"Kedua, rahasia. Tidak seorang pun boleh tahu bahwa kamu bekerja di SA COMPANY ini. Kamu juga terikat kontrak seumur hidup, bahwa kamu tidak boleh membocorkan hal sesedikit apapun mengenai perusahaan ini. Kontraknya bukan kontrak sembarangan, yaitu kontrak dengan notaris dunia bawah. Isi kontraknya cukup sederhana, melanggar berarti mati." Kata Wakil Direktur Teknologi.Edo cukup tercekat mendengarnya. Haruskah misi ini akan menjadi misi yang paling membahayakan dan terakhir kalinya. SA COMPANY bukan perusahaan sembarangan bahkan dengan perusahaan Sanchez masih kalah jauh. Jika, terjadi sesuatu dengan dia suatu hari. Dia yakin kalau Gelmar dan yang lain turun tangan. Tapi, apakah mampu mereka melawan kekuatan sebesat SA COMPANY?"Belum berkeluarga adalah suatu keuntungan bagimu. Tapi, kami tetap memberikan bantuan kepadamu. Seperti yang kamu ketahui, SA COMPANY ini adalah perusahaan yang berdiri dibelakang nama suatu perusahaan besar di pusat kota. Kamu akan dengan mudah mengakses seg
Edo pun kembali ke meja kerja Edo. Saat Edo duduk, lima malaikat itu saling tersenyum satu sama lain, kemudian tersenyum melihatnya. Hmmm, dari senyuman mereka, ada yang aneh. Itu bukan senyuman persahabatan, tapi lebih kearah... senyuman jahat. Apa yang sebetulnya mereka pikirkan?Tiga bulan masa training itu selesai. Sekarang, Edo bekerja secara penuh selama delapan jam sehari di kantor ini. Selama masa tiga bulan kemarin, Edo sempat bekerja selama empat jam sehari.Selama itu pula, belum ada tanda-tanda yang berarti tentang pergerakan mereka. Juga tidak ada tanda-tanda Sanchez juga. Namun, Edo tetap selalu bersabar. Melihat infrastruktur pembuatan sistem dan juga metodenya, Edo bisa mengatakan bahwa perusahaan ini bukan asal bikin sistem saja. Segala sesuatunya diperhitungkan dengan matang, sehingga hampir tidak ada cacat sama sekali dalam kode-kode program yang telah dibuat sebelumnya. Hebat, pantas saja perusahaan ini memberi gaji sekitar tiga sampai empat kali lipat dibanding
"Berhenti! Kau pikir kau siapa seenaknya mau masuk?! Apa kau tidak tahu tempat ini steril dari orang-orang miskin sepertimu?"Dua orang sekuriti tampak menghadang langkah Gelmar yang hendak menerobos masuk ke Lobby hotel mewah itu. Mereka tampak memandang sinis kepada pria bertubuh gempal berotot, berkepala plontos sexy. Sexy karena ditopang dengan rahang yang kokoh dan leher sekeras beton. Mempertegas kesan maskulin natural tapi dengan penampilan jas yang lusuh.Gelmar diam sesaat. Pria berkulit coklat eksotis itu menyapu ke arah tatapan yang sangat menghina dan merendahkan. Namun, dia hanya terfokus tentang tujuannya awalnya datang ke hotel ini. Diutus mendiang Sancez, mafia terhebat untuk melindungi ke enam putri angkatnya yang menjadi incaran musuh-musuhnya!Sebelumnya, saat pertama kali melihat wajah keenam putri angkat Sanchez lewat foto, Gelmar begitu terpesona dengan kecantikan khas eropa dan tubuh proporsional yang mereka miliki. Bahkan, tanpa sadar, jantungnya berdegup kenc
“Kurang ajar! Siapa kamu? Berani masuk ke kamar saya?”“Sa…Saya…”Gelmar masih terpaku untuk sesaat. Matanya yang besar itu tampak menyala. Jakunnya naik turun. Kemolekan tubuh seorang gadis yang masih ramping itu begitu menawan. Mahkota rambut merahnya semakin menambah kesan berani dan sexy. Sesuatu menyembul besar dan tidak terkendali.Si Gadis yang diperhatikan seperti itu langsung meraih selimut untuk menutupi tubuhnya. Wajahnya merah padam. Pria asing berpostur besar. Rahang keras dan leher betonnya begitu sempurna menopang kepalanya yang botak. Namun, tetap saja dia merasa tidak nyaman dengan tatapan mesum yang seolah ingin menelannya hidup-hidup."Dasar lelaki mesum! Kamu ingin melecehkanku ya? Keluar kamu dari sini!"Gelmar menggeleng-gelengkan kepala. Tampak salah tingkah sambil melihat ke sekitar dan kembali tertuju ke gadis yang sudah kemerahan itu. Dia menyeringai malu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Maaf, Nona. Sepertinya saya salah kamar.”“Enggak! Kamu pa
“Mau apa kau hah! Dasar Lelaki Carut!”Belum juga menjelaskan, Gelmar sudah mendapatkan tamparan keras. Dicecar di hadapan para pengawalnya. Hal yang sangat dimaklumi mengingat kelakukan Gelmar semalam. Dia juga melihat raut wajah Miranda yang merah padam, antara emosi dan juga menahan malu.“Miranda, saya minta maaf atas kejadian semalam, tapi tolong beri saya waktu. Ada hal penting yang harus saya bicarakan.” Gelmar berkata dengan wajah tegang. Walaupun tidak berpengaruh sama sekali dengan wajah garangnya. Tetap saja, dia dicap sebagai lelaki berandal, brutal, mesum. Yang membuat Miranda meluap-luap membencinya.“Miranda, Miranda! Jangan menyebut-nyebut nama saya seolah kita saling kenal ya! Kamu itu cuma orang rendahan! Pengutit! Atau….”Miranda menggantung perkataannya. Gelmar memandang lamat-lamat. Dia tahu kalau wanita di hadapannya meledak-ledak. Di sisi lain, Miranda juga sedikit gelagapan. Gelmar melawan pandangan matanya. Berusaha mengambil simpatik wanita berambut merah it
“Kamu mengenalku?”Gelmar memeriksa foto-foto yang ada di sakunya. Tidak diragukan lagi. Si Tomboy dengan kemampuan bela diri yang mumpuni. Jawara dalam berbagai turnamen nasional. Istimewanya lagi dia sudah menggunakan sabuk hitam.“Namaku Adelia Putri. Putri angkat ke tiga. Aku tahu kamu lewat pesan telegram Sancez.”Gelmar bisa bernafas lega. Akhirnya ada salah satu putri angkat yang mengenalnya. Memang dari awal perasaannya sangat klop dengan gadis tomboy ini.“Sekarang kita fokus menyelamatkan Miranda. Lawan kali ini bukan main-main. Aku berharap kamu bisa mengerahkan semua kemampuanmu.”Mobil yang mereka ikuti berhenti di sebuah gudang. Adel menaikkan laju kendaraannya tepat ketika pintu gudang itu akan ditutup.“Brak!”Mobil offroad itu berhasil masuk. Menimbulkan efek debu beterbangan. Muncul bayang-bayang Adel dan Gelmar yang turun dari mobil itu.Sosok mereka jelas begitu melangkah ke depan mobil. Baru pada saat itu. Pandangan mulai kentara. Terlihat puluhan orang mengacungk
“Bedebah! Ada lapis keduanya!”Gelmar menatap nanar. Pasukan itu terlihat lebih padu. Pakaian rapi serba hitam dengan dalaman kemeja berwarna putih. Topi datar yang familiar. Lengkap dengan persenjataanya. Gelmar sendiri tentu belum mampu menaklukan mereka.“Tikus got-nya besar juga ternyata.”Pria paling depan berkata sambil memainkan tusuk gigi. Picingan matanya terlihat dari balik kaca mata hitam yang dia pakai. Gaya meledek ala pemimpin sebuah pasukan kacangan.“Rata semua pasukan lapis satu. Pertunjukan sirkus yang bagus.”Yang lain menimpal. Menganggap Gelmar hanyalah binatang sirkus yang hanya bisa menaklukan pasukan remahan mereka.Gelmar tersungut. Namun, sebisa mungkin meredamnya dalam dekapan Miranda yang ketakutan. Agak terpaksa, dia melepas Miranda di sisi tembok bangunan. Berbicara lembut dengan Miranda sejenak.“Jangan terlalu cemas ya, aku akan melawan mereka dulu, setelah itu kita pulang.”Kerlingan mata indah itu tertuju pada sorot mata dalam. Terasa hangat. Penuh ta
“Uh.”Untuk beberapa saat, Gelmar ingin waktu berhenti. Menikmati momen mendaratnya rahang tegas ke sesuatu yang terasa padat dan kenyal. Rasanya ingin mimisan saja.Namun, momen itu tidak bertahan lama saat bentakan keras terasa memekakan telinga.“Ih!”Seketika wanita berambut pendek berkaca mata itu agak menjauhkan wajah Gelmar yang menempel. Tanpa melepaskan cengkramannya. Merasa geli dan jijik. Padahal, dia sendiri yang menarik paksa.Inilah kakak pertama. Putri tertua dari semua putri di sini. Sekar Melani. Seorang dokter bedah yang cukup terkemuka. Kesan auranya lebih galak dari yang lain. Bahkan, Stevani pemimpin pasukan khusus dan Gwen pemimpin Mafia kalah telak. Mungkin karena dia adalah sosok yang paling dituakan.“Ini dibilang utusan Sanchez? Yang benar saja?”Sekar tertuju ke semua saudara angkatnya. Seolah-olah meremehkan pria lusuh yang dipandang tidak memiliki kemampuan apa-apa, selain perawakannya yang macho sekali.“Tapi, Benar Kak. Dia utusan Sanchez.”“Diam kamu Ad