penyakit langka yang aneh, hanya Anda yang mampu menyembuhkan saya," jelas Yasa.Elang melirik CEO muda dengan tatapan menilai dan kemudian berkata, "Kau tidak terlihat seperti orang sakit."Dia tidak mengada-ada. Yasa Wiraya terlihat begitu sehat dan tidak kekurangan apapun. Dia bahkan memiliki tubuh atletis yang merupakan impian para pria.Lantas, bagaimana mungkin dia menderita sebuah penyakit? Elang tidak mempercayainya."Penyakit saya tidak bisa terlihat dari luar, Tuan. Ada banyak masalah di tubuh saya dan hanya dengan kekuatan energi naga yang Anda milikilah saya bisa sembuh," kata Yasa dengan sabar."Dan bagaimana bisa aku melakukannya? Aku bukan dokter. Aku hanya seorang pelayan biasa, Tuan," kata Elang yang semakin heran.""Tuan

  • Elang, Si Dewa Medis   3. Sebuah Tanda

    Mempercayai dua orang gila ini? Ah, itu jelas mustahil bagi seorang Elang Viscala yang notabene selalu berpikir secara rasional.Dia jelas masih sangat waras. Dia tidak percaya hal-hal seperti yang dijelaskan oleh dua pria yang terlihat normal tapi ternyata memiliki gangguan otak itu. Tapi, dia sangat penasaran tentang punggungnya yang begitu sakit itu. Dokter yang memeriksanya tidak menemukan adanya gangguan pada tubuhnya. Namun, dia tidak bisa menampik bahwa sakit yang dia rasakan malam itu di luar batas yang bisa dia tahan. Terlalu menyakitkan sampai akhirnya dia tidak sanggup menahannya.Dikarenakan rasa penasaran yang hampir mencekik lehernya, Elang akhirnya memutuskan untuk menelan ocehan tidak masuk akal itu.“Jika penjelasanmu itu memang memang masuk akal, aku … mungkin akan percaya.”Yasa tersenyum lega mendengarnya. Walaupun dia tahu, ekspresi mata Elang menunjukkan hal yang sebaliknya. Jelas sekali Elang tidak akan percaya dengan mudah kepadanya.Namun, Yasa sudah cukup

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status