Share

Enam Saudari Tiriku yang Berkuasa
Enam Saudari Tiriku yang Berkuasa
Author: Saga

Red Carpet : Putri Berambut Merah Itu Sangat Menggoda

"Berhenti! Kau pikir kau siapa seenaknya mau masuk?! Apa kau tidak tahu tempat ini steril dari orang-orang miskin sepertimu?"

Dua orang sekuriti tampak menghadang langkah Gelmar yang hendak menerobos masuk ke Lobby hotel mewah itu. Mereka tampak memandang sinis kepada pria bertubuh gempal berotot, berkepala plontos sexy. Sexy karena ditopang dengan rahang yang kokoh dan leher sekeras beton. Mempertegas kesan maskulin natural  tapi dengan penampilan jas yang lusuh.

Gelmar diam sesaat. Pria berkulit coklat eksotis itu menyapu ke arah tatapan yang sangat menghina dan merendahkan. Namun, dia hanya terfokus tentang tujuannya awalnya datang ke hotel ini. Diutus mendiang Sancez, mafia terhebat untuk melindungi ke enam putri angkatnya yang menjadi incaran musuh-musuhnya!

Sebelumnya, saat pertama kali melihat wajah keenam putri angkat Sanchez lewat foto, Gelmar begitu terpesona dengan kecantikan khas eropa dan tubuh proporsional yang mereka miliki. Bahkan, tanpa sadar, jantungnya berdegup kencang melihat foto-foto mengagumkan itu. Benar-benar para perempuan yang diidamkan seluruh lelaki di muka bumi!

“Saya sudah memesan kamar paling atas di hotel ini.”

 “Apa kau bilang? Kau sudah pesan kamar paling atas? Itu kamar yang paling mahal! Sudah gila ya kau!”

Tawa terpingkal-pingkal mencuat dari kedua sekuriti itu. Tentu karena hal itu sangat mustahil bagi pria berpenampilan miskin itu. Mereka tidak pernah tahu bahwa pria berwajah sangar itu adalah otak baru dari gang mafia besar dengan segala kemampuan yang mumpuni. Penerus mendiang Sancez yang sangat ditakuti di seluruh negeri.

“Kalian tidak percaya? Ini buktinya?”

Gelmar menyodorkan dua kartu akses. Kedua sekuriti itu tampak saling berpandangan sejenak. Kemudian memandang kea rah kartu yang mirip sekali dengan kartu akses di hotel ini.

“Kau pikir kami bodoh! Bisa saja kau merekayasa kartu ini. Banyak wartawan dan paparazzi yang melakukan hal tolol seperti itu!”

“Kau jangan nekad! Ini acara Red Carpet yang mewah dan berkelas. Hanya artis-artis ternama yang boleh masuk. Tapi, kalau kau masih keras kepala juga. Kami tidak segan melaporkanmu ke polisi!” timpal sekuriti yang lain.

Gelmar tidak gentar mendengar ancaman kelas teri dari para penjaga itu. Pria berwajah tegas itu tampak mengusap-usap bawah hidungnya dan berdeham sejenak.

“Sekarang kita coba ke resepsionis. Kalau kartu itu palsu, saya dengan sukarela akan masuk penjara, tapi kalau asli, maka kalianlah yang akan mendapatkan hukuman yang sangat memalukan karena sudah berusaha mengusir tamu VVIP.”

Mimik wajah kedua sekuriti itu mendadak serius. Mereka tampak bisik-bisik. Diskusi. Menimbang antara mengabulkan permintaan Gelmar atau tidak. Ini acara yang berkelas dan mewah. Kalau sampai mereka kelepasan, resikonya sangat besar, tapi bagaimana kalau ternyata Gelmar benar-benar tamu VVIP. Resikonya akan jauh lebih besar!

“Ok kita buktikan. Kalau benar kartu itu palsu. Maka, kamu bisa dijeboskan ke penjara lebih lama karena sudah mengacaukan acara elit ini.” 

“Siapa takut.”

Kedua sekuriti itu menggeleng-gelengkan kepala. Dengan kasar, mereka meminta Gelmar untuk mengikuti mereka. Membelah karpet merah di lobby itu di mana banyak orang-orang berpenampilan berkelas yang tampak memandang sinis ke arahnya. Bahkan, terselip obrolan pedas penuh hinaan.

“Gembel banget sih pakaiannya.”

“Kok bisa sih diizinnin masuk. Merusak acara saja.”

“Iya, jijik sekali liatnya. Mirip orang gila.”

Bahkan, mereka menghindar seraya memegang hidung melihat Gerlmar berjalan melewati mereka. Tak dapat dipungkiri, perlakuan orang-orang sok kaya itu membuat Gelmar sangat kesal!

Gelmar bukannya tidak menanggapi perkataan mereka. Buang-buang waktu saja. Kalau mau, bisa saja dia membeli hotel mewah ini dan seluruh isinya.

“Dasar orang-orang kaya palsu! Mereka pikir kekayaan mereka sebanding dengan milik ayah Sanchez?!”

Mereka sudah sampai di depan elevator. Salah satu sekuriti tampak menempelkan kartu akses milik Gelmar. Namun, hal yang tidak terduga ketika kartu itu tidak bisa terdeteksi.

Melihat kejadian di depannya, kedua sekuriti itu mengulas senyum licik dan menatap ML dengan senyum amat meremehkan.

“Dasar penipu! Kau lihat kan barusan?! Kartu ini tidak berfungsi! Kau coba membodohi kami hah!” geram sekuriti itu. Dia memberikan komando kepada temannya untuk segera menyeret Gelmar dari hotel itu.

“Ayo ikat bajingan tengik ini! Jangan sampai orang-orang rendahan sepertinya merusak perayaan para artis dan orang-orang kaya di sini!”

Gelmar terkejut untuk sesaat. Kartu itu tidak mungkin salah. Ia mendapatkannya langsung lewat anak buahnya. Dan, bahkan ia membayar seluruh kamar yang ada di lantai atas! Harusnya kartu itu bisa berfungsi!

Seraya berpikir, Gelmar membiarkan saja kedua sekuriti itu hendak mengikatnya. Pria itu bahkan tidak bergeming saat kedua sekuriti itu mengungkung kedua tangannya. Malah, dia bisa menghempaskan cengkraman itu dengan sekali hentakan tangan.

“Pasti ada yang salah, Coba aku saja!” ucap Gelmar seraya menatap tajam kedua sekuriti itu.

Gelmar merebut kartu akses itu dan men-tapnya sendiri. Peluh di keningnya mengalir, jika ini gagal, maka gagal pula upayanya bertemu dengan salah satu anak angkat Sanchez!

Namun, keadaan tiba-tiba berbalik. Elevator terbuka seketika.

“Ti…tidak mungkin! Hey, kau lihat sendiri kan sebelumnya kartu itu tidak bisa?”

“I…iya! Aku sendiri yang men-tapnya. Tapi, kenapa tiba-tiba sekarang bisa?”

Melihat hal itu, kedua sekuriti itu saling tatap tak percaya. Tubuh mereka mendadak panas dingin. Ketakutan menyelimuti mereka.

“Ma-maafkan kami, Tuan. Kami tidak bermaksud menghalang-halangi Tuan.”

“Iya, Tuan. Tolong jangan hukum kami. Jangan permalukan kami.”

Kedua sekuriti itu tampak membungkukkan badan dengan tubuh gemetaran. Gelmar menyunggingkan senyum miring. Dua sekuriti yang sedari tadi merendahkannya malah ciut dan memohon-mohon.

“Kalian beruntung karena mood-ku sedang baik hari ini. kalau tidak, saya bisa menyuruh orang untuk menelanjangi kalian dan mengarak kalian keliling kota.”

“Ampun Tuan, Jangan.”

Kedua sekuriti itu semakin ketakutan. Bahkan, mereka sampai merendahkan badannya. bersujud di kaki Gelmar. Sekarang terlihat aura Gelmar yang sebenarnya. Sangat menyeramkan dan penuh intimidasi. Insting mafia. Tidak segan untuk melibas apapun yang menghalangi. Bahkan, menghukum dengan cara yang paling sadis. Namun, entah kenapa hari itu suasana hati Gelmar sedang baik. Mungkin karena hendak bertemu dengan salah satu anak angkat dari mendiang Sancez.

Gelmar tidak menghiraukan kedua sekuriti itu. Langsung masuk ke dalam elevator. Di dalam elevator,  pria plontos berahang keras itu tampak bersiul-siul. Tengil sekali gayanya. Apalagi kalau sudah merayu, dijamin membuat wanita gelisah tujuh hari tujuh malam.

Pria itu melenggang masuk ke lantai paling atas setelah pintu elevator terbuka. Segera dia menuju satu ruangan di mana ada seorang artis besar yang hendak dia temui. Salah satu dari enam anak angkat Sancez yang konon sangat cantik jelita.

Karena mempunyai kartu akses kamar, Gelmar tidak berpikir panjang untuk mengetuk pintu dulu. Dia langsung membuka pintu dengan santai.

Namun, pemandangan di depannya membuatnya terpaku, sosok perempuan tanpa busana yang tengah berganti pakaian menatapnya dengan nyalang!

“Bajingan! Apa yang kau lakukan di sini!”

Gelmar tak berkutik, celananya kini telah menyempit!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status