Home / Fantasi / Elang, Si Dewa Medis / 7. Kenapa Punggungmu?

Share

7. Kenapa Punggungmu?

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2025-11-25 13:28:36

Daiva menghela napas panjang dan kemudian bersandar pada dinding, “Elang, aku … aku ….”

Melihat kegugupan Daiva, Elang langsung bisa memahami sesuatu. “Jadi, benar … orang itu mungkin kekasihmu?”

Daiva menundukkan kepala.

Elang mendesah pelan, “Tapi … mengapa dia melakukannya? Kau tahu betul aku tidak melakukan apapun kepadamu. Apa kau mengatakan sesuatu kepadanya hingga dia salah paham?”

Daiva tidak menjawab dan hanya diam.

“Daiva, tolong jangan diam saja!” desak Elang.

Daiva yang lelah ditekan akhirnya mengangkat kepala dan berkata, “Aku tahu. Aku tahu, Elang. Maafkan aku. Aku hanya bingung dan sangat frustasi.”

Gadis yang merupakan seorang model profesional itu pun tiba-tiba saja memasang ekspresi memelas hingga membuat Elang menjadi iba.

“Memang ada apa, Daiva?” Elang bertanya pada gadis yang tidak pernah dibencinya meskipun dia telah meninggalkannya.

Mendadak Daiva menangis, “Lelaki itu … aku sudah tidak tahan dengannya dan ingin lepas darinya. Dia memang sangat kaya dan sela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Elang, Si Dewa Medis   8. Ini Bukan Salahku!

    Daiva tidak menjawab pertanyaan Elang.Sang model profesional dengan bayaran yang sangat fantastis itu hanya diam saja dan menatap punggung mantan kekasihnya tanpa melakukan gerakan apapun. Di saat tidak mendapatkan jawaban dari Daiva, Elang pun mulai tidak sabar. Pria muda itu menggelengkan kepalanya, tidak yakin akan sesuatu yang telah disampaikan oleh dua pria yang menolongnya itu. Mengingat apa yang telah dia lakukan, Elang ingin sekali menjambak rambutnya sendiri karena sudah terlalu mudah dimanipulasi oleh dua pria asing itu. Tapi, Elang tidak bisa mundur lagi lalu langsung bertanya, “Coba, Daiva. Kamu beritahu aku, apa yang kamu lihat di punggungku?”Daiva yang merasa pertanyaan Elang terdengar aneh pun balik bertanya, “Elang, apa kamu ingin mengecek mataku?” Elang hampir saja akan membalas tetapi Daiva rupanya jauh lebih cepat darinya dan buru-buru berujar lagi, “Jangan khawatir! Aku selalu rutin mengecek mataku di dokter mata dan sampai detik ini aku tidak memiliki gangg

  • Elang, Si Dewa Medis   7. Kenapa Punggungmu?

    Daiva menghela napas panjang dan kemudian bersandar pada dinding, “Elang, aku … aku ….”Melihat kegugupan Daiva, Elang langsung bisa memahami sesuatu. “Jadi, benar … orang itu mungkin kekasihmu?”Daiva menundukkan kepala. Elang mendesah pelan, “Tapi … mengapa dia melakukannya? Kau tahu betul aku tidak melakukan apapun kepadamu. Apa kau mengatakan sesuatu kepadanya hingga dia salah paham?”Daiva tidak menjawab dan hanya diam. “Daiva, tolong jangan diam saja!” desak Elang.Daiva yang lelah ditekan akhirnya mengangkat kepala dan berkata, “Aku tahu. Aku tahu, Elang. Maafkan aku. Aku hanya bingung dan sangat frustasi.”Gadis yang merupakan seorang model profesional itu pun tiba-tiba saja memasang ekspresi memelas hingga membuat Elang menjadi iba. “Memang ada apa, Daiva?” Elang bertanya pada gadis yang tidak pernah dibencinya meskipun dia telah meninggalkannya. Mendadak Daiva menangis, “Lelaki itu … aku sudah tidak tahan dengannya dan ingin lepas darinya. Dia memang sangat kaya dan sela

  • Elang, Si Dewa Medis   6. Ada Apa, Daiva?

    Dia terdiam dan kembali memutar otaknya untuk menemukan segala kemungkinan. Hanya dalam beberapa menit, Yandra telah kembali ke sisinya. Pria itu sudah membawa beberapa informasi penting tentang wanita itu. “Bagaimana hasilnya?” Yasa bertanya dengan tidak sabar.Yandra pun menjelaskan apa yang dia dapatkan, “Dia adalah Daiva Gunawan, seorang model papan atas yang saat ini menjalin hubungan dengan Cakra Buana.”Nama itu terdengar tidak asing untuk Yasa.“Cakra Buana?” Yasa mengulang nama itu dan dengan mudah dia bisa mengingat tentang pria yang juga telah malang melintang di dunia bisnis.Orang yang disebutkan oleh Yandra itu tidak lain adalah salah satu pesaing bisnisnya di bidang perhotelan. “Lantas … apa hubungan wanita ini dengan Elang, Yandra?” Yandra pun menjawab, “Wanita ini pernah menjalin hubungan dengan Tuan Elang. Dia … meninggalkannya karena uang.”Begitu mendengar cerita itu, Yasa menggertakkan giginya karena jengkel. “Uang? Astaga! Dasar wanita matrealistis!” ucap Ya

  • Elang, Si Dewa Medis   5. Siapa Dia?

    Akan tetapi, dia segera teringat bahwa dirinya adalah seorang pasien. Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepalanya. Segera saja dia berjalan ke arah beberapa perawat wanita dan berpura-pura sedang kesakitan.“Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?”“Anda dirawat di ruang mana? Biar saya bantu untuk kembali ke sana.”“Dokter Anda siapa? Saya akan segera memanggil dokter Anda.”Ketiga perawat itu tentu saja langsung menawarkan bantuan pada Elang yang memang wajahnya masih terlihat agak pucat.Elang menggelengkan kepalanya, “Saya … hanya merasa punggung saya agak sakit.”“Oh, apakah Anda mengalami patah tulang?”Elang kembali menggelengkan kepalanya dan berbicara, “Tidak, tapi saya tidak tahu mengapa punggung saya terasa begitu sakit. Apakah saya boleh meminta bantuan?”“Bantuan apa, Tuan?” tanya salah satu dari perawat itu.Elang dengan memasang ekspresi wajah terlihat kesakitan menjawab, “Bisakah Anda melihat punggung saya. Maksud saya … apakah ada hal yang aneh di punggung saya?” Ke

  • Elang, Si Dewa Medis   4. Tato

    Yasa tetap mencoba untuk menjelaskan, “Tuan, saya tidak disuruh oleh siapapun.""Saya menyelamatkan Anda karena saya membutuhkan kekuatan Anda," lanjut Yasa.Elang menatap Yasa dengan tatapan aneh, "Menyelamatkanmu? Maksudnya?""Saya menderita sebuah penyakit langka yang aneh, hanya Anda yang mampu menyembuhkan saya," jelas Yasa.Elang melirik CEO muda dengan tatapan menilai dan kemudian berkata, "Kau tidak terlihat seperti orang sakit."Dia tidak mengada-ada. Yasa Wiraya terlihat begitu sehat dan tidak kekurangan apapun. Dia bahkan memiliki tubuh atletis yang merupakan impian para pria.Lantas, bagaimana mungkin dia menderita sebuah penyakit? Elang tidak mempercayainya."Penyakit saya tidak bisa terlihat dari luar, Tuan. Ada banyak masalah di tubuh saya dan hanya dengan kekuatan energi naga yang Anda milikilah saya bisa sembuh," kata Yasa dengan sabar."Dan bagaimana bisa aku melakukannya? Aku bukan dokter. Aku hanya seorang pelayan biasa, Tuan," kata Elang yang semakin heran.""Tuan

  • Elang, Si Dewa Medis   3. Sebuah Tanda

    Mempercayai dua orang gila ini? Ah, itu jelas mustahil bagi seorang Elang Viscala yang notabene selalu berpikir secara rasional.Dia jelas masih sangat waras. Dia tidak percaya hal-hal seperti yang dijelaskan oleh dua pria yang terlihat normal tapi ternyata memiliki gangguan otak itu. Tapi, dia sangat penasaran tentang punggungnya yang begitu sakit itu. Dokter yang memeriksanya tidak menemukan adanya gangguan pada tubuhnya. Namun, dia tidak bisa menampik bahwa sakit yang dia rasakan malam itu di luar batas yang bisa dia tahan. Terlalu menyakitkan sampai akhirnya dia tidak sanggup menahannya.Dikarenakan rasa penasaran yang hampir mencekik lehernya, Elang akhirnya memutuskan untuk menelan ocehan tidak masuk akal itu.“Jika penjelasanmu itu memang memang masuk akal, aku … mungkin akan percaya.”Yasa tersenyum lega mendengarnya. Walaupun dia tahu, ekspresi mata Elang menunjukkan hal yang sebaliknya. Jelas sekali Elang tidak akan percaya dengan mudah kepadanya.Namun, Yasa sudah cukup

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status