Share

Bab : 2 Di Selamatkan Oleh Seorang Kakek

Di dalam gubuk kecil di tengah hutan yang berada di pinggiran sungai, dua orang lelaki berwajah menakutkan berdiri di depan pintu gubuk.

“Apa kalian sudah menemukan kitab pusaka Ang-bin-Moko? Tanya suara berat dari dalam rumah.

“Kami berdua sudah mencari di seluruh rumah dan perkampungan, tetapi tidak ada apa-apa, jangan kan kitab, benda berharga juga tidak kami temui,” gerutu seorang pria bertubuh pendek.

“Aneh! Kemana semua pusaka milik perkampungan merah, apa mereka sudah tahu akan penyerangan dan menyembunyikan semua pusaka? Batin Pria di dalam gubuk.

“Tuan Lo! Kami sudah melaksanakan tugas kami, pusaka apapun kami tidak berminat, tetapi kami sudah puas dengan tewasnya Ang-bin-Moko, karena menurut kami dia bukan golongan hitam sejati dan dia tidak pantas menjadi pemimpin golongan hitam.

“Tutup mulut dan Jangan sebut namaku!? Bentak pria dari dalam gubuk, “kalian pergi dan ambil hadiah yang sudah di siapkan,” lanjut perkataan pria tersebut.

Kedua lelaki berwajah menakutkan tersebut langsung pergi setelah mendengar perintah dari dalam gubuk.

Hmm!

“Aku percaya dengan perkataan kedua setan, karena semua anak buahku juga ikut mencari dan tidak menemukan pusaka di perkampungan merah,” batin pria tersebut.

Tidak lama setelah kedua lelaki tersebut pergi, seorang pria turun dari atas pohon sambil membawa busur, setelah memberi hormat ke arah gubuk, lelaki tersebut berkata.

“Apa perintah selanjutnya?

“Telusuri terus sungai Huang Ho dan cari tahu siapa orang yang berhasil kabur dengan perahu,” jawab Pria dari dalam gubuk.

“Bagaimana dengan istri Ang-Bin Moko, tuan? Tanya pria yang membawa busur.

“Entah siapa yang menyelamatkannya, gerakan orang itu sangat cepat, tetapi walau istri Ang-Bin Moko berhasil di bawa lari, belum tentu ia selamat dari racun bunga merah.

“Laksanakan semua yang sudah kita rencanakan.” Ucap Pria dari dalam gubuk.

“Baik tuan,” balas pria yang membawa busur.

~

Thian Sin terombang ambing di dalam perahu yang terus membawanya entah kemana, tidak ada air mata yang keluar dari sang bocah, matanya tajam terus menatap penuh dendam.

Thian Sin sudah ber umur 7 tahun dan ia sangat paham setelah mendengar penjelasan bahwa ayahnya di bunuh oleh orang di acara pertemuan antar tokoh golongan hitam dan putih.

Thian Sin tidak mengerti kenapa ayahnya bisa terkena serangan senjata rahasia, bukankah ayahnya adalah seorang tokoh yang sangat di takuti.

Thian Sin masih ingat dengan cerita sang ibu waktu ia tanya, kenapa ayahnya di sebut tokoh golongan hitam? karena menurut Thian Sin, ayahnya adalah orang baik dan Thian Sin belum pernah melihat ayahnya membunuh orang, karena menurut yang Thian Sin dengar bahwa golongan hitam adalah pendekar yang sering membunuh banyak orang.

“Ayahmu hanya bersikap aneh yang tidak sejalan dengan orang-orang golongan putih, itu sebabnya ia di sebut golongan hitam.”

Setelah lelah terus berpikir tentang apa yang terjadi, Thian Sin akhirnya tertidur di dalam perahu.

Perahu terus bergerak dan Thian Sin yang tengah tertidur hanya bisa pasrah di dalam perahu yang entah akan membawanya kemana.

Waktu terus cepat berlalu, Thian Sin yang tertidur di dalam perahu terbangun ketika mendengar suara-suara di dekat perahunya.

Plak….plak!

Dua batang kayu pengait menarik perahu yang di tumpangi oleh Thian Sin.

Seorang lelaki tua menatap Thian Sin sesudah perahu mereka berdekatan.

“Siapa kau? Kenapa berada di dalam perahu sendirian, kemana orang tuamu? Kakek tersebut terus bertanya dengan tatapan penuh selidik setelah tahu ada anak kecil sendirian di dalam perahu.

Thian Sin bukan anak bodoh, jika ia tidak terlihat takut, pasti akan ada banyak pertanyaan dari orang-orang.

“Maaf Tuan! Ada yang merampok kapal dan membunuh kedua orang tuaku,” jawab Thian Sin dengan wajah memelas.

Hmm!

“Lagi-lagi gerombolan Naga air,” ucap si kakek tersebut setelah mendengar perkataan Thian Sin.

“Mari sini nak! Kau ikut aku ke Jang-Kiang-Pang ( perkumpulan sungai panjang ) setelah sampai di sana, nanti kami akan menyuruh orang untuk mengantar ke keluargamu.

“Aku tidak punya keluarga, semua sudah tewas,” ucap Thian Sin mendengar perkataan si kakek

“Kalau begitu kau ikut saja denganku,” balas si kakek mendengar perkataan Thian Sin.

Thian Sin akhirnya ikut bersama pria tua, mereka lalu pergi menuju perkampungan sungai panjang, tempat dimana si kakek berasal.

Setelah sampai di perkumpulan Jiang-Kiang-Pang, si kakek langsung melaporkan kejadian yang ia lihat kepada sang ketua.

“Tampaknya gerombolan perompak Naga air semakin merajalela,” ucap sang ketua setelah mendengar keterangan si kakek.

Si kakek dan sang Pangcu bercakap cakap, setelah mendengar keterangan si kakek akhirnya Thian Sin di ajak masuk menjadi anggota perkumpulan Sungai Panjang oleh sang ketua, Thian Sin tidak menampik karena ia butuh tempat tinggal dan berlatih.

Kakek Hay adalah panggilan orang terhadap pria tua yang menyelamatkan Thian Sin, Kakek Hay merupakan anggota dari perkumpulan sungai panjang, tugas kakek Hay membuat perahu untuk anggota perkumpulan yang membutuhkan dan juga membuat perahu pesanan dari luar perkumpulan.

“Kau sekarang tinggal bersamaku, mulai besok kau bisa membantuku membuat perahu, tetapi kalau kau tidak suka! Silahkan kau pergi dari sini,” kakek Hay berkata setelah mereka sampai di rumah.

“Mulai besok Thian Sin akan membantu kakek.”

“Jadi namamu Thian Sin, nama yang bagus,” kakek Hay berkata setelah mendengar suara Thian Sin.

Ada sedikit keraguan ketika mendengar nama Thian Sin, tetapi keraguan tersebut langsung di tepis oleh kakek Hay yang tidak mau mengingat masa lalu.

Kakek Hay bukan orang kaya, rumah yang ia tempati juga tidak begitu besar, tetapi ada satu kamar kecil yang bisa di pakai oleh Thian Sin.

Sesudah makan Thian Sin istirahat di dalam kamar karena hari mulai beranjak malam.

Di dalam kamar Thian Sin membuka bungkusan yang di berikan ibunya, terlihat dua buah kitab tua dan satu botol kecil berisi cairan kental berwarna merah.

Satu kitab bernama Hud Kong Sin Kang ( ilmu sakti cahaya Buddha )

Kitab kedua tertulis Ang-tok-Jiu ( tangan Racun merah ) sedangkan di botol kecil hanya tertulis Ang tok ( racun merah )

Thian Sin lalu membuka kitab Ang-tok-Jiu, karena ia yakin kitab tersebut adalah milik sang ayah.

Baru saja kitab di buka, terlihat keterangan di awal lembaran kitab.

Sebelum mempelajari kitab Ang-tok-Jiu harus terlebih dahulu mempelajari kitab pusaka milik pendeta Shaolin Hud Kong Sin Kang, karena hanya Hud Kong Sin Kang yang dapat meredam keganasan dari Ang-tok-Jiu.

Jika tidak menuruti petunjuk yang aku tulis, kitab Ang-tok-jiu bisa di pelajari tetapi tubuhmu akan menjadi merah dan racun Ang Coa ( ular merah ) akan terus menggerogoti tubuhmu, seperti yang aku alami.

Ang-bin Moko

“Ayah! Aku akan menuruti petunjuk ayah dan membalas dendam atas apa yang di lakukan orang-orang dunia persilatan terhadap ayah dan ibu,” Thian Sin berkata sambil kucurkan air mata, Thian Sin hapal betul dengan tulisan sang ayah, itu sebabnya ketika membaca, Thian Sin teringat kembali kenangan ketika bersama sang ayah.

Sesudah mempelajari petunjuk yang di berikan oleh sang Ayah, Thian Sin langsung mempelajari ilmu Hud Kong Sin Kang.

Awalnya Thian Sin sulit untuk meditasi karena pikirannya selalu terpecah dan ingat akan kedua orang tua.

Sesudah agak lama termenung, akhirnya Thian Sin berhasil meditasi menurut petunjuk dari kitab setelah pikirannya terfokus pada satu titik.

Balas dendam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status