Thian Sin terkejut mendengar perkataan kakek Hay, tanpa banyak bicara Thian Sin melesat ke arah dapur, kemudian mengambil air lalu air tersebut di taruh ke dalam baskom.
Raut wajah Thian Sin berubah pucat, ketika melihat seluruh kulit wajahnya berubah warna menjadi merah, mirip seperti wajah sang ayah.“Apa yang salah? Menurut keterangan yang di tulis oleh ayah jika mempelajari Hud Kong Sing Kang, racun ular merah tidak menyebar,” batin Thian Sin.“Jelaskan kepada kakek kenapa wajahmu menjadi merah? Terdengar suara kakek Hay di belakang Thian Sin.“Aku kemarin memetik buah berwarna merah di hutan, setelah makan buah itu, tubuh Thian Sin gatal-gatal, Thian Sin lalu tidur untuk menghilangkan gatal, pas Thian Sin bangun sudah seperti ini,” jawab Thian Sin.“Celaka! Kau keracunan, nanti kakek panggilkan tabib untuk memeriksa tubuhmu,” balas Kakek Hay dengan nada khawatir ketika mendengar perkataan Thian Sin.“Ja….jangan, kek! Biarkan saja, nanti juga hilang sendiri, Thian Sin sudah tidak merasa gatal lagi.“Oh iya kek! Jika suci Kin Bwee dan Suheng A Gu datang mencariku, bilang saja aku sedang terkena penyakit menular dan tidak bisa bertemu mereka sebelum sembuh,” Thian Sin berkata dengan nada khawatir.Thian Sin tidak ingin wajah merahnya di ketahui oleh orang, karena hal itu sangat berbahaya, apalagi kalau sampai ia di periksa oleh tabib, pasti si tabib tahu kalau tubuhnya penuh dengan racun ular merah.Kakek Hay mendengar nada suara memelas dari Thian Sin yang sudah ia anggap sebagai cucunya sendiri, akhirnya anggukan kepala dan bicara.“Baiklah! Nanti akan kakek sampaikan jika bertemu kedua kakak seperguruan mu, kau istirahat saja biar cepat sembuh.”Thian Sin langsung lari ke arah kamar dan berdiam dalam kamar, sesudah kakek Hay pergi.Thian Sin langsung membuka kitab untuk mencari keterangan dimana letak kesalahannya dalam mempelajari Ang-tok-Jiu.Bibir Thian Sin tersenyum, ketika membaca keterangan terakhir dari kitab Ang tok Jiu.“Jangan biarkan menyebar.”“Mungkin maksud ayah, hanya tenaga dalam dari Hud Kong Sing kang yang mampu mengunci racun ular merah yang ada di dalam tubuhku,” batin Thian Sin, “tetapi bagaimana caranya aku mengunci racun di dalam tubuhku agar tidak menyebar.”Di saat Thian Sin tengah berpikir, terdengar suara dari luar.“Suteee….Sam suteee! Kau tidak apa-apa?“Celaka! Bwee Suci datang,” batin Thian Sin ketika mendengar suara teriakan dari Kin Bwee.“Siocia, tolong jangan masuk! Kalau Siocia tertular, nanti aku yang kena marah Pangcu,” ucap Kakek Hay sambil berusaha menahan Kin Bwee sewaktu akan membuka pintu kamar Thian Sin.“Aku khawatir terhadap Thian Sin, kek! Racun bisa di keluarkan dengan tenaga dalam, aku akan bantu Thian Sin mengeluarkan racun tersebut,” balas Kin Bwee dengan nada khawatir.“Kin Bwee Suci! wajahku jadi berbintik dan tidak sedap di pandang, aku hanya perlu istirahat saja.”“Kalau Sin Sute mau belajar tenaga dalam seperti petunjuk ayah, tidak akan terjadi hal seperti ini, karena tenaga dalam bisa mengeluarkan racun dari dalam tubuh dan menyembuhkan luka dari dalam,” Kin Bwee berkata dengan nada khawatir.Sejak dulu Kin Bwee memang sudah suka terhadap Thian Sin dan Thian Sin tahu itu, tetapi Thian Sin selalu menjaga perasaan Kin Bwee dan tidak ingin gadis itu terluka hatinya, karena Thian Sin butuh Kin Bwee agar ia bisa bergerak bebas di dalam perkumpulan sungai panjang,Sebenarnya Kin Tho juga suka terhadap Thian Sin yang sopan, tetapi ada satu hal yang di sesalkan oleh Kin Tho, Thian Sin tidak mau belajar tenaga dalam darinya, hanya teori serta jurus tangan kosong untuk menghadapi orang yang mengganggu dan Thian Sin hanya mendalami ilmu surat menyurat saja, alasan Thian Sin kepada Kin Tho tidak mau belajar silat karena dirinya trauma melihat keluarganya terbunuh oleh para pesilat.Kin Tho akhirnya mengerti dan tidak memaksa lagi Thian Sin untuk belajar tenaga dalam.Thian Sin tidak belajar tenaga dalam dari Kin Tho karena di dalam tubuhnya sudah ada Hud Kong Sing kang, jika ia belajar dari Kin Tho, tenaga dalam yang ada di dalam tubuhnya akan di ketahui, karena masing-masing tenaga dalam dari berbagai aliran berbeda satu sama lain.“Sam Sute! Jika nanti sore kau belum sembuh juga, aku akan meminta tolong kepada ayah dan membawa tabib kesini,” Kin Bwee akhirnya berkata karena tidak ada balasan dari Thian Sin.“Suheng, mari kita pergi! Ayah ingin bicara dengan kita untuk acara penyambutan tamu terhormat.”A Gu anggukan kepala, lalu mereka berdua kembali ke rumah.Kakek Hay hanya bisa menarik napas panjang melihat Kin Bwee.“Anak Shin! Kau dengar tadi apa yang Siocia katakan? Kau istirahat saja biar racun mu hilang.”“Kakek akan pergi membuat perahu, jika terjadi apa apa, suruh orang untuk memberitahu kakek.”“Baik kek,” balas Thian Sin.Sesudah memberi pesan, kakek Hay keluar menuju ke tempat pembuatan perahu.Di dalam kamar, Thian Sin terus berupaya keras memecahkan persoalan racun merah yang ada di dalam tubuhnya.“Apa racun ular merah bisa aku simpan di titik jalan darah yang ada di dada? Batin Thian Sin.Thian Sin pernah menerima pelajaran tentang titik jalan darah untuk menyalurkan tenaga dalam di seluruh tubuh, di dada banyak terdapat titik tersebut baik kecil maupun besar.Setelah berpikir.Thian Sin mulai menarik racun menggunakan tenaga Hud Kong Sing kang, perlahan tapi pasti racun ular merah di wajah sedikit demi sedikit mulai menghilang, dengan sekuat tenaga Thian Sin terus menarik racun dari seluruh tubuh, kemudian racun di simpan di satu titik jalan darah yang ada di dada kiri.Racun terus mendesak keluar dari titik tersebut, tetapi di sekeliling titik jalan darah yang di pakai untuk menyimpan langsung di bentengi tenaga dalam Hud Kong Sing Kang agar racun tidak menyebar.Peluh mulai membanjiri seluruh tubuh Thian Sin.“Aku tidak tahu apa aku berhasil mengunci racun merah, tenagaku sudah habis dan aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.”Akhirnya Thian Sin rebahkan dirinya di tempat tidur dan tertidur lelap setelah tenaganya habis di pakai untuk menarik racun, wajah Thian Sin tampak cerah setelah berhasil mengunci racun ular merah di salah satu titik jalan darah yang ada di dada kiri.~“Thian Sin….Thian Sin! Kau tidak apa-apa?”Tok….Tok….TokThian Sin membuka mata mendengar suara gaduh di depan kamarnya.Thian Sin turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.“Ada apa…Belum selesai Thian Sin bicara, tubuhnya langsung terdorong mundur dua langkah, karena terdorong oleh pelukan Ki Bwee.Raut wajah Thian Sin berubah, kemudian buru-buru melepaskan pelukan Kin Bwee lalu mendorong gadis itu menjauh.Tanpa sadar Thian Sin melihat dan membolak balikan kedua telapak tangan.“Kenapa Sam sute, apa kau masih sakit? Tanya Kin Bwee dengan raut wajah khawatir, kemudian lanjut berkata.“Yok-Su! Tolong periksa, apa Thian Sin sudah sembuh?“Suci! Apa suci tidak keracunan? Tanya Thian Sin sambil menatap Kin Bwee dengan raut wajah pucat.“Aku tidak apa-apa,” balas Kin Bwee sambil memperhatikan diri sendiri, lalu gelengkan kepala.Bibir Thian Sin tersenyum mendengar balasan Kin Bwee dan berkata dalam hati.“Aku berhasil.”Thian Sin menggerakan kedua tangan turun naik, kemudian berputar lalu tubuhnya bergerak menghantam batu besar yang ada di depan.Sebelum telapaknya tangannya menyentuh batu, kedua telapak tangan Thian Sin berubah warna menjadi merah.Blar!Batu besar hancur dan serpihan batu berubah warna menjadi merah.Thian Sin tersenyum melihat hasil yang ia peroleh sambil melihat kedua tangan.“Ban-tok-Ciang ( tangan selaksa racun ) dari Ang-tok-Jiu sangat dasyat,” batin Thian Sin melihat hasil yang ia peroleh.Thian Sin sangat senang dengan hasil yang ia peroleh, kini racun merah benar-benar terkunci di titik jalan darahnya dan racun hanya bisa keluar menyebar ke seluruh tubuh jika ia membuka dan menyalurkannya menggunakan tenaga Hud Kong Sing Kang.Racun merah juga tidak bisa melukai Thian Sin, karena tenaga Hud Kong Sing kang melindungi seluruh tubuh bagian dalam.Jika ada kesempatan berlatih, Thian Sin berlatih di hutan ini untuk belajar dan mematangkan ilmu Ang-tok-Jiu, pohon-pohon di sekitar
Hari yang di tunggu oleh semua orang di perkumpulan sungai panjang, akhirnya tiba.Rumah-rumah yang di hias, bendera serta umbul-umbul menghiasi sepanjang jalan yang menuju perkampungan sungai panjang untuk menyambut kedatangan tamu istimewa.Satu kapal besar bersandar di dermaga sungai, beberapa orang tampak turun dari kapal tersebut.Kin Tho bersama para tetua yang menyambut kedatangan Yu Lai di dermaga tersenyum ketika melihat seorang pria dengan rambut putih turun dari kapal.Yu Lai jalan di dampingi oleh seorang pemuda tampan beserta dua orang lelaki, satu orang biksu dan seorang lagi pria tua yang tidak lain adalah Tay Hu, wakil dari Yu Lai.“Selamat datang di perkumpulan sungai panjang, Taihiap! Kin Tho berkata sambil memberi hormat saat Yu Lai ada di hadapannya.“Terima kasih sudah mengundang kami Pangcu, satu kehormatan buat lembah pedang bisa datang ke perkumpulan sungai panjang,” Yu Lai membalas perkataan serta penghormatan dari Kin Tho.Kin Tho sangat senang dengan balasan
Kening di wajah Yu Lai mengerut mendengar nama Ang-bit-sat-Sin ( Elmaut berwajah merah )Kin Tho melesat ke tengah Bu-koan, setelah berdiri di sisi Kin Bwe, Kin Tho memberi hormat dan berkata.“Taihiap! Aku adalah Kin Tho, Pangcu sungai panjang, jika Taihiap berkenan datang berkunjung ke perkumpulan ku, harap unjukan diri agar bisa bercakap-cakap karena di sini juga ada Yu Lai Taihiap serta Biksu Tat Mo.”Kin Tho sengaja menyebut nama Yu Lai dan Biksu Tat Mo agar orang tersebut berpikir dua kali jika ingin berbuat onar di perkumpulannya.Baru saja Kin Tho selesai bicara, satu bayangan bergerak melesat di atas para penonton.Whut….tap!Seorang pria dengan rambut ter urai panjang serta setengah wajahnya tertutup topeng dari kulit sudah berdiri di tengah Bu-koan.Suara dingin terdengar dari mulut pria bertopeng, “maaf sudah mengganggu acara Pangcu Sungai Panjang.”“Taihiap kenapa harus datang seperti ini? Kalau Taihiap datang secara baik-baik kami dari perkumpulan sungai panjang pasti ak
Yu Lai serta Biksu Tat Mo saking terkejut melihat raut wajah merah yang selama 10 tahun kebelakang menjadi momok menakutkan di dunia persilatan, sampai lupa untuk mengejar Thian Sin yang melarikan diri, padahal jika saat itu Thian Sin di serang, ia pasti kalah.Dada Thian Sin terasa sesak setelah menerima pukulan Tat Mo, itu sebabnya sambil menahan rasa sakit di dada Thian Sin langsung pergi meninggalkan Bu Koan.Setelah mengganti pakaian serta sedikit membersihkan noda darah di bibir, Thian Sin kembali ke rumah Kin Tho.Suasana di rumah sang Pangcu langsung ramai, ketika Thian Sin hendak masuk dari sisi rumah terdengar suara A Gu.“Darimana saja kau? Tanya A Gu.“Dari belakang, Suheng! Perut ku tidak bisa di ajak kompromi, baru makan yang enak enak sudah minta di keluarkan lagi,” jawab Thian Sin sambil balik bertanya.“Ada apa, kenapa semuanya meninggalkan Bu Koan, apa acaranya sudah selesai?“Guru serta Yu Lai Taihiap dan biksu Tat Mo sedang berunding di dalam, membahas musuh yang b
Thian Sin sangat tertarik dengan kitab pemberian dari kakek Hay dan terus membuka serta membaca isi dari kitab tersebut.“Sepertinya ini kitab ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi,” batin Thian Sin setelah membaca isi kitab.“Darimana kakek dapat kitab ini? Tanya Thian Sin.“Dulu sewaktu kakel tengah memancing ikan untuk makan, ada mayat tersangkut di semak-semak sisi sungai, aku menarik mayat dari sungai untuk di makamkan, sebelum kakek makamkan, kakek memeriksa tubuh orang itu dan menemukan kitab ini,” jawab Kakek Hay.Thian Sin lalu memberitahu kitab apa yang di berikan sang kakek.“Itu bagus! Kau pelajari isinya agar tuan Thian Bu bisa tersenyum di atas sana,” balas kakek Hay sambil lanjut berkata.“Kau tekuni saja kitab itu! Mulai sekarang kau tidak usah membantuku membuat perahu, tetapi jika kau sudah mempelajari kitab, bakar kitab tersebut karena aku yakin itu adalah kitab pusaka yang menjadi rebutan, terlihat dari mayat yang aku makamkan, tubuhnya penuh dengan luka.”Thian Si
Sekitar dua puluh orang anggota perkumpulan Naga Air langsung cabut senjata dan bergerak mengepung Thian Sin.Thian Sin melihat anggota Naga Air mengurung dirinya sambil menggenggam senjata, langsung berpikir bahwa orang-orang tersebut memang bersipat kejam dan ingin membunuh lawannya tanpa memberi kesempatan untuk bertanding adil satu lawan satu.Apalagi setelah mendengar perkataan salah seorang dari mereka bahwa besok tidak akan ada lagi nama Perkumpulan Sungai panjang di dunia persilatan, itu membuktikan bahwa mereka berniat menghabisi perkumpulan sungai panjang hari ini.“Kalian salah berjumpa dengan ku, karena perjumpaan ini adalah hari terakhir kalian hidup di bumi,” ucap Thian Sin.Salah seorang anggota langsung melesat dan menebas kepala Thian Sin setelah mendengar perkataan sang lawan.Shing!Tapi bukan main terkejutnya anggota naga air ketika ia menebas tempat kosong, karena orang yang di serang sudah tidak ada di tempat.Belum sempat anggota naga air yang menyerang bergerak
Ma Huang terkejut mendengar nama Elmaut berwajah merah, tanpa banyak bicara Ma Huang cabut senjata dan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang.Pedang, tombak serta cakar besi yang menjadi indetitas Sui Liong Pang melesat ke arah Thian Sin.Thian Sin bergerak cepat menghindari serangan berbagai macam senjata lawan, tubuhnya bergerak ke kiri dan kanan, terkadang menunduk sambil tangan dengan ilmu Ban Tok Ciang menampar dan memukul lawan.Plak….buk….aaarrrrgh!Melihat anak buahnya satu per satu tewas dengan tubuh berwarna merah akibat racun, baru Ma Huang percaya kalau musuhnya kali ini adalah Ang Bit Sat Sin, tokoh yang sedang menjadi bahan perbincangan di dunia persilatan.Tak ada pilihan lain bagi Ma Huang, untuk mundur sudah tidak mungkin, senjata berbentuk dayung terbuat dari besi menderu menyerang badan Thian Sin.Thian Sin mundur menghindari serangan, kemudian tubuhnya bergerak ke kanan sambil maju dan menghantam pinggang Ma Huang.Ma Huang putar dayung besi ke arah k
Kakek Hay meminta kepada Kin Tho untuk mengurus mayat Thian Sin.Tadinya mayat Thian Sin hendak di bakar bersama mayat orang-orang Sui Liong Pang agar racun tidak menyebar, tetapi usul tersebut di tolak keras oleh kakek Hay dengan alasan kakek Hay ingin mengenang dan menyambangi kuburan sang cucu untuk mengingatnya, akhirnya Kin Tho setuju.Kakek Hay sudah menyiapkan peti mati untuk sang cucu, peti mati yang di buat khusus dengan beberapa lubang kecil di daerah sekitar penyekat peti mati.Tanpa menunggu waktu lama, peti mati yang berisi mayat Thian Sin di kubur di puncak bukit di pemakaman Kian Jiang Pang.Setelah acara pemakaman selesai, semua kembali, hanya Kin Bwe, A Gu serta kakek Hay yang masih berada di tempat Thian Sin di makamkan.Raut wajah kakek Hay pucat melihat satu batang bambu kecil muncul dari dalam tanah, Kakek Hay langsung bergerak menutupi batang bambu tersebut.“Sudahlah Siocia! Lebih baik Siocia kembali, semua ini sudah takdir Dewa,” ucap Kakek Hay berusaha membuju