Siwi tersentak kaget saat merasakan berat di atas perutnya. Biasanya kepala Ayumi yang berada di sana, tetapi tidak terlalu berat. Ia juga tak yakin ini adalah kepala putrinya, karena tidak mungkin kepala bentuknya panjang saat tanpa sengaja ia meraba atas perutnya. Berbulu, bukan rambut. Berarti ini bukan kepala Ayumi.
Dengan wajah amat kaku, Siwi sedikit menunduk untuk melihat benda apa yang ada di atas perutnya.
"Aaaaaargh! Pergi! Pergi!" Siwi berteriak histeris sambil melemparkan tangan Raka dari atas perutnya. Ayumi pun tersentak bangun. Kek Usman dan Edwin yang tengah berada di teras menikmati kopi pagi, berlarian masuk ke dalam rumah. Siwi memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya pada kakinya dengan tubuh gemetar.
Raka masih mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, karena tidak paham dengan apa yang terjadi.
"Pergi ... jangan siksa saya ... tolong ... toloong!" pekik Siwi dengan begitu menyedihk
Ayumi tertidur dalam pangkuan Bundanya. Ini sudah dua jam perjalanan menuju Jakarta, tetapi sisa isakan dari tangis Ayumi masih terdengar di sela tidurnya yang tidak terlalu lelap. Gadis kecil itu lelah menangis, hingga suaranya serak memanggil lelaki yang ia sebut Papa. Segala cara dilakukan Siwi agar gadis kecilnya berhenti menangis, termasuk membelikan balon bergambar hello kitty di penjual balon yang berada di lampu merah. Namun sepertinya Ayumi sangat sedih, sehingga ia terus saja menangis hingga akhirnya tertidur.Di depan sana, Dion yang duduk di samping pengemudi melaporkan keadaan Ayumi pada Edwin. Ya … Dion mengirimkan foto Ayumi yang menangis sambil memanggil Papa. Lalu Dion juga mengirimkan foto saat Ayumi sudah berhenti menangis dan tertidur. Lelaki itu memang sudah berjanji akan melaporkan apapun yang terjadi sepanjang perjalanan pada Edwin. Walau tidak dibayar mahal oleh Edwin, tetapi Dion
Ayumi tertidur dalam pangkuan Bundanya. Ini sudah dua jam perjalanan menuju Jakarta, tetapi sisa isakan dari tangis Ayumi masih terdengar di sela tidurnya yang tidak terlalu lelap. Gadis kecil itu lelah menangis, hingga suaranya serak memanggil lelaki yang ia sebut Papa. Segala cara dilakukan Siwi agar gadis kecilnya berhenti menangis, termasuk membelikan balon bergambar hello kitty di penjual balon yang berada di lampu merah. Namun sepertinya Ayumi sangat sedih, sehingga ia terus saja menangis hingga akhirnya tertidur.Di depan sana, Dion yang duduk di samping pengemudi melaporkan keadaan Ayumi pada Edwin. Ya … Dion mengirimkan foto Ayumi yang menangis sambil memanggil Papa. Lalu Dion juga mengirimkan foto saat Ayumi sudah berhenti menangis dan tertidur. Lelaki itu memang sudah berjanji akan melaporkan apapun yang terjadi sepanjang perjalanan pada Edwin. Walau tidak dibayar mahal oleh Edwin, tetapi Dion
Semua orang yang duduk di meja makan terlonjak kaget mendengar teriakan Sima dari lantai dua. Siwi bahkan berlari dengan sangat kencang menaiki anak tangga untuk memastikan bahwa ucapan adiknya salah. Ayumi masih tertiudr pulas di ranjang, bahkan mulut gadis kecilnya itu sampai tidak tertutp rapat karena sangat mengantuk. Teja dan Ria, serta Aji dan Dion pun ikut naik ke lantai dua. Siwi masuk ke dalam kamar dan mencari keberadaan putrinya yag sudah tidak ada di ranjang.“Ayumi! Ayumi!” teriak Siwi histeris. Semua orang berpencar mencari keberadaan Ayumi. Mulai dari semua kamar yang ada di lantai atas, ruang jemur belakang, dan juga sampai ke depan. Tidak ada satu sudut ruanganpun yang luput dari mereka. Dion menoleh pada pagar yang terbuka sedikit, lelaki itu berlari tanpa alas kaki. Langit sudah semakin gelap dan rintik hujan mulai kembali turun.“Ayumi! Ayumi!”
Edwin terbangun tepat azan Subuh berkumandang. Kaki dan tangan ia renggangkan untuk mengusir rasa kaku di sekujur tubuhnya. Kesadarannya belum semuanya pulih, masih sedikit bermalas-malasan di atas kasur busa miliknya. Begitu azan selesai, Edwin beranjak keluar dari kamar dan melewati kamar Raka tanpa rasa curiga sedikit pun, karena pintu kamar itu tidak terbuka dengan lebar. Sehabis mandi dan berwudu, Edwin pun melaksanakan salat Subuh di kamarnya. Lelaki paruh baya itu masih belum merasa ada yang aneh pada kamar anaknya. Langit di luar juga masih belum terlalu terang dan lampu rumah belum ada yang dinyalakan selain lampu kamar mandi dan kamarnya sendiri.Selesai salat, Edwin berjalan keluar kamar hendak menyingkap gorden jendela. Namun pandangannya seketika melebar, saat tahu pintu sudah terbuka. Lekas Edwin berlari ke kamar Raka. Betapa kagetnya ia saat tak mendapati putranya di sana.“Raka!&rdquo
Sebelum lelaki tidak waras itu mengenalinya, Siwi sudah berbalik badan dan meninggalkan teras kafe dengan langkah cepat. Tidak, Raka pantas mendapatkannya, bahkan ini belum seberapa dibandingkan dengan penderitaannya terdahulu."Siwi, lu baik-baik aja'kan? Muka lu pucat banget. Kalau gak sehat, ayo gue antar pulang," cecar Evan saat memperhatikan wajah wanita itu yang mendadak pias. Siwi masih terlalu kaget dengan hadirnya Raka di Jakarta. Bagiamana bisa dia sampai di sini? Apa dia berjalan kaki?"Siwi." Evan menyentuh pundak Siwi dengan lembut. Siwi tersentak, lalu tersenyum canggung. Wanita itu menggeleng. Dia meyakinkan diri sendiri, bahwa dia baik-baik saja."Gue gak papa. Cuma laper. Mana nih makanannya?" Siwi berpura-pura tak sabaran menanti pelayan mengantarkan roti bakar pesanannya. Tanpa sengaja, matanya kembali menatap keluar kafe. Raka masih ada di sana dan tengah mengais tempat sampah di depan. Mata Siwi terbel
Katakanlah ia istri yang paling egois saat ini dan tidak memiliki rasa iba sama sekali. Namun, foto ceceran darah di aspal yang dikirimkan Nuri. Serta karet rambut helo kiti yang tergenggam erat dalam jemari lelaki gila itu, membuat hati kecilnya seketika iba. Siwi bingung harus berbuat apa saat ini. Haruskah ia melihat keadaan lelaki itu? Ayah dari anaknya. Lelaki kejam yang pernah ia cintai walau setitik.TingSebuah video masuk ke pesan WA. Kali ini pun masih dari pengirim yang sama yaitu Nuri. Detak jantung Siwi semakin tidak karuan. Video apa ini? Gumam Siwi dengan resah dan tak sabar menanti logo roda berputar menunggu video dapat terbuka sepenuhnya dalam ponselnya."Ya Allah." Siwi menutup mulutnya tidak percaya. Tampilan CCTV memperlihatkan seorang lelaki tengah mengejar sebuah mobil dan itu adalah mobil yang ia naiki bersama Evan. Tak lama kemudian, sebuah mobil pick up melaju ken
Siwi segera turun dari ranjang dan berjalan memutar untuk menuangkan air yang ada di dalam botol besar air mineral ke dalam gelas. Suara air jatuh mengisi gelas hingga penuh bagaikan alunan melodi yang memecah keheningan antara mereka berdua.Bola mata Raka tak pernah lepas menatap Siwi. Bahkan lelaki itu tersenyum sangat tipis dalam keadaan hati yang sangat baik malam ini."Aku sebenarnya ingin sekali melemparkan air ini ke wajahmu, seperti yang pernah kami lakukan dulu padaku, tetapi itu tidak mungkin. Minumlah!" ujung sedotan dimasukkan Siwi ke dalam mulut Raka. Lelaki itu diam sambil terus menyeruput air putih hingga gelas kosong."Terima kasih," lirih Raka dengan suara amat pelan. Matanya masih menatap Siwi yang kini meletakkan kembali gelas, lalu memutar tubuhnya untuk menggendong Ayumi yang terlelap."Dia cantik sekali, persis kamu," ujar Raka masih dengan suara lemah. Siwi memutar bola mata malas.
Dua hari sudah Raka diperbolehkan pulang oleh dokter. Namun dengan catatan;Raka harus kontrol ulang pekan depan. Edwin memutuskan untuk tinggal di Jakarta sampai kondisi Raka benar-benar pulih. Ia tidak ingin anak lelakinya kabur lagi dari rumah hanya untuk mencari Ayumi.Bermodalkan tabungan terakhirnya yang bernilai dua juta rupiah, Edwin mencari kos di dekat rumah sakit. Lumayan untuk mengirit biaya hidup mereka sampai nanti bisa mendapatkan rejeki kembali. Dion pun sudah kembali ke Surabaya karena mendapat panggilan untuk bekerja sebagai security di komplek perumahan mewah.Tinggallah Edwin dan Raka yang tengah duduk di depan pintu kamar kos. Raka berada di dalam sambil melamun memainkan ikat rambut Ayumi. Sedangkan Edwin duduk di depan pintu dan kini tengah menikmati langit sore, sambil memperhatikan betapa padatnya penduduk di daerah tempatnya kini berada. Edwin menoleh ke belakang untuk melihat Raka yang masih saja melamun.