Home / Pendekar / Elmaut Berwajah Merah / Bab : 5 Tamu Terhormat

Share

Bab : 5 Tamu Terhormat

Author: Jack Mad
last update Huling Na-update: 2023-11-15 13:55:14

Thian Sin menggerakan kedua tangan turun naik, kemudian berputar lalu tubuhnya bergerak menghantam batu besar yang ada di depan.

Sebelum telapaknya tangannya menyentuh batu, kedua telapak tangan Thian Sin berubah warna menjadi merah.

Blar!

Batu besar hancur dan serpihan batu berubah warna menjadi merah.

Thian Sin tersenyum melihat hasil yang ia peroleh sambil melihat kedua tangan.

“Ban-tok-Ciang ( tangan selaksa racun ) dari Ang-tok-Jiu sangat dasyat,” batin Thian Sin melihat hasil yang ia peroleh.

Thian Sin sangat senang dengan hasil yang ia peroleh, kini racun merah benar-benar terkunci di titik jalan darahnya dan racun hanya bisa keluar menyebar ke seluruh tubuh jika ia membuka dan menyalurkannya menggunakan tenaga Hud Kong Sing Kang.

Racun merah juga tidak bisa melukai Thian Sin, karena tenaga Hud Kong Sing kang melindungi seluruh tubuh bagian dalam.

Jika ada kesempatan berlatih, Thian Sin berlatih di hutan ini untuk belajar dan mematangkan ilmu Ang-tok-Jiu, pohon-pohon di sekitar Thian Sin banyak yang kering akibat hawa racun yang keluar dari tubuh Thian Sin, hutan di sekitar tempat Thian Sin berlatih sudah terlihat seperti hutan mati.

Sesudah berlatih Thian Sin kembali ke rumah.

Di depan rumahnya sudah tampak Kin Bwee serta A Gu.

“Sam sute, kau darimana? Tanya Kin Bwee dengan raut wajah curiga, karena sudah menunggu lama bersama A Gu.

“Habis jalan-jalan ke hutan melemaskan otot sambil berburu ayam hutan,” jawab Thian Sin sambil angkat dua ekor ayam hutan di tangan.

“Sam Sute, sudah berapa kali aku bilang! Kalau mau pergi ke hutan ajak aku atau A Gu, di hutan banyak binatang buas, nanti kalau ada Harimau menyerang, bagaimana? Balas Kin Bwee.

“Suci! Aku sudah 17 tahun dan aku juga sudah belajar ilmu pukulan dari guru, jadi Suci tidak usah terlalu khawatir terhadap ku,” Thian Sin berusaha menenangkan Kin Bwee.

“Suteee! Harimau tidak akan mati jika hanya di pukul dan di tusuk oleh tangan biasa, harus ada tenaga dalam mempuni yang dapat membunuh se ekor Harimau,” balas Kin Bwee dengan nada kesal karena omongannya di bantah.

“Bukan itu maksud dari perkataanku, Suci! Aku sudah besar dan aku bisa menjaga diri sendiri, jadi Suci jangan salah paham,” ucap Thian Sin berusaha menenangkan Kin Bwee.

“Kita bertiga di tunggu ayah di rumah,” ucap Kin Bwee setelah tidak bisa membalas perkataan Thian Sin.

Ketiganya lalu berangkat menuju ke kediaman Pangcu Sungai Panjang.

Sesampainya mereka di rumah, Pangcu perkumpulan sungai panjang beserta para sesepuh sudah berkumpul.

A Gu, Kin Bwee dan Thian Sin duduk sesudah Kin Tho mempersilahkan.

Kita berkumpul di sini untuk membahas kedatangan tamu terhormat, kali ini yang akan berkunjung ke perkumpulan kita adalah tuan Yu Lai.

Suasana riuh langsung terdengar dari ruangan ketika Kin Tho menyebut nama Yu Lai.

“Siapa Yu Lai? Tanya Thian Sin dengan nada pelan kepada Kin Bwee.

“Sam Sute tidak tahu tuan Yu Lai? Kin Bwee balik bertanya dengan nada heran.

Thian Sin gelengkan kepala.

Tuan Yu Lai adalah It kiam Sian ( Dewa Pedang Tunggal ) Kokcu lembah pedang, salah satu dari 4 Rasul langit

Raut wajah Thian Sin berubah mendengar kata 4 Rasul langit, karena Thian Sin pernah mendengar pembicaraan antara ibunya dengan murid dari sang ayah, bahwa ayahnya tewas akibat di keroyok oleh 4 rasul langit, 4 pendekar yang di percaya mempunyai kemampuan paling tinggi di dunia Kangouw.

“Ayah! Kapan Yu Lai Taihiap akan datang ke tempat kita? Tanya Kin Bwee.

“Menurut utusan dari lembah pedang, dua hari lagi mereka akan sampai di tempat kita,” jawab Kin Tho sambil tersenyum.

“Kau pasti tidak sabar untuk bertemu, bukan? Lanjut perkataan Kin Tho.

“Benar ayah! Tetapi apa benar kabar yang tersiar di luaran, kalau mereka datang ke satu tempat pasti menurunkan ilmunya kepada tuan rumah? Kin Bwee balik bertanya.

“Tidak semua seperti itu, intinya jika mereka datang pasti ada kebaikan yang di dapat, karena mereka ber empat terkenal sebagai pentolan dari golongan putih, tidak seperti Su-Tay-Ok-Ji, jika salah satu dari mereka hadir pasti akan menimbulkan kehancuran,” balas Kin Tho.

“Bukankah Su-Tay-Ok-Ji hanya tersisa 3 orang, Ang-Bin-Moko sudah tewas sewaktu memperebutkan tempat pertama? Ucap salah seorang dari tetua perkumpulan.

“Kau benar! Itu sebabnya Su-Tay-Ok-Ji sejak kematian Ang-Bin Moko, mereka lenyap seperti di telan bumi karena hanya Ang Bin Moko yang mempunyai kemampuan mengerikan, menurut kabar yang beredar, Ang Bin Moko tewas setelah bertarung dengan ke empat rasul langit,” jawab Kin Tho.

“Ang Bin Moko tewas di bokong,” tanpa sadar Thian Sin ikut bicara.

Mereka yang hadir langsung menatap saat mendengar perkataan Thian Sin.

Thian Sin saat melihat tatapan mata yang hadir, baru sadar kalau ia sudah salah bicara, kemudian berkata kembali untuk menetralisir suasana.

“Kalau Ang Bin Moko bertarung dengan 4 rasul langit dan tidak kalah, kalau dia tewas pasti ada yang membokongnya, apa aku salah?

“Hati-hati kalau bicara, mau ada yang bokong atau tidak, Ang Bin Moko pantas mati, karena dia adalah ketua dari Su Tay Ok Ji,” jawab Bo Heng.

“Kulihat kau mendukung Ang Bin Moko, kau golongan putih atau hitam? Lanjut perkataan Bo Heng sambil menatap tajam Thian Sin.

“Tetua Bo! Hitam atau putih di tentukan oleh sikap seorang pendekar, bukan hasil tunjukan seseorang,” ucap Thian Sin sambil balas menatap Bo Heng.

Brak!

Meja langsung di gebrak oleh Bo Heng ketika mendengar balasan Thian Sin.

“Apa maksud dari perkataanmu? Tanya Bo Heng.

Kin Bwee langsung menatap sang ayah melihat Bo Heng mulai panas.

Kin Tho tahu maksud dari tatapan Kin Bwee.

Biarpun Thian Sin belajar silat hanya teori dan gerakan, tidak mau belajar tenaga dalam, Kin Tho tetap suka kepada Thian Sin yang sopan, pintar dan tidak malu menjadi pembuat perahu membantu kakek Hay.

“Saudara Bo Heng! Kita bertemu bukan untuk membicarakan hal tidak penting, tetapi menyusun acara agar tamu terhormat tidak kecewa terhadap perkumpulan Sungai Panjang,” Kin Tho berkata sambil berdiri.

“Pangcu! Maafkan Bo Heng.

“Bo Heng hanya ingin memberi pelajaran saja agar hati-hati kalau bicara,” Bo Heng memberi hormat setelah berkata, kemudian duduk.

Bo Heng tahu diri, sejak tanpa sadar menggebrak meja akibat kesal dengan perkataan Thian Sin, mata Kin Tho selalu menatap tajam ke arahnya.

Bo Heng hanya kepala keamanan di perkumpulan Sungai panjang, Bo Heng belum cukup kuat untuk menghadapi Kin Tho, itu sebabnya kemarahan Bo Heng di pendam dalam hati.

“Sudahlah! Aku hanya tidak ingin ada salah paham diantara anggota perkumpulan,” balas Kin Tho.

Thian Sin tidak begitu mendengarkan perkataan sang Pangcu, pikirannya menerawang kepada Yu Lai.

Thian sin penasaran dengan sosok salah satu dari empat rasul langit yang akan berkunjung ke perkumpulan sungai panjang, karena ke empat rasul tersebut adalah pendekar yang sudah mengeroyok sang ayah.

“Aku harus pikirkan cara untuk memberi salam perkenalan kepada Yu Lai,” batin Thian Sin sambil lanjut berkata dalam hati.

“Tetapi apa aku mampu?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 154 Pengintaian

    Dua bayangan memakai tutup kepala melesat cepat menembus kegelapan malam menuju ke arah tenda tempat di mana pasukan Yuan.Kedua bayangan tersebut tidak lain adalah Thian Sin dan Qin Qin.Thian Sin memutuskan hanya mereka berdua yang berangkat menuju tenda pasukan Yuan, walau di tentang oleh jenderal Zhou Chu karena sang jenderal menyarankan agar sang pemimpin membawa beberapa orang dari perkumpulan topeng merah, jenderal Zhou Chu khawatir karena misi yang di jalankan oleh sang pemimpin sangat berbahaya, menyelinap ke sarang musuh hanya di temani oleh Qin Qin, tetapi Thian Sin tetap dengan keputusannya bahwa mereka lebih baik berdua, karena jika banyak orang yang bergerak akan lebih berbahaya dan pergerakan mereka mudah tercium oleh prajurit Yuan.Setibanya di tenda pasukan Panglima Arkun, Thian Sin memberi isyarat tangan kepada Qin Qin agar hati-hati dan tidak menimbulkan suara.Qin Qin anggukan kepala dan langsung merapat kepada sang kekasih ketika mendapat isyarat tangan.Thian Sin

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 153 Rencana Penyergapan

    Tanpa di ketahui oleh Thian Sin, semua pasukan yang berkumpul di dekat telaga, kini mulai bergerak di pimpin oleh sang ibu.Di sisi lain hati panglima Arkun mulai cemas karena Iblis putih bersama anak buahnya belum juga kembali, begitu pula dengan Gurma yang belum juga memberi kabar, apa misinya berhasil menyergap pasukan lawan.“Panglima….Panglima! Mata-mata musuh yang tertangkap sudah kita habisi, apa langkah kita selanjutnya? Tanya seorang perwira ketika melihat Panglima Arkun tengah melamun.Pertanyaan sang anak buah membuyarkan lamunan Panglima Arkun.“Sebelum di habisi, apa kau sudah mendapat informasi dari mata-mata tersebut? Panglima Arkun balik bertanya kepada anak buahnya.“Menurut informasi yang di dapat, ada satu kelompok pasukan berada di dekat pasukan kita dan kelompok tersebut di pimpin oleh Raja muda Thian sin sendiri, Panglima,” si perwira menjawab pertanyaan Panglima Arkun.Panglima Arkun anggukan kepala mendengar perkataan anak buahnya, kemudian membalas.“Apa Iblis

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 152 Tenaga Dalam Racun Api

    Thian Sin merasakan hawa dingin yang mengelilingi tubuhnya perlahan mulai hilang dan di gantikan hawa panas, mengetahui keadaan tersebut, Thian Sin semakin bersemangat.Apalagi di tambah pedang pusaka racun merah terus bergetar di genggamannya serta gejolak tenaga dalam yang ia rasakan di dalam tubuh, membuat Thian Sin semakin yakin bahwa tenaga dalam racun api yang di maksud oleh Jiwa pedang mulai bangkit.Tanpa ragu Thian Sin langsung melesat ke arah Iblis putih sambil sabetkan pedang pusaka racun merah ke arah tubuh lawan.Shing!Walau terkejut dengan perubahan yang terjadi Iblis putih tetap waspada, melihat serangan Thian Sin, sang Iblis langsung kibaskan tangan kanan ke arah pedang.Sinar putih berhawa sangat dingin melesat berusaha menahan tebasan.Tetapi sebelum pukulan inti es mengenai pedang, sinar putih berhawa dingin lenyap terhisap oleh aura api yang keluar dari dalam tubuh Thian Sin.Kejut bukan kepalang sang Iblis melihat pukulan andalannya lenyap tak berbekas, tanpa pik

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 151 Petunjuk Jiwa Pedang

    Semangat tempur Thian Sin langsung berkobar ketika mendapat petunjuk dari jiwa pedang, perlahan semua tenaga dalam yang terkumpul di perut langsung di salurkan keseluruh tubuh.Iblis putih kini lebih berhati hati menghadapi serangan Thian Sin, tubuhnya bergerak menjauh sambil kibaskan tangan kanan saat pedang bergerak menyerang.Shing!Jurus inti es bergerak cepat menyerang Thian Sin, dengan cepat Thian Sin memutar kedua tangan berusaha menahan jurus lawan.Blar!Suara ledakan terdengar saat kedua tenaga dalam tingkat tinggi bertemu.“Kenapa hawa dingin masih saja terasa olehku? Padahal aku sudah mengerahkan semua tenaga dalam yang kumiliki,” batin Thian Sin bertanya tanya dalam hati.“Pakai pedang dengan tanganmu untuk menyerang, kalau kau gunakan tehnik pedang terbang, bagaimana jurus racun api bisa kau gunakan?” Jiwa pedang berkata seakan tahu apa yang terkandung dalam isi hati Thian Sin.Mendengar perkataan Jiwa pedang, dua jari Thian Sin bergerak menarik pedang yang berputar puta

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 150 Cara Mengatasi Iblis Putih

    Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 149Jurus Pamungkas Iblis Es

    “Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 148 Bertemu Musuh Di Hutan Liu

    Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 147 Jangan Malu Untuk Katakan Cinta

    Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 146 Bersatu Melawan Pasukan Yuan

    “Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status