Share

Bab : 4 Menaklukan 2 Kitab Pusaka

Thian Sin terkejut mendengar perkataan kakek Hay, tanpa banyak bicara Thian Sin melesat ke arah dapur, kemudian mengambil air lalu air tersebut di taruh ke dalam baskom.

Raut wajah Thian Sin berubah pucat, ketika melihat seluruh kulit wajahnya berubah warna menjadi merah, mirip seperti wajah sang ayah.

“Apa yang salah? Menurut keterangan yang di tulis oleh ayah jika mempelajari Hud Kong Sing Kang, racun ular merah tidak menyebar,” batin Thian Sin.

“Jelaskan kepada kakek kenapa wajahmu menjadi merah? Terdengar suara kakek Hay di belakang Thian Sin.

“Aku kemarin memetik buah berwarna merah di hutan, setelah makan buah itu, tubuh Thian Sin gatal-gatal, Thian Sin lalu tidur untuk menghilangkan gatal, pas Thian Sin bangun sudah seperti ini,” jawab Thian Sin.

“Celaka! Kau keracunan, nanti kakek panggilkan tabib untuk memeriksa tubuhmu,” balas Kakek Hay dengan nada khawatir ketika mendengar perkataan Thian Sin.

“Ja….jangan, kek! Biarkan saja, nanti juga hilang sendiri, Thian Sin sudah tidak merasa gatal lagi.

“Oh iya kek! Jika suci Kin Bwee dan Suheng A Gu datang mencariku, bilang saja aku sedang terkena penyakit menular dan tidak bisa bertemu mereka sebelum sembuh,” Thian Sin berkata dengan nada khawatir.

Thian Sin tidak ingin wajah merahnya di ketahui oleh orang, karena hal itu sangat berbahaya, apalagi kalau sampai ia di periksa oleh tabib, pasti si tabib tahu kalau tubuhnya penuh dengan racun ular merah.

Kakek Hay mendengar nada suara memelas dari Thian Sin yang sudah ia anggap sebagai cucunya sendiri, akhirnya anggukan kepala dan bicara.

“Baiklah! Nanti akan kakek sampaikan jika bertemu kedua kakak seperguruan mu, kau istirahat saja biar cepat sembuh.”

Thian Sin langsung lari ke arah kamar dan berdiam dalam kamar, sesudah kakek Hay pergi.

Thian Sin langsung membuka kitab untuk mencari keterangan dimana letak kesalahannya dalam mempelajari Ang-tok-Jiu.

Bibir Thian Sin tersenyum, ketika membaca keterangan terakhir dari kitab Ang tok Jiu.

“Jangan biarkan menyebar.”

“Mungkin maksud ayah, hanya tenaga dalam dari Hud Kong Sing kang yang mampu mengunci racun ular merah yang ada di dalam tubuhku,” batin Thian Sin, “tetapi bagaimana caranya aku mengunci racun di dalam tubuhku agar tidak menyebar.”

Di saat Thian Sin tengah berpikir, terdengar suara dari luar.

“Suteee….Sam suteee! Kau tidak apa-apa?

“Celaka! Bwee Suci datang,” batin Thian Sin ketika mendengar suara teriakan dari Kin Bwee.

“Siocia, tolong jangan masuk! Kalau Siocia tertular, nanti aku yang kena marah Pangcu,” ucap Kakek Hay sambil berusaha menahan Kin Bwee sewaktu akan membuka pintu kamar Thian Sin.

“Aku khawatir terhadap Thian Sin, kek! Racun bisa di keluarkan dengan tenaga dalam, aku akan bantu Thian Sin mengeluarkan racun tersebut,” balas Kin Bwee dengan nada khawatir.

“Kin Bwee Suci! wajahku jadi berbintik dan tidak sedap di pandang, aku hanya perlu istirahat saja.”

“Kalau Sin Sute mau belajar tenaga dalam seperti petunjuk ayah, tidak akan terjadi hal seperti ini, karena tenaga dalam bisa mengeluarkan racun dari dalam tubuh dan menyembuhkan luka dari dalam,” Kin Bwee berkata dengan nada khawatir.

Sejak dulu Kin Bwee memang sudah suka terhadap Thian Sin dan Thian Sin tahu itu, tetapi Thian Sin selalu menjaga perasaan Kin Bwee dan tidak ingin gadis itu terluka hatinya, karena Thian Sin butuh Kin Bwee agar ia bisa bergerak bebas di dalam perkumpulan sungai panjang,

Sebenarnya Kin Tho juga suka terhadap Thian Sin yang sopan, tetapi ada satu hal yang di sesalkan oleh Kin Tho, Thian Sin tidak mau belajar tenaga dalam darinya, hanya teori serta jurus tangan kosong untuk menghadapi orang yang mengganggu dan Thian Sin hanya mendalami ilmu surat menyurat saja, alasan Thian Sin kepada Kin Tho tidak mau belajar silat karena dirinya trauma melihat keluarganya terbunuh oleh para pesilat.

Kin Tho akhirnya mengerti dan tidak memaksa lagi Thian Sin untuk belajar tenaga dalam.

Thian Sin tidak belajar tenaga dalam dari Kin Tho karena di dalam tubuhnya sudah ada Hud Kong Sing kang, jika ia belajar dari Kin Tho, tenaga dalam yang ada di dalam tubuhnya akan di ketahui, karena masing-masing tenaga dalam dari berbagai aliran berbeda satu sama lain.

“Sam Sute! Jika nanti sore kau belum sembuh juga, aku akan meminta tolong kepada ayah dan membawa tabib kesini,” Kin Bwee akhirnya berkata karena tidak ada balasan dari Thian Sin.

“Suheng, mari kita pergi! Ayah ingin bicara dengan kita untuk acara penyambutan tamu terhormat.”

A Gu anggukan kepala, lalu mereka berdua kembali ke rumah.

Kakek Hay hanya bisa menarik napas panjang melihat Kin Bwee.

“Anak Shin! Kau dengar tadi apa yang Siocia katakan? Kau istirahat saja biar racun mu hilang.”

“Kakek akan pergi membuat perahu, jika terjadi apa apa, suruh orang untuk memberitahu kakek.”

“Baik kek,” balas Thian Sin.

Sesudah memberi pesan, kakek Hay keluar menuju ke tempat pembuatan perahu.

Di dalam kamar, Thian Sin terus berupaya keras memecahkan persoalan racun merah yang ada di dalam tubuhnya.

“Apa racun ular merah bisa aku simpan di titik jalan darah yang ada di dada? Batin Thian Sin.

Thian Sin pernah menerima pelajaran tentang titik jalan darah untuk menyalurkan tenaga dalam di seluruh tubuh, di dada banyak terdapat titik tersebut baik kecil maupun besar.

Setelah berpikir.

Thian Sin mulai menarik racun menggunakan tenaga Hud Kong Sing kang, perlahan tapi pasti racun ular merah di wajah sedikit demi sedikit mulai menghilang, dengan sekuat tenaga Thian Sin terus menarik racun dari seluruh tubuh, kemudian racun di simpan di satu titik jalan darah yang ada di dada kiri.

Racun terus mendesak keluar dari titik tersebut, tetapi di sekeliling titik jalan darah yang di pakai untuk menyimpan langsung di bentengi tenaga dalam Hud Kong Sing Kang agar racun tidak menyebar.

Peluh mulai membanjiri seluruh tubuh Thian Sin.

“Aku tidak tahu apa aku berhasil mengunci racun merah, tenagaku sudah habis dan aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.”

Akhirnya Thian Sin rebahkan dirinya di tempat tidur dan tertidur lelap setelah tenaganya habis di pakai untuk menarik racun, wajah Thian Sin tampak cerah setelah berhasil mengunci racun ular merah di salah satu titik jalan darah yang ada di dada kiri.

~

“Thian Sin….Thian Sin! Kau tidak apa-apa?”

Tok….Tok….Tok

Thian Sin membuka mata mendengar suara gaduh di depan kamarnya.

Thian Sin turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.

“Ada apa…

Belum selesai Thian Sin bicara, tubuhnya langsung terdorong mundur dua langkah, karena terdorong oleh pelukan Ki Bwee.

Raut wajah Thian Sin berubah, kemudian buru-buru melepaskan pelukan Kin Bwee lalu mendorong gadis itu menjauh.

Tanpa sadar Thian Sin melihat dan membolak balikan kedua telapak tangan.

“Kenapa Sam sute, apa kau masih sakit? Tanya Kin Bwee dengan raut wajah khawatir, kemudian lanjut berkata.

“Yok-Su! Tolong periksa, apa Thian Sin sudah sembuh?

“Suci! Apa suci tidak keracunan? Tanya Thian Sin sambil menatap Kin Bwee dengan raut wajah pucat.

“Aku tidak apa-apa,” balas Kin Bwee sambil memperhatikan diri sendiri, lalu gelengkan kepala.

Bibir Thian Sin tersenyum mendengar balasan Kin Bwee dan berkata dalam hati.

“Aku berhasil.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arif Khoirudin
kerenn banget ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status