Home / Romansa / Enemate, Enemy To Soulmate / 7. Yang Jelas Bukan Aku

Share

7. Yang Jelas Bukan Aku

Author: Hana Reeves.
last update Huling Na-update: 2025-06-23 19:11:03

"Mau kemana kamu?"

Prudence hanya memejamkan matanya sebelum berbalik dan dia memasang wajah tegar ke Xander yang berdiri di area makan sambil membawa gelas berisikan air putih.

"Kembali ke studio aku," jawab Prudence.

"Malam-malam begini? Kamu gila!" hardik Xander

"Ya! Memang!" balas Prudence dengan dagu terangkat.

Xander meletakkan gelasnya diatas meja dan berjalan menghampiri Prudence. "Aku melarangmu!"

"Daripada disini! Aku tidak bisa tidur!"

Xander menatap tajam ke arah Prudence. "Kembali ke kamarmu atau ... kamu mau tidur bersamaku?"

Prudence menatap sengit ke Xander. "Aku hanya ingin tidur dengan tenang tanpa harus bangun melihat kamu disini!"

Xander tidak menjawab apapun tapi mengambil alih koper Prudence dan menyeret tangan gadis itu ke dalam kamarnya. Prudence berusaha untuk melepaskan cengkraman Xander tapi pria itu lebih kuat. Prudence sedikit terhuyung saat Xander mendorongnya masuk ke dalam kamarnya dan pria itu langsung menutup pintu serta menguncinya dari luar.

Prudence berbalik dan menggedor-gedor pintu kamarnya.

"XANDER! BUKA PINTUNYA! XANDER!" teriak Prudence sambil terus menggedor pintu dengan keras.

Xander hanya berbalik dan mengambil gelas minumnya lalu masuk ke dalam kamarnya. Pria itu mengunci kamar tidurnya, mengacuhkan suara Prudence di seberang.

Prudence terus menggedor pintu tapi tetap tidak terbuka dan tubuhnya pun melorot ke lantai. Gadis itu menangis karena merasa Xander tidak paham perasaannya. Prudence ingin menghubungi ayahnya tapi dia tahu, pasti akan gegeran dan para anggota keluarga besarnya bisa menghajar Xander.

Prudence lalu bersandar di pintu sambil mengusap air matanya. Gadis itu menatap kamarnya dan dirinya pun bangun untuk merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Prudence menangis disana hingga tanpa sadar dia tertidur karena kecapekan.

Sementara itu di kamar Xander, pria itu masih menatap nyalang ke langit-langit kamarnya. Dia tidak habis pikir bagaimana Prudence nekad pergi malam-malam begini kembali ke studionya? Memang benar jarak dari The Plaza ke apartemennya tidak terlalu jauh tapi ini sudah malam.

"Ampun deh Pru!" Xander memggumam kesal. "Kalau kamu kenapa-kenapa, aku bisa dihabisi Oom Rodrigo!"

Xander mengambil ponselnya dan mencari informasi siapa yang membuat dia dan Prudence tidur bersama.

"Siapa yang membuat aku dan Pru kemarin?"

Namun tetap saja tidak ada informasi dari informannya yang sudah dia kirim ke Mallorca.

"Brengseeekkkkk! Siapa!" Xander pun meletakan ponselnya ke atas nakas. "Aku lebih baik tidur. Besok pagi pasti akan frontal dengan Pru."

Keesokan paginya Xander bangun dan keluar dari kamar setelah membersihkan diri. Pria itu membuka pintu kamarnya dan membuat kopi untuk mereka berdua. Xander ingin mengajak Prudence sarapan di restauran hotel.

Prudence terbangun saat mendengar suara kunci pintu kamar dibuka namun dia tetap memejamkan matanya, seolah masih tidur. Telinganya mendengar suara langkah kaki dan hidungnya mencium harum parfum maskulin ditambah bau kopi dari luar yang menyeruak, membuat Prudence semakin erat menutup matanya.

"Pru! Bangun! Sarapan!" panggil Xander tidak ada manis-manisnya.

Prudence tetap tidak mau membuka matanya hingga Xander mendekatinya. Pria itu melihat mata Prudence sedikit bengkak yang berarti, semalaman istrinya menangis namun dia tetap tidak bergeming.

"Bangun! Mandi! Kita ke bawah sarapan!" ucapnya sambil menggoyangkan bahunya dengan sedikit keras.

Prudence membuka matanya dan Xander bisa melihat mata hijau istrinya ternyata lebih bengkak dari perkiraannya.

"Sarapan saja sendiri sana! Aku tidak lapar!" balas Prudence ketus.

"Kamu itu harus bangun! Kalau sampai dalam jangka waktu sepuluh menit kamu tidak bangun dan mandi, aku sendiri yang akan menyeret kamu ke dalam kamar mandi!" ancam Xander. "Jika kamu mengira aku tidak berani, maka akan aku buktikan!"

Prudence menatap tajam ke arah Xander. "Keluar sana!"

Xander pun berjalan keluar kamar meninggalkan Prudence yang merasakan matanya pedas karena kebanyakan menangis.

Brengseeekkkkk Xander ! - batin Prudence.

Gadis itu pun turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi setelah mengambil bajunya dari dalam koper. Prudence menatap dirinya melalui cermin kamar mandi dan dia nyaris tidak mengenali dirinya karena sosok di sana seperti zombie.

Prudence pun mandi cepat dan berusaha menutupi mata panda nya dengan make-up. Setelah dirasa tidak terlalu terlihat, Prudence pun keluar dari kamar dimana Xander sudah menunggunya.

"Ayo sarapan! Aku lapar!" Xander pun berjalan mendahului Prudential dan dirinya hanya mengikuti pria itu.

Mereka pun tiba di restauran dan masing-masing mengambil makanan yang ada di meja prasmanan. Prudence sengaja mengambil banyak karena dirinya memang sangat lapar. Xander hanya acuh saat melihat istrinya mengambil makanan cukup banyak.

"Aku mau kembali ke studio habis ini. Terserah kamu masih mau menginap disini atau tidak!" ucap Prudence tiba-tiba.

Xander menatap dingin ke istrinya. "Buru-buru amat!"

"Demi kewarasan otakku!" balas Prudence. "Aku juga masih harus menyelesaikan semua lukisan aku."

"Kamu merasa tidak waras?" ejek Xander.

"Ya !"

Xander tertawa sinis. "Yakin? Tidak mau diperiksa Opa Billy otak kamu?"

Prudence hanya diam saja. Malas ribut dengan pria di depannya.

"Yakin kamu ke studio kamu? Bukan makan siang dengan Oom Erhan?"

Prudence menghela nafas panjang. "Kalau begitu, kenapa tidak kita percepat perpisahan kita? Toh kamu sendiri yang bilang aku seperti tidak tahan melemparkan tubuh aku ke Oom Erhan."

"Tidak semudah itu, Pru! Rekor kita hanya menikah 24 jam!"

"Kita bukan yang pertama!" sinis Prudence.

"Kamu bilang enam bulan, ya enam bulan!" balas Xander.

"Aku berubah pikiran!" jawab Prudence.

"Aku tidak akan menceraikan kamu sampai enam bulan sesuai dengan perjanjian! Dan aku minta kamu tidak ganjen dengan Oom Erhan!"

Prudence tertawa sinis. "Kamu mau ganjen dengan siapapun, aku tidak perduli! Karena kita hanyaenikah secara formalitas!"

"Begitu ya?" seringai Xander.

"Ya !"

"Kenapa ?" Xander menyandarkan punggungnya.

"Aku tidak cinta kamu, aku tidak pernah suka sama kamu dari dulu dan sekarang dan aku tidak akan perduli sama kamu meskipun diatas kertas, kamu adalah suamiku!" jawab Prudence..

"Kita lihat saja nanti!" balas Xander sinis. "Aku atau kamu duluan yang jatuh cinta!"

"Yang jelas, bukan aku orangnya!" Prudence melanjutkan makannya.

*** bersambung ***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
Xander jangan marah-marah melulu ntar cepat tua lho.. Pru getok saja pala Xander pakai ulekan kalau perlu kasih cabai sekalian mulutnya.. kira-kira siapa nih ya bakal jatuh cinta dan bucin duluan..
goodnovel comment avatar
Rohmatul Kusumaningayu
yok siapa yg bakal bucin duluan
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Enemate, Enemy To Soulmate    81. Faktanya

    Prudence terbangun saat mendengar suara ibunya dan melihat wajah serius Shana di sebelahnya."Ada apa Mama?" bisik Prudence ke Shana."Aduh, maaf ya sayang, mama membangunkan kamu. Mama sedang berbicara dengan Xander soal kasus kalian di Mallorca," jawab Shana dengan nada sedikit bergetar.Prudence menyatukan nyawanya karena dia tidak pernah melihat ibunya seperti itu sebelumnya. Macam menahan amarah, kecewa dan ingin meledak menjadi satu."Soal apa Mama? Ada apa dengan kasus kami di Mallorca?" tanya Prudence lalu dia menoleh ke arah Xander. "Xander? Apa kamu tahu yang terjadi?"Xander menggeleng. "Mama baru mau bilang tapi kamu keburu bangun."Shana menggenggam tangan Prudence. "Pru, Xander ... Kejadian kalian di Mallorca sudah direncanakan ... Amelie melihat kamu Xander ... dan dia ingin membawa kamu tidur dengannya. Dia hendak memberikan obat perangsang padamu tapi dia melihat kamu Pru ... Dia dendam padamu karena kalian terlihat akrab apalagi tahu kalian saudara tiri. Jadi ... dia

  • Enemate, Enemy To Soulmate    80. Shana

    Shana menatap dingin ke arah Amelie yang masih berlagak tidak bersalah dan tetap memasang sikapnya yang sombong. Tangan Shana terekepal di sisi kiri dan kanan tubuhnya, membuat Mavendra memegang bahu sepupunya."Tahan emosi kamu Shana. Dia sudah tertangkap dan akan dihukum yang lama. Kami sudah berkoordinasi dengan jaksa penuntut umum untuk menuntut Amelie dengan pasal berlapis," ucap Mavendra dengan wajah serius. "Aku benar-benar tidak habis pikir Vendra. Dia cantik, punya uang tapi kenapa harus mengejar Xander dan menyakiti Pru! Mereka berdua tidak pernah menyenggol Amelie!" geram Shana."Aku tahu tapi tolong, kamu juga harus tahu kondisinya. Jika kamu melakukan apa yang dia lakukan pada Pru, itu sama saja kamu seperti dia! Kamu bukan dia, Shana! Redamkan emosi kamu! Oke?" ucap Mavendra berusaha menenangkan adiknya. Shana menghela nafas panjang. "Aku harus kembali ke Prudence. Dia harus tahu bahwa Xander tidak bersalah saat kasus di Mallorca setahun lalu. Selama ini Pru kan merasa

  • Enemate, Enemy To Soulmate    79. Interogasi

    "Kamu baik-baik saja?" Xander menghampiri Prudence yang tersenyum manis ke suaminya."Sangat baik, sayang. Lega karena akhirnya dia ditangkap Oom Vendra," jawab Prudence. "Aku lebih suka jika yang menangkap adalah anggota keluarga sendiri."Xander mengangguk. "Iya, aku juga lebih suka jika yang menangkap adalah anggota keluarga sendiri."Asha menatap pasangan suami istri itu. "Apa ini tidak termasuk nepotisme? Atau personal?"Xander dan Prudence menoleh ke Asha. "Nepotisme bagaimana?""Ya, kebetulan kan agen lapangan FBI urusan buronan adalah Oom kalian."Xander dan Prudence menggelengkan kepalanya. "Tidak termasuk nepotisme tapi personal mungkin iya. Soalnya sebelum aku dan Pru lahir pun Oom Vendra sudah masuk FBI jadi ... kebetulan sih jatuhnya."Asha mengangguk. "Kira-kira hukuman apa yang akan diberikan ke Amelie ya?" tanya Asha."Kamu lupa, mamaku seorang pengacara. Dia akan menuntut hukuman yang berat pastinya," ucap Prudence.Asha menepuk jidatnya. "Damn it, aku lupa."***Rua

  • Enemate, Enemy To Soulmate    78. Sedikit Lega

    Amelie hanya bisa mengangkat kedua tangannya karena semua orang yang masuk ke dalam apartemennya, menodongkan pistolnya ke arahnya. Wanita itu hanya menatap tajam ke arah asistennya yang tampak takut. Dirinya tidak menduga akan diikuti FBI dari New York."Bagaimana kamu bisa diikuti oleh Fed!" bentak Amelie ke asistennya yang hanya menunduk dengan pengawalan ketat dari dua agen FBI."Aku sudah berhati-hati, Ammie!" balas asistennya."Sudah! Sudah!" bentak Mavendra kesal. "Anda berhak untuk tetap diam. Apa pun yang Anda katakan dapat dan akan digunakan untuk melawan Anda di pengadilan. Anda berhak berkonsultasi dengan pengacara untuk mendapatkan nasihat sebelum kami mengajukan pertanyaan apa pun. Anda berhak didampingi pengacara selama pemeriksaan. Jika Anda tidak mampu membayar pengacara, pengacara akan ditunjuk untuk Anda sebelum pemeriksaan jika Anda menginginkannya. Jika Anda memutuskan untuk menjawab pertanyaan sekarang tanpa didampingi pengacara, Anda berhak untuk berhenti menjaw

  • Enemate, Enemy To Soulmate    77. Tertangkap

    Ruang Rawat Inap Prudence"Ini enak katsunya. Kamu buat sendiri?" tanya Prudence yang bosan makanan rumah sakit.Asha menatap Prudence. "Hei, aku sudah bertahun-tahun bersama kamu Pru dan aku banyak belajar sama kamu soal masak memasak termasuk maknanan aneh-aneh dengan bumbu banyak banget, kalau hanya ini, mudah saja!"Prudence tersenyum karena dulu Asha pernah dia ajak masak sayur lodeh karena Prudence rindu masakan Jawa seperti di Semarang. Asha hanya bisa menggeleng karena bumbu dan sayurnya banyak macamnya. "Kamu sering belajar masak bersama Pru?" tanya Xander dari sofa sambil memangku laptopnya. Xander tetap bekerja meskipun secara online "Istrimu itu jago masak aneh-aneh tapi surprisingly enak banget!" puji Asha."Aku senang kamu bawakan katsu. Aku bosan makanan rumah sakit yang hambar plus hanya Jell-O yang aku makan daripada makanan tidak jelas itu." senyum Prudence sambil makan ayam katsunya."Aku tahu rasanya makan makanan rumah sakit. Kamu ingat kan waktu aku cidera saat

  • Enemate, Enemy To Soulmate    76. New Jersey

    Di Sebuah Apartemen di Pinggiram kota New Jersey"Jadi aku belum aman?" Tanya Amelie saat asistennya menghubungi dirinya."Belum Ammie. Ini saja aku menelpon kamu dengan nomor telepon terenkripsi dan VPNkarena FBI mencari kamu juga!" jawab asistennya. "FBI? Apa hubungannya?" tanya Amelie bingung."Kamu tidak tahu? Paman dan Opa Prudence adalah chief dan direktur FBI New York! Ammie, kamu menyerang orang yang memiliki keluarga berpengaruh!" seru asistennya.Amelie melongo. "Apakah itu benar?""Iya Ammie!" Keringat dingin mengalir di kening dan leher Amelie. Jika FBI sudah turun tangan dan masih ada hubungannya dengan Pru, bukan tidak mungkin mereka akan mengirimkan banyak agen untuk mencari dirinya! Pantas asistenku harus memakai telepon terenkripis dan VPN karena berhubungan dengan FBI! Apakah mereka akan bisa menemukan aku? Bagaimana dengan transaksi perbankan? Sudah pasti akan dilihat ... Tunggu! Aku punya dana di crypto bukan! Biar dicairkan. Aku punya emas, biar asistenku yang m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status