แชร์

6. Ada Apa, Daiva?

ผู้เขียน: Zila Aicha
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-25 13:18:19

Dia terdiam dan kembali memutar otaknya untuk menemukan segala kemungkinan. 

Hanya dalam beberapa menit, Yandra telah kembali ke sisinya. Pria itu sudah membawa beberapa informasi penting tentang wanita itu. 

“Bagaimana hasilnya?” Yasa bertanya dengan tidak sabar.

Yandra pun menjelaskan apa yang dia dapatkan, “Dia adalah Daiva Gunawan, seorang model papan atas yang saat ini menjalin hubungan dengan Cakra Buana.”

Nama itu terdengar tidak asing untuk Yasa.

“Cakra Buana?” Yasa mengulang nama itu dan dengan mudah dia bisa mengingat tentang pria yang juga telah malang melintang di dunia bisnis.

Orang yang disebutkan oleh Yandra itu tidak lain adalah salah satu pesaing bisnisnya di bidang perhotelan. 

“Lantas … apa hubungan wanita ini dengan Elang, Yandra?” 

Yandra pun menjawab, “Wanita ini pernah menjalin hubungan dengan Tuan Elang. Dia … meninggalkannya karena uang.”

Begitu mendengar cerita itu, Yasa menggertakkan giginya karena jengkel. 

“Uang? Astaga! Dasar wanita matrealistis!” ucap Yasa yang tidak bisa menahan rasa kesalnya. 

“Yandra, lalu apa hubungan Cakra Buana dengan raja?” Yasa tiba-tiba kembali memasang ekspresi serius. 

Yandra yang sebelumnya juga telah menyelidiki tentang pria itu pun menjawab, “Mereka tidak memiliki hubungan apapun. Mereka hanya terhubung karena wanita ini, Tuan.”

Memang tidak ditemukan sebuah catatan ataupun foto di mana Elang dan Cakra pernah bertemu sebelumnya.

“Tunggu dulu, apakah mungkin jika Cakra Buana ini adalah orang di balik penculikan dan pemukulan yang terjadi pada Elang?” Yasa langsung berdiri karena emosi yang mendadak menyeruak di dadanya.

Dia tidak akan pernah bisa menerima hal itu. Siapapun yang berani menyakiti pewaris Ilmu Raja Naga ini akan berakhir menderita di tangannya. Tidak akan dia biarkan siapapun menyentuh Elang bisa hidup dengan tenang.

Yandra membalasnya dengan tatapan tidak yakin.

Dia pun berujar dengan hati-hati, “Tuan, Cakra Buana adalah seorang pebisnis besar. Sedangkan Tuan Elang adalah seorang pelayan biasa. Mengapa dia melakukan hal itu pada Tuan Elang?”

Yasa terdiam dan mencoba untuk menggali lebih dalam. 

Jika dilihat dari kacamata orang biasa, jelas sekali kedua orang itu tidak mungkin berkaitan. 

Mereka jelas-jelas berada di bidang yang berbeda. Selain itu, status sosial mereka pun juga sangat jauh berbeda. 

Sejak menemukan Elang, Yasa sudah menyelidiki kehidupan Elang tapi memang belum secara menyeluruh.

Elang Viscala adalah seorang pria yang memiliki banyak sekali keterbatasan, salah satunya adalah dalam ekonomi. Penghasilannya sebagai seorang pelayan restoran bisa dibilang hanya cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. 

Sedangkan Cakra Buana, berbanding terbalik dari Elang. Pria itu bergelimpangan harta dan nyaris tidak pernah mengalami kesusahan sedikitpun. 

Melihat dari status sosial yang sangat jauh berbeda itu, Yasa bahkan bisa memastikan bahwa dua orang itu tidak mungkin bertemu atau bahkan saling melintas.

Akan tetapi, ketika dia ingat bahwa dua orang itu terhubung melalui seorang wanita yang sama, Yasa pun berpikir bahwa bisa saja mereka kemungkinan pernah bertemu.

“Cari tahu masalah ini secepatnya, Yandra. Aku ingin tahu apakah Cakra Buana memang orang di balik penyerangan terhadap Elang.”

Yandra mengangguk dengan patuh, “Baik, Tuan.”

Sementara itu, Elang Viscala yang telah menunggu dengan sabar akhirnya mendapatkan kesempatannya. 

Saat itu Daiva Gunawan sedang sendirian, seakan sedang menunggu sesuatu. 

Elang bergegas berjalan ke arah wanita itu dan menyapanya dengan ramah, “Daiva.”

Gadis yang dipanggil namanya itu langsung menoleh ke arah Elang.

Matanya terbuka lebar seolah-olah dia seperti sedang melihat hantu. 

“Elang, kamu … kenapa kamu bisa ada di sini?” Daiva bertanya dengan ekspresi terkejut sekaligus takut. 

Sebelum Elang sempat menjawab pertanyaan gadis itu, Daiva sudah menyeretnya dengan menggandeng Elang.

Wanita itu melihat sekelilingnya sedang memastikan bahwa tidak ada orang yang memperhatikan mereka. 

Elang mengernyitkan dahi melihat sikap Daiva, “Ada apa, Daiva? Apa yang kamu-”

“Ssst!” Daiva menyuruh pria itu terdiam dan buru-buru mendorong Elang untuk masuk ke dalam sebuah ruangan. 

Elang yang terkejut itu pun langsung bertanya, “Daiva, apa yang sedang kamu lakukan?” 

Daiva melongok ke arah luar pintu dan ketika dia merasa keadaan sudah aman, dia lalu menutup pintu itu.

Selanjutnya wanita itu menoleh ke arah Elang dan bertanya, “Kenapa kamu bisa ada di sini, Elang?”

Elang merasa aneh dengan sikap Daiva tetapi dengan santai dia pun menjawab, “Aku dirawat di rumah sakit ini.”

Daiva membelalakkan matanya, “Kamu dirawat … di sini? Kamu sakit?”

“Bukankah kamu baik-baik saja ketika makan malam denganku semalam?” Daiva bertanya dengan alis mengerut. 

Elang menggelengkan kepalanya, “Ada sesuatu yang terjadi denganku.”

Pria itu pun menjelaskan bagaimana dia diculik oleh orang-orang yang tidak dia kenal dan berakhir dipukuli serta disiksa dengan cara yang mengerikan. 

“Dia seperti sangat cemburu. Apa … orang itu mungkin kekasihmu?”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Elang, Si Dewa Medis   8. Ini Bukan Salahku!

    Daiva tidak menjawab pertanyaan Elang.Sang model profesional dengan bayaran yang sangat fantastis itu hanya diam saja dan menatap punggung mantan kekasihnya tanpa melakukan gerakan apapun. Di saat tidak mendapatkan jawaban dari Daiva, Elang pun mulai tidak sabar. Pria muda itu menggelengkan kepalanya, tidak yakin akan sesuatu yang telah disampaikan oleh dua pria yang menolongnya itu. Mengingat apa yang telah dia lakukan, Elang ingin sekali menjambak rambutnya sendiri karena sudah terlalu mudah dimanipulasi oleh dua pria asing itu. Tapi, Elang tidak bisa mundur lagi lalu langsung bertanya, “Coba, Daiva. Kamu beritahu aku, apa yang kamu lihat di punggungku?”Daiva yang merasa pertanyaan Elang terdengar aneh pun balik bertanya, “Elang, apa kamu ingin mengecek mataku?” Elang hampir saja akan membalas tetapi Daiva rupanya jauh lebih cepat darinya dan buru-buru berujar lagi, “Jangan khawatir! Aku selalu rutin mengecek mataku di dokter mata dan sampai detik ini aku tidak memiliki gangg

  • Elang, Si Dewa Medis   7. Kenapa Punggungmu?

    Daiva menghela napas panjang dan kemudian bersandar pada dinding, “Elang, aku … aku ….”Melihat kegugupan Daiva, Elang langsung bisa memahami sesuatu. “Jadi, benar … orang itu mungkin kekasihmu?”Daiva menundukkan kepala. Elang mendesah pelan, “Tapi … mengapa dia melakukannya? Kau tahu betul aku tidak melakukan apapun kepadamu. Apa kau mengatakan sesuatu kepadanya hingga dia salah paham?”Daiva tidak menjawab dan hanya diam. “Daiva, tolong jangan diam saja!” desak Elang.Daiva yang lelah ditekan akhirnya mengangkat kepala dan berkata, “Aku tahu. Aku tahu, Elang. Maafkan aku. Aku hanya bingung dan sangat frustasi.”Gadis yang merupakan seorang model profesional itu pun tiba-tiba saja memasang ekspresi memelas hingga membuat Elang menjadi iba. “Memang ada apa, Daiva?” Elang bertanya pada gadis yang tidak pernah dibencinya meskipun dia telah meninggalkannya. Mendadak Daiva menangis, “Lelaki itu … aku sudah tidak tahan dengannya dan ingin lepas darinya. Dia memang sangat kaya dan sela

  • Elang, Si Dewa Medis   6. Ada Apa, Daiva?

    Dia terdiam dan kembali memutar otaknya untuk menemukan segala kemungkinan. Hanya dalam beberapa menit, Yandra telah kembali ke sisinya. Pria itu sudah membawa beberapa informasi penting tentang wanita itu. “Bagaimana hasilnya?” Yasa bertanya dengan tidak sabar.Yandra pun menjelaskan apa yang dia dapatkan, “Dia adalah Daiva Gunawan, seorang model papan atas yang saat ini menjalin hubungan dengan Cakra Buana.”Nama itu terdengar tidak asing untuk Yasa.“Cakra Buana?” Yasa mengulang nama itu dan dengan mudah dia bisa mengingat tentang pria yang juga telah malang melintang di dunia bisnis.Orang yang disebutkan oleh Yandra itu tidak lain adalah salah satu pesaing bisnisnya di bidang perhotelan. “Lantas … apa hubungan wanita ini dengan Elang, Yandra?” Yandra pun menjawab, “Wanita ini pernah menjalin hubungan dengan Tuan Elang. Dia … meninggalkannya karena uang.”Begitu mendengar cerita itu, Yasa menggertakkan giginya karena jengkel. “Uang? Astaga! Dasar wanita matrealistis!” ucap Ya

  • Elang, Si Dewa Medis   5. Siapa Dia?

    Akan tetapi, dia segera teringat bahwa dirinya adalah seorang pasien. Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepalanya. Segera saja dia berjalan ke arah beberapa perawat wanita dan berpura-pura sedang kesakitan.“Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?”“Anda dirawat di ruang mana? Biar saya bantu untuk kembali ke sana.”“Dokter Anda siapa? Saya akan segera memanggil dokter Anda.”Ketiga perawat itu tentu saja langsung menawarkan bantuan pada Elang yang memang wajahnya masih terlihat agak pucat.Elang menggelengkan kepalanya, “Saya … hanya merasa punggung saya agak sakit.”“Oh, apakah Anda mengalami patah tulang?”Elang kembali menggelengkan kepalanya dan berbicara, “Tidak, tapi saya tidak tahu mengapa punggung saya terasa begitu sakit. Apakah saya boleh meminta bantuan?”“Bantuan apa, Tuan?” tanya salah satu dari perawat itu.Elang dengan memasang ekspresi wajah terlihat kesakitan menjawab, “Bisakah Anda melihat punggung saya. Maksud saya … apakah ada hal yang aneh di punggung saya?” Ke

  • Elang, Si Dewa Medis   4. Tato

    Yasa tetap mencoba untuk menjelaskan, “Tuan, saya tidak disuruh oleh siapapun.""Saya menyelamatkan Anda karena saya membutuhkan kekuatan Anda," lanjut Yasa.Elang menatap Yasa dengan tatapan aneh, "Menyelamatkanmu? Maksudnya?""Saya menderita sebuah penyakit langka yang aneh, hanya Anda yang mampu menyembuhkan saya," jelas Yasa.Elang melirik CEO muda dengan tatapan menilai dan kemudian berkata, "Kau tidak terlihat seperti orang sakit."Dia tidak mengada-ada. Yasa Wiraya terlihat begitu sehat dan tidak kekurangan apapun. Dia bahkan memiliki tubuh atletis yang merupakan impian para pria.Lantas, bagaimana mungkin dia menderita sebuah penyakit? Elang tidak mempercayainya."Penyakit saya tidak bisa terlihat dari luar, Tuan. Ada banyak masalah di tubuh saya dan hanya dengan kekuatan energi naga yang Anda milikilah saya bisa sembuh," kata Yasa dengan sabar."Dan bagaimana bisa aku melakukannya? Aku bukan dokter. Aku hanya seorang pelayan biasa, Tuan," kata Elang yang semakin heran.""Tuan

  • Elang, Si Dewa Medis   3. Sebuah Tanda

    Mempercayai dua orang gila ini? Ah, itu jelas mustahil bagi seorang Elang Viscala yang notabene selalu berpikir secara rasional.Dia jelas masih sangat waras. Dia tidak percaya hal-hal seperti yang dijelaskan oleh dua pria yang terlihat normal tapi ternyata memiliki gangguan otak itu. Tapi, dia sangat penasaran tentang punggungnya yang begitu sakit itu. Dokter yang memeriksanya tidak menemukan adanya gangguan pada tubuhnya. Namun, dia tidak bisa menampik bahwa sakit yang dia rasakan malam itu di luar batas yang bisa dia tahan. Terlalu menyakitkan sampai akhirnya dia tidak sanggup menahannya.Dikarenakan rasa penasaran yang hampir mencekik lehernya, Elang akhirnya memutuskan untuk menelan ocehan tidak masuk akal itu.“Jika penjelasanmu itu memang memang masuk akal, aku … mungkin akan percaya.”Yasa tersenyum lega mendengarnya. Walaupun dia tahu, ekspresi mata Elang menunjukkan hal yang sebaliknya. Jelas sekali Elang tidak akan percaya dengan mudah kepadanya.Namun, Yasa sudah cukup

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status