Share

Bab : 5 Tamu Terhormat

Thian Sin menggerakan kedua tangan turun naik, kemudian berputar lalu tubuhnya bergerak menghantam batu besar yang ada di depan.

Sebelum telapaknya tangannya menyentuh batu, kedua telapak tangan Thian Sin berubah warna menjadi merah.

Blar!

Batu besar hancur dan serpihan batu berubah warna menjadi merah.

Thian Sin tersenyum melihat hasil yang ia peroleh sambil melihat kedua tangan.

“Ban-tok-Ciang ( tangan selaksa racun ) dari Ang-tok-Jiu sangat dasyat,” batin Thian Sin melihat hasil yang ia peroleh.

Thian Sin sangat senang dengan hasil yang ia peroleh, kini racun merah benar-benar terkunci di titik jalan darahnya dan racun hanya bisa keluar menyebar ke seluruh tubuh jika ia membuka dan menyalurkannya menggunakan tenaga Hud Kong Sing Kang.

Racun merah juga tidak bisa melukai Thian Sin, karena tenaga Hud Kong Sing kang melindungi seluruh tubuh bagian dalam.

Jika ada kesempatan berlatih, Thian Sin berlatih di hutan ini untuk belajar dan mematangkan ilmu Ang-tok-Jiu, pohon-pohon di sekitar Thian Sin banyak yang kering akibat hawa racun yang keluar dari tubuh Thian Sin, hutan di sekitar tempat Thian Sin berlatih sudah terlihat seperti hutan mati.

Sesudah berlatih Thian Sin kembali ke rumah.

Di depan rumahnya sudah tampak Kin Bwee serta A Gu.

“Sam sute, kau darimana? Tanya Kin Bwee dengan raut wajah curiga, karena sudah menunggu lama bersama A Gu.

“Habis jalan-jalan ke hutan melemaskan otot sambil berburu ayam hutan,” jawab Thian Sin sambil angkat dua ekor ayam hutan di tangan.

“Sam Sute, sudah berapa kali aku bilang! Kalau mau pergi ke hutan ajak aku atau A Gu, di hutan banyak binatang buas, nanti kalau ada Harimau menyerang, bagaimana? Balas Kin Bwee.

“Suci! Aku sudah 17 tahun dan aku juga sudah belajar ilmu pukulan dari guru, jadi Suci tidak usah terlalu khawatir terhadap ku,” Thian Sin berusaha menenangkan Kin Bwee.

“Suteee! Harimau tidak akan mati jika hanya di pukul dan di tusuk oleh tangan biasa, harus ada tenaga dalam mempuni yang dapat membunuh se ekor Harimau,” balas Kin Bwee dengan nada kesal karena omongannya di bantah.

“Bukan itu maksud dari perkataanku, Suci! Aku sudah besar dan aku bisa menjaga diri sendiri, jadi Suci jangan salah paham,” ucap Thian Sin berusaha menenangkan Kin Bwee.

“Kita bertiga di tunggu ayah di rumah,” ucap Kin Bwee setelah tidak bisa membalas perkataan Thian Sin.

Ketiganya lalu berangkat menuju ke kediaman Pangcu Sungai Panjang.

Sesampainya mereka di rumah, Pangcu perkumpulan sungai panjang beserta para sesepuh sudah berkumpul.

A Gu, Kin Bwee dan Thian Sin duduk sesudah Kin Tho mempersilahkan.

Kita berkumpul di sini untuk membahas kedatangan tamu terhormat, kali ini yang akan berkunjung ke perkumpulan kita adalah tuan Yu Lai.

Suasana riuh langsung terdengar dari ruangan ketika Kin Tho menyebut nama Yu Lai.

“Siapa Yu Lai? Tanya Thian Sin dengan nada pelan kepada Kin Bwee.

“Sam Sute tidak tahu tuan Yu Lai? Kin Bwee balik bertanya dengan nada heran.

Thian Sin gelengkan kepala.

Tuan Yu Lai adalah It kiam Sian ( Dewa Pedang Tunggal ) Kokcu lembah pedang, salah satu dari 4 Rasul langit

Raut wajah Thian Sin berubah mendengar kata 4 Rasul langit, karena Thian Sin pernah mendengar pembicaraan antara ibunya dengan murid dari sang ayah, bahwa ayahnya tewas akibat di keroyok oleh 4 rasul langit, 4 pendekar yang di percaya mempunyai kemampuan paling tinggi di dunia Kangouw.

“Ayah! Kapan Yu Lai Taihiap akan datang ke tempat kita? Tanya Kin Bwee.

“Menurut utusan dari lembah pedang, dua hari lagi mereka akan sampai di tempat kita,” jawab Kin Tho sambil tersenyum.

“Kau pasti tidak sabar untuk bertemu, bukan? Lanjut perkataan Kin Tho.

“Benar ayah! Tetapi apa benar kabar yang tersiar di luaran, kalau mereka datang ke satu tempat pasti menurunkan ilmunya kepada tuan rumah? Kin Bwee balik bertanya.

“Tidak semua seperti itu, intinya jika mereka datang pasti ada kebaikan yang di dapat, karena mereka ber empat terkenal sebagai pentolan dari golongan putih, tidak seperti Su-Tay-Ok-Ji, jika salah satu dari mereka hadir pasti akan menimbulkan kehancuran,” balas Kin Tho.

“Bukankah Su-Tay-Ok-Ji hanya tersisa 3 orang, Ang-Bin-Moko sudah tewas sewaktu memperebutkan tempat pertama? Ucap salah seorang dari tetua perkumpulan.

“Kau benar! Itu sebabnya Su-Tay-Ok-Ji sejak kematian Ang-Bin Moko, mereka lenyap seperti di telan bumi karena hanya Ang Bin Moko yang mempunyai kemampuan mengerikan, menurut kabar yang beredar, Ang Bin Moko tewas setelah bertarung dengan ke empat rasul langit,” jawab Kin Tho.

“Ang Bin Moko tewas di bokong,” tanpa sadar Thian Sin ikut bicara.

Mereka yang hadir langsung menatap saat mendengar perkataan Thian Sin.

Thian Sin saat melihat tatapan mata yang hadir, baru sadar kalau ia sudah salah bicara, kemudian berkata kembali untuk menetralisir suasana.

“Kalau Ang Bin Moko bertarung dengan 4 rasul langit dan tidak kalah, kalau dia tewas pasti ada yang membokongnya, apa aku salah?

“Hati-hati kalau bicara, mau ada yang bokong atau tidak, Ang Bin Moko pantas mati, karena dia adalah ketua dari Su Tay Ok Ji,” jawab Bo Heng.

“Kulihat kau mendukung Ang Bin Moko, kau golongan putih atau hitam? Lanjut perkataan Bo Heng sambil menatap tajam Thian Sin.

“Tetua Bo! Hitam atau putih di tentukan oleh sikap seorang pendekar, bukan hasil tunjukan seseorang,” ucap Thian Sin sambil balas menatap Bo Heng.

Brak!

Meja langsung di gebrak oleh Bo Heng ketika mendengar balasan Thian Sin.

“Apa maksud dari perkataanmu? Tanya Bo Heng.

Kin Bwee langsung menatap sang ayah melihat Bo Heng mulai panas.

Kin Tho tahu maksud dari tatapan Kin Bwee.

Biarpun Thian Sin belajar silat hanya teori dan gerakan, tidak mau belajar tenaga dalam, Kin Tho tetap suka kepada Thian Sin yang sopan, pintar dan tidak malu menjadi pembuat perahu membantu kakek Hay.

“Saudara Bo Heng! Kita bertemu bukan untuk membicarakan hal tidak penting, tetapi menyusun acara agar tamu terhormat tidak kecewa terhadap perkumpulan Sungai Panjang,” Kin Tho berkata sambil berdiri.

“Pangcu! Maafkan Bo Heng.

“Bo Heng hanya ingin memberi pelajaran saja agar hati-hati kalau bicara,” Bo Heng memberi hormat setelah berkata, kemudian duduk.

Bo Heng tahu diri, sejak tanpa sadar menggebrak meja akibat kesal dengan perkataan Thian Sin, mata Kin Tho selalu menatap tajam ke arahnya.

Bo Heng hanya kepala keamanan di perkumpulan Sungai panjang, Bo Heng belum cukup kuat untuk menghadapi Kin Tho, itu sebabnya kemarahan Bo Heng di pendam dalam hati.

“Sudahlah! Aku hanya tidak ingin ada salah paham diantara anggota perkumpulan,” balas Kin Tho.

Thian Sin tidak begitu mendengarkan perkataan sang Pangcu, pikirannya menerawang kepada Yu Lai.

Thian sin penasaran dengan sosok salah satu dari empat rasul langit yang akan berkunjung ke perkumpulan sungai panjang, karena ke empat rasul tersebut adalah pendekar yang sudah mengeroyok sang ayah.

“Aku harus pikirkan cara untuk memberi salam perkenalan kepada Yu Lai,” batin Thian Sin sambil lanjut berkata dalam hati.

“Tetapi apa aku mampu?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status